MAKAM PEJABAT PEMERINTAHAN DARI KASUNANAN SURAKARTA

" ADA DI TENGAH PERKEBUNAN LERANG GUNUNG UNGARAN, MAKAM PEJABAT PEMERINTAHAN DARI KASUNANAN SURAKARTA HADININGRAT "

Nisan Langgam Tembayat

Masih di kecamatan Sumowono, kali ini saya mengunjungi beberapa komplek pemakaman yang berada di tengah tengah lahan pertanian milik warga. Jika menurut informasi yang saya terima, kedua obyek tersebut masih menjadi misteri perihal siapa sebenarnya tokoh yang di makamkan. Sedangkan keduanya memiliki perbedaan pada bahan material yang di gunakan untuk  nisan. Kedua obyek tersebut masih dalam satu lingkungan, cuma beda dari segi penempatannya saja. Kedua Obyek tersebut memiliki jarak kurang lebih radius 300 meter. Sekarang yang menjadi bahan pertimbangan untuk pengulasan, sehingga harus menjatuhkan satu pilihan, sama sama di tengah lahan pertanian milik warga. Jangan jangan, lokasi keberadaan kedua makam tersebut, merupakan peradaban yang religius di masa itu. Kali ini, pokok bahasan akan mendahulukan salah satu obyek makam yang terbilang periodenya paling muda. Jika harus di banding dengan komplek makam yang satunya. Selain itu, pokok bahasan ini tidak berfokus pada satu obyek makam saja. Akan tetapi, ada obyek lain yang berbaur dan menjadi satu di dalam area makam tersebut. Dengan tata letak, atau konsep makam yang sudah tersetruktur  ada tiga. Dua diantaranya masih terlihat bentuk asli dari pahatan nisannya. Sedangkan untuk bangunan makam yang satu, hanya menggunakan nisan dari batuan terpahat berbentuk kotak persegi panjang.

Nisan Langgam Tembayat

Di duga, kedua batu berbentuk kotak yang telah di alih fungsikan sebagai nisan, merupakan bagian komponen dari sebuah bangunan klasic. Secara kebetulan, di dalam komplek makam banyak sekali temuan batu batuan yang memiliki profile dengan pahatan tertentu. Kedua makam yang masih menggunakan nisan asli, bangunan jirat telah memanfaatkan beberapa komponen batuan yang di maksud. Jika dilihat dari bentuk pahatannya, sepertinya batu batuan tersebut merupakan sisa panel dari reruntuhan bangunan candi. Mungkinkah sebelum menjadi komplek makam, tempat ini adalah komplek percandian. Kedua obyek tersebut sama sama menyimpan misteri, dan memiliki peranan  penting untuk di pelajari. Berada di lereng sebuah Gunung, dengan top puncak 2050 mdpl, di atas permukaan air laut. Gunung yang terkenal memiliki legenda, cerita rakyat, yang masih menyimpan mitos dan misteri. Sangat kental dengan kisah yang mengangkat  tokoh pewayangan seperti Hanoman dan Rahwana. Iya, Gunung Ungaran lebih tepatnya, obyek yang di maksud berada di sebelah barat dayanya. Di kelilingi lahan pertanian milik warga, komplek makam kasepuhan masih di lestarikan. Di atas bukit kecil atau Gumug, kalau orang jawa menyebutnya, dengan memiliki lima teras yang melebar membujur timur ke barat. Pada bagian teras pertama meluas lalu mengekecil untuk bagian teras kelima atau paling atas. Untuk teras ke lima itu sendiri, dengan ukuran lebar kurang lebih 4 - 5 meter, dan panjang kisaran 8 - 10 meter. Ke tiga makam tersebut berada pada bagian teras ke lima, dan di atara salah satu makam memiliki sebutan dengan gelar Kyai Ageng Wilis. Dari ketiganya, sebutan Gelar untuk tokoh yang di makamkan, tertuju pada makam yang berada di bagian tengah. Makam yang berada di bagian sisi timur, di duga makam istri dari Kyai Ageng Wilis. Sedangkan tokoh yang berada di posisi bagian barat, di duga sebagai makam putera dari kedua tokoh tersebut. 

Makam Kyai Ageng Wilis

Banyak jejak sejarah yang masih bisa kita lihat di seputaran lereng gunung ungaran, bahkan hingga sampai ke puncaknya. Jadi tidak heran ketika gunung ungaran merupakan salah satu wilayah yang banyak di temukan jejak klasicnya. Itu menunjukan bahwa, wilayah tersebut merupakan tempat yang aktif di bidang kerohanian, dan tempat yang di anggap sangat religius sejak kerajaan Hindu Buddha. Sebagai contoh, adanya komplek percandian gedong songo, jejak candi asu, dan masih banyak temuan candi di seputaran lereng Gunung Ungaran. Tidak berhenti sampai di situ saja, akan tetapi jejak religius itu berkelanjutan hingga sampai ke peradaban Islam. Dengan bukti adanya makam makam kasepuhan yang muncul di berbagai wilayah, bahkan dari berbagai periode. Mulai dari Mataram Islam awal, Mataram Islam Amangkurat, masa transisi atau masa peralihan, hingga sampai abad ke 20 an awal.

Komplek Makam Kyai Ageng Wilis

Salah satu bukti makam yang terpilih untuk di jadikan pokok inti bahasan. Merupakan satu satunya makam dengan langgam dan pahatan yang jarang sekali ditemukan di wilayah ini. Langgam Tembayat dari Kasunanan Surakarta Hadiningrat, atau PB ( Pakubuwono ) periode 1800 an awal. Makam tersebut salah satu bukti perkembangan peradaban Islam yang berada di lereng Gunung Ungaran. Nisan yang berbahan dari material batuan putih ini, ikut menghiasi jejak sejarah perkembangan Islam di lereng Gunung Ungaran, kususnya di Dusun Kebumen, Desa Watu Gandu, Kecamatan Sumowono. Sejak peradaban Hindu Buddha, hinga sampai Abad ke 19_an awal, wilayah ini sudah ramai dengan ada peradaban secara turun temurun. Hingga terciptalah sebuah wilayah pemerintahan kecil di bawah naungan Kasunanan Surakarta Hadiningrat. Dan di pimpin salah satu tokoh dengan gelar Kyai Ageng Wilis. Belum dapat di ketahui tentang kejelasan dari jabatan tokoh tersebut. Entah beliau menjabat sebagai penatus, atau kah beliau menjabat sebagai Panewu. Tidak ada simbul yang menyebutkan, atau tidak ada simbul yang terpahat pada nisan beliau. Yang memberikan informasi tentang nasab keilmuan, apa lagi memberikan informasi tentang tokoh yang di maksud adalah Ulama. Akan tetapi, jika pertanyaan itu menyinggung tentang keyakinannya, memang benar tokoh tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut memiliki keyakinan Muslim.

Komplek Makam Kyai Ageng Wilis

Tidak hanya di Jawa bagian tengah saja, bahkan di Jawa Barat dan Jawa Timur, akan mendapati obyek makam dengan status yang sama. Dimana runtuhan bangunan Candi dimanfaatkan sebagai tempat pemakaman tokoh yang di muliakan kala itu. Bukan karena perihal mudah dan tidaknya, untuk mendapatkan material yang akan di jadikan komponen bangunan makam. Atau istilahnya pemanfaatan benda yang sudah ada. Akan tetapi, konsep pemakaman tersebut telah diambil dari sebuah perjalanan sepiritual. Yang memang memiliki kesamaan dari tujuan dan akhirnya. Walau pun berbeda dari cara, atau pun sistematis untuk mencapainya.


Komplek Makam Kyai Ageng Wilis


Panel dari bangunan Candi



Nisan Langgam Tembayat, Periode 1800 an


Nisan Langgam Tembayat, Periode 1800 an



Batu pengisai bangunan Candi



Panel Pengisai Bangunan Candi



Panel Bangunan Candi



Batu Pengisai Bangunan Candi



Panel dari bangunan Candi



Panel dari bangunan Candi



Nisan Langgam Tembayat, Periode 1800 an




Panel dari bangunan Candi



Panel dari bangunan Candi



Panel dari bangunan Candi




Panel dari bangunan Candi




Panel dari bangunan Candi




Panel dari bangunan Candi




Panel dari bangunan Candi




Nisan Langgam Tembayat, Periode 1800 an




Panel dari bangunan Candi


Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA