JEJAK MASA KLASIC POJOKSARI

 '' WATU LUMPANG POJOKSARI, AMBARAWA, DAN UMPAK UMPAK KOLONIAL ''

Situs Watu Lumpang Pojoksari

Situs Watu Lumpang Pojoksari

Koleksi jejak klasic di Kecamatan Ambarawa nambah satu lagi, obyek itu berupa Watu Lumpang yang berada di Desa Pojoksari. Keberadaan watu lumpang tersebut di belakang rumah warga, lebih tepatnya di lahan produktif yang masih di manfaatkan untuk penanaman yang menghasilkan. Ada beberapa obyek yang memiliki periode masa yang berbeda. Diantaranya, dua buah watu lumpang yang berbeda ukuran. Obyek berikutnya berupa umpak bekas landasan penyangga tiang berupa bangunan rumah adat jawa, yang berbentuk Joglo Limas. Dan ada satu lagi obyek hampir menyerupai komponen bangunan candi, akan tetapi obyek tersebut bukan salah satu dari komponen bangunan candi.

Di sini saya akan mencoba menguraikan, atau menjelaskan beberapa obyek dari jejak sejarah yang berada di desa Pojoksari.

Yang pertama Watu Lumpang

Terdapat Dua buah batu lumpang, memiliki ukuran yang sangat berbeda. Yang satu berukuran besar, dan yang satunya lagi berukuran kecil. Kedua watu lumpang tersebut memiliki fungsi yang berbeda pula. Walau pun sekilas, konsep dari pemahatan memiliki kesamaan. Untuk pembeda yang berikutnya, periode pembuatan dan penggunaan di antara kedua watu lumpang tersebut, memiliki perbedaan dari segi masanya. Untuk watu lumpang dengan ukuran besar. Dugaan sementara, watu lumpang tersebut merupakan tinggalan dari periode Hindu Klasic dan memiliki banyak fungsi. Sedangkan batu lumpang dengan ukuran kecil, memiliki periode pebuatan dan penggunaan pada jaman kolonial hindia belanda. Yang di fungsikan sebagai alat untuk mempermudah suatu pekerjaan saja, yaitu menumbuk hasil pertanian.

Fungsi dari pada watu lumpang dugaan dari jejak hindu klasic 

Situs Watu Lumpang Pojoksari

1. Watu Lumpang memang sengaja di buat untuk mempermudah suatu pekerjaan. Misalnya, watu lumpang di buat lalu di fungsikn untuk menumbuk hasil dari pertanian.

2. Keberadaan watu lumpang dijadikan sebagai patokan atau penanda tentang awal mula tumbuh dan berkembangnya suatu peradaban pertama kali di sebuah wilayah. Tumbuh kembangnya peradaban itu, mendapatkan nama toponimi dengan sebutan Krajan.

3. Watu lumpang di ciptakan sebagai sarana, atau alat upacara saat datangnya masa tanam. Kalau untuk sekarang ini di sebut dengan ritual wiwitan. Sedangkan ritual wiwitan itu sendiri masih berjalan, dan masih ada hingga sampai saat ini. Wilayah wilayah yang masih mempertahankan adat budaya tersebut adalah, di Pulau Jawa dan Pulau Bali khususnya.

4. Masa peralihan, merupakan sebuah masa yang berkembang lebih maju. Dari segi ritual keagamaan dan ritual upacara lainnya. Watu Lumpang di jadikan sebagai bukti masa peralihan tersebut. Masa peralihan dari Pra Sejarah menjadi Sejarah. Pra Sejarah, di mana orang orang masa itu bekum mengenal tulisan, dengan kehidupan yang sering berpindah pindah. Tumbuh kembang kehidupannya masih bernaung di dalam goa dan pemanfaatan sumberdaya alam yang mampu mencukupi kebutuhan hidup yang hanya sesaat. Sedangkan sejarah adalah, suatu peradaban yang sudah menciptakan dan mengenal tulisan. Dengan kehidupan yang sudah menetap dan menjadi sebuah peradaban. Tumbuh kembangnya tidak berpindah pindah, dan masih tetap bertahan di wilayah yang di diaminya. Bertahan hidup dengan membangun dan mengembangkan sistem pertanian yang mampu menghasilkan, yang mampu memberikan, yang mampu mencukupi, untuk kebutuhan hidup dalam kesehariannya. Di tunjukan sebagai masa peralihan, watu lumpang yang memiliki pasangan berupa alu, yang notabenya sama sama berbahan baku dari batu yang terpahat. Dengan perkembangan jaman di sebutkan dengan Lingga Yoni Reborn. Yang di gunakan sebagi piranti untuk pemujaan dan di simbulkan sebagai Trimurti dalam keyakinan Hindu Siwa. Artinya, watu lumpang dan alu merupakan jejak masa peralihan dari Zaman Pra sejarah menuju Zaman Bersejarah.

Umpak Soko Guru

Obyek yang ke tiga adalah, berupa kumpulan kumpulan batuan umpak, yang memiliki ukuran dan bentuk pahatan yang berbeda. Ukuran umpak ada empat macam

1. Besar dan agak tebal berjumlah 4 buah, yang berfungsi untuk menopang soko guru utama yang berjumlah 4 batang. Ke empat soko guru tersebut, di fungsikan untuk menyangga kerangka bagian atap.

Umpak Soko Pengapit

2. Ukuran besarnya sama, akan tetapi agak pipih, di fungsikan untuk menopang soko pengapit. Umpak jenis ini memiliki 12 pasang yang nantinya, akan di kaitkan dengan tulangan atau kerangka bakal untuk penerapan dinding.

Umpak soko Pengarak Pertama

3. Ukuran sedang agak pipih memiliki 4 pasang, yang nantinya akan di kaitkan dengan tulangan. Yang akan menjadi bakal ruangan kedua, aytau ruangan dapur.

Berbagai macam bentuk Umpak

4. Ukuran kecil dengan bentuk pahatan agak tirus ke atas, yang seharusnya memiliki 4 pasang umpak. Ke empat umpak tersebut di fungsikan sebagai penopang tiang penyangga kerangga atap berupa teras. Ke empat tiang berada pada bagian depan bangunan, di sebut sebagai umpak dan soko pengarak.

Umpak Soko Pengarak

Untuk obyek yang selanjutnya, ini bukan panel dari bangunan masa klasic. Akan tetapi, ini adalah salah satu karya peninggalan jejak dari kolonial hindia belanda.























Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA