MAKAM TOKOH DARI MATARAM ISLAM AWAL

" DENGAN TETENGER NISAN SEBESAR INI, KIRA KIRA MAKAM TOKOH PEJABAT PEMERINTAHAN ATAUKAH MAKAM ULAMA' "


Nisan Periode Mataram Islam Awal
Tidak hanya sekali dua kali saja, ketika melakukan kunjungan, atau ketika melakukan kegiatan blusukan ke wilayah Kabupaten Temanggung, kususnya di kecamatan Kranggan. Terdapat dua komplek makam beda wilayah, memiliki nisan dengan ukuran yang tidak pada umumnya. Artinya, kedua makam itu sengaja di buatkan maesan sebagai penanda atau prasasti, dengan ukuran yang sangat besar, seolah memberitahukan bahwa kedua tokoh tersebut adalah orang besar di masa itu. . Tidak sama ukurannya dengan nisan nisan pada umumnya. Makam makam itu terdapat di desa Gandulan, Kecamatan Kranggan. Dengan tokoh yang di makamkan bernama Joko Kliwon. Menurut cerita rakyat, joko kliwon merupakan pejabat dari kasultanan Demak, yang sengaja di tugaskan untuk memimpin wilayah Desa tersebut. Yang kedua, nisan ini lebih kecil ukurannya jika di banding dengan nisan Joko Kliwon. Perbandingan besar kcilnya kedua obyek tersebut tidak terlalu banyak. Hanya selisih kisaran 30 centi meter saja. Lebih di kenal dengan sebutan komplek makam sentono Putri. Komplek makam ini berada di wilayah Desa Nglibak Kecamatan Kranggan. Berjarak kisaran 2 kilo meter dengan komplek makam Joko Kliwon.

Nisan Periode Mataram Islam Awal
Terlepas dari kedua obyek yang di sebutkan, Kecamatan Kaloran juga terdapat komplek pemakaman sepuh yang berada di puncak perbukitan. Lebih tepatnya di Dusun Mengor, Desa Kaloran, Kecamatan Kaloran, perbukitan yang dimaksud memiliki sebutan Gumug Ranggon, berada tepat di belakang pasar kaloran. Bukit dengan ketinggian kurang lebih 271 mdpl di atas permukaan air laut, bersemayan tokoh tokoh penting yang memiliki pengaruh di masanya. Dari berbagai periode dan tentunya memiliki perbedaan typologi nisan nisannya. Mulai dari periode Mataram Islam Awal, hingga periode abad 20 an awal. Di mulai dari typologi nisan Mataram awal, Mataraman Surakarta atau Pakubuwono, dan Mataraman Jogjakarta Hamengkubuwono. Dari sekian banyaknya typologi nisan, ada satu nisan yang sangat menarik di komplek makam ini. Sayangnya hanya tinggal satu buah batu nisan saja, dengan ukuran yang bisa di bilang cukup lumayan besar. Akan tetapi, jika harus di bandingkan dengan nisan Joko Kliwon dan nisan Sentono Putri, nisan ini masih di bawah atau ukurannya lebih kecil. Jika harus di jadikan perbandingan ukuran nisan nisan yang berada di Gumug Rangon, jelasnya terlihat paling besar, lebar, tebal dan tinggi dari segi ukurannya. Gumug Rangon memang menyimpan sesuatu yang sangat berharga. Bahkan, menjadi saksi bisu saat prosesi pemakaman tokoh tokoh penting kala itu. Dari banyaknya nisan yang berada di komplek pemakaman Gumug Rangon, ada satu nisan yang memiliki ukuran di atas nisan nisan lainnya. Nisan ini terbaca typologinya periode mataram islam awal. Pastinya penasaran bukan, kira kira tokoh siapa yang di makamkan.

Ada dua versi yang memberikan keterangan tentang kenapa nisan ini di buat dengan ukuran yang besar, dan memiliki jarak yang terhitung cukup panjang.

1. Versi yang pertama, banyak yang berpendapat bahwa, makam yang di maksud adalah makam yang di kususkan teruntuk para pejuang yang gugur di medan perang. Tokoh tokoh yang gugur di makamkan secara masal. Atau bisa di sebut dengan makam masal para Syuhada.

Untuk Versi yang kedua, menyesuaikan dengan tempat, jarak antar nisan bagian kepala dengan nisan bagian kaki, dan besar kecilnya ukuran nisan.

1. Ketika seorang tokoh meninggal dan dimakamkan di tempat paling tinggi, misalnya seperti pegunungan atau puncak perbukitan. Filosofi itu mengandung arti, kalau tokoh tersebut memiliki kedudukan tertinggi dalam nasab keilmuan.
2. Walau pun tokoh yang di maksud sudah meninggal, dan jazad tokoh tersebut sudah di dalam kubur, tempat tertinggi adalah pilihan supaya lebih dekat dengan Sang Maha Penciptanya. 
3. Jika makam tokoh tersebut memiliki ukuran jarak nisan lebih panjang, artinya tokoh tersebut memiliki kedudukan yang tinggi di dalam sistem tata pemerintahan.

Nisan Periode Mataram Islam Awal
Jadi sudah jelas, dengan makna dari filosofi kenapa makam makam tokoh penting pada masa itu, berada di puncak bukit, dan memiliki jarak nisan yang panjang. Belum dapat di ketahui tentang tokoh yang di makamkan. Yang jelas, tokoh yang di makamkan adalah pejabat dari pemerintahan kasultanan Mataram Islam Awal, atau periode panembahan senopati Danang Sutawijaya. Dugaan, tokoh tersebut adalah pejabat pemerintahan yang di utus oleh fihak Kasultanan Mataram Islam untuk memimpin suatu wilayah. Apa mungkin beliau yang di makamkan adalah sosok tokoh pemerintahan yang menjabat sebagai Bupati Periode Kasultanan Mataram Islam Awal. Untuk menyatakan perihal itu, harus di adakan kajian lebih mendalam. Terkecuali memang sudah ada catatan terpenting yang tersetruktur dan tersusun dari tokoh yang menjabat pemerintahan awalnya.

Untuk kondisi atau keadaan makam saat ini sangat mengkhawatirkan, dan tidak terawat. Konon ceritanya, nisan tersebut ada dua buah. Satu nisan disebelah selatan, satu nisan berada di sbelah utara. Jarak di antara kedua nisan tersebut kisaran 15 sampai 20 meter. Ada dua fersi cerita tentang keberadaan nisan yang satunya, nisan yang berada di bagian kepala.

Cerita pertama memberikan informasi kalau nisan tersebut di curi oleh oknum masyarakat yang tidak bertanggung jawab.

Cerita kedua memberikan informasi tentang keberadaan nisan yang sesungguhnya, tertimbun atau amblas di dalam tanah. Mungkin alasan ini sangat masuk akal. Karena kita mengingat, bahwa kontur tanah perbukitan sangatlah gembur, apa lagi cuaca yang tidak menentu. Kadang curah hujan terlalu tinggi, sehingga mengakibatkan dinding cepuri pada makam tidak kuat menahan beban nisan yang di duga beratnya mencapi kwintalan.

Makam Bupati ke 13
Pahatan Nisan Istri Bupati Ke 13
Di komplek makam bagian punjer tengah istilah dalam ( bahasa jawa ) atau pusat tengah komplek pemakaman.. Terdapat dua pusara tokoh penting suami istri, yang pernah memimpin satu wilayah setingkat Kabupaten. Makam tokoh penting periode 1960 an, beliau adalah Bupati Ke 13 yang bernama  Raden Said Mangoensoediro atau Raden Said Mangoensoedirdjo. Yang menjabat setelah Purnatugas Bupati ke 12 bernama Raden Soedarso. Yang pernah menjabat pada tahun 1957 sampai 1960. Memang sangat penting untuk kita generasi milenial sekarang ini. Mempelajari jejak jejak dari leluhur yang telah mendahului kita, yang pernah berkorban demi memajukan suatu peradaban. Dengan harapan, supaya kita generasi milenial mampu mengenal, mampu mengetahui tentang sepak terjang tokoh tokoh di masa itu. Istilah penyebutan dalam bahasa Jawa, supoyo ora kepaten obor, atau supaya kita tidak kehilangan jejaknya. Karena, secara keseluruhan, leluhur kita menyimpan teka teki untuk di pecahkan, di artikan, dan di publikasikan dengan bijak. Siapa sebenarnya jati diri bangsa kita yang sesungguhnya. Supaya tetap terjaga marwahnya, tetap terjaga wibawanya.
  

Nisan Langgam HB, Periode Pasca Perang Jawa


Nisan Langgam HB, Periode pasca Perang Jawa


Nisan Periode 1800 an awal, langgam HB







Nisan Langgam Tembayat Periode 1900 awal


Nisan Langgam HB periode Pasca Perang Jawa





Bangunan Cungkup Makam Bupati ke 13


Komplek Makam Sepuh Gumug Ranggon













Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA