GUNUNG KEMUKUS

" DI PUNCAK GUNUNG KEMUKUS, ADA MAKAM SIAPA "


Komplek Makam Pangeran Samudra

Gunung Kemukus merupakan salah satu keunggulan destinasi wisata Religi di Bumi Sukowati. Berlokasi di Desa Pendem, Kecamatan Sumberlawang, Kabupaten Sragen. Gunung Kemukus berada di ketinggian kisaran 300 meter diatas permukaan laut. Tempat wisata yang dulunya mempunya citra negatif, berubah menjadi tempat wisata religi untuk semua kalangan dan wisata keluarga. Di lokasi Gunung Kemukus terdapat makam Pangeran Samudra yang setiap tanggal 1 Suro, atau 1 Muharram dalam kalender Hijriah tahun Jawa, dirayakan ritual Larap Slambu atau pencucian kelambu, yang di adakan tiap 1 tahun sekali. Upacara Larap Slambu merupakan prosesi pencucian dan penggantian kain peutup makam Pangeran Samudra. Kain slambu bekas penutup cungkup makam Pangeran Samudra,  dipotong kecil kecil. Air bekas cucian slambu dan potongan kain slambu kemudian diperebutkan oleh para pengunjung. Asal mula di sebut Gunung Kemukus, semua itu tidak bisa lepas dari legenda Pangeran Samudra, yang melakukan syiar Agama Islam sampai di wilayah tersebut. Menurut cerita, Pangeran Samudra adalah putra Prabu Barwijaya V, raja terakhir Majapahit dari seorang Ibu Selir. Kehidupan Pangeran Samadra kala itu merupakan masa-masa senja kerajaan Hindu. Seiring menguatnya pengaruh Muslim yang di mulai dari Kesultanan Demak Bintoro yang notabenya Kasultanan. Kesultanan Islam pertama di Jawa itu didirikan oleh Raden Patah, putera mahkota Prabu Brawijaya V. Sehingga Raden Patah dan Pangeran Samudra masih memiliki hubungan kekerabatan. Pada masa itu banyak kerabat kerajaan Majapahit yang mempelajari Agama Islam. Demikian pula dengan Pangeran Samudra, ia memutuskan tinggal di Demak Bintoro untuk mendalami Agama Islam kepada Sunan Kalijogo. Salah seorang ibu tiri yang juga merupakan salah satu selir raja, yakni Raden Ayu Ontrowulan, turut serta mengiringi Pangeran Samudra belajar Agama Islam di Kasultanan Demak. Beberapa tahun berlalu, Sunan Kalijogo mengutus Pangeran Samudro mengembara ke arah selatan menuju Gunung Lawu. Sang Pangeran diminta belajar kepada ulama-ulama Islam yang dijumpai selama di dalam perjalanan  itu. Sunan Kalijogo berharap, ilmu agama yang dimiliki Pangeran Samudra kian lengkap, sebagai bekal kelak dalam berdakwah penyebaran keyakinan Muslim. Selain berguru agama, Pangeran Samudra juga ditugaskan menyambung kembali tali silaturahmi dengan kerabat Majapahit yang tercerai berai, dan kehidupan mereka banyak mendiami wilayah kaki Gunung Lawu. Salah satunya adalah Kyai Ageng Gugur, yang makamnya berada di desa Pandan, di lereng Gunung Lawu. Pangeran Samudra singgah beberapa lama di pesanggrahan Kyai Ageng Gugur. Setelah memperoleh restu dari Kyai Ageng Gugur, Ia pun bermaksud pulang kembali ke Demak Bintoro. Pangeran Samudra telah berkhidmad dan bertekad bulat untuk menyebarkan agama Islam disepanjang perjalanan pulang. Ia diiringi oleh dua orang abdi untuk menemani, saat sang Pangeran melaksanakan Dakwahnya. Di dalam perjalanannya, Pangeran Samudra tiba di Desa Jenalas, kini wilayah Gemolong, untuk beristirahat sejenak. Di Jenalas, Pangeran Samudra berjumpa dengan Kyai Kamaliman yang berasal dari Demak. Kyai Kamaliman bermukim di Jenalas untuk menyebarkan dan mengajarkan Agama Islam.

Selanjutnya, Pangeran Samudra kembali melanjutkan perjalanan dan tiba di padang oro-oro Kabar, sekarang bernama dukuh Kabar, Desa Bogorame Kecamatan Gemolong. Namun setibanya disana, ujian terberat sang Pangeran, beliau jatuh sakit. Walaupun dalam keadaan sakit , Ia tetap beristiqomah dalam meneruskan perjalanan sambil berdakwah. Ketika sampai di dekat Dukuh Doyong, yang kini masuk wilayah Kecamatan Miri, kesehatan Pangeran Samudra  semakin memburuk. Salah satu abdi pengiring diminta untuk melanjutkan perjalanan dan melapor kejadian itu kepada sang Sultan. Sesampainya di Demak, sang abdi melaporkan kepada Sultan bahwa, kemungkinan Pangeran Samudra tidak dapat melanjutkan perjalanannya hingga sampai ke Demak. Kabar dari abdi tersebut telah di sambut baik oleh sang sultan. Walau pun dalam hatinya berkecamuk memikirkan tentang keadaan saudaranya. Sang Sultan memerintahkan kepada abdi tersebut, untuk kembali dan menjaga saudaranya yang sekarang sedang sakit. Untuk memberikan perawatan, pelayanan yang baik kepadanya. Tidak lama kemudian, setelah kabar sakitnya Pangeran Samudra sampai di Kasultanan Demak. Selang beberapa hari kemudian, Pangeran Samudra wafat. Abdi itu kembali untuk melaporkan kejadian ini. Setelah kabar tersebut sampai kepada Sultan Demak, sang Sultan bergegas untuk berangkat ke tempat saudaranya yang meninggal di dalam perjalanan. Sang Sultan berangkat menuju ke arah selatan, dengan membawa Pasukan Pengiring terdiri dari dari wiratamtama, Sorogeni, Prawiroanom, Jayeng Astra, Doropati, dan Joyosuro. Perjalanan itu terlampaui agak singkat. Karena, perjalanan sang Sultan bersama Para Pengawal Kasultanan menunggangi Kuda. Sesampainya di lokasi, di mana tubuh Sang Pangeran terbujur kaku dan sudah tidak bernyawa. Sang Sultan segera memerintahkan para pengawal untuk melaksanakan acara pemakaman jenazah. Tata laksana pengurusan jenazah sang Pangeran telah usai. sang Sultan memberikan perintah kepada semua pengawalnya yang hadir dalm upacara ini. Jika Pangeran Samudra wafat atau meninggal, agar dimakamnan di sebuah bukit, yang lokasinya agak jauh dari tempat sang Pangeran mangkat. Sesuai amanat Sultan Demak, jenazah sang Pangeran akhirnya dimakamkan disebuah bukit sebelah barat laut Dukuh Doyong. Makam tersebur berada di ketinggian sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Berhubung puncak Gunung tempat pemakaman sang Pangeran  sering diselimuti kabut putih di pagi hari, hingga menyerupai asap yang keluar dari kukusan,  maka dari itu, warga sekitar menyebutnya dengan sebutan Gunung Kemukus. Kemukus berasal dari bahasa Jawa, merupakan sebuah alat untuk membantu, atau mempermudah suatu pekerjaan dalam memasak. Yang di sebut dengan kukusan, dan beralih kalimat menjadi kemukus, berbahan baku dari anyaman pohon bambu.

Lokasi Sendang Ontrowulan

Petilasan Raden Ayu Ontrowulan
Sendang Ontrowulan

Ditempat terpisah, Raden Ayu Ontrowulan yang berada di Demak sangat bersedih, saat mendengar kabar meninggalnya Pangeran Samudra. Dengan diliputi duka yang sangat mendalam, sang Raden Ayu pun berkehendak ingin pergi dan menyusul ke Gunung Kemukus. Ia bermaksud untuk bertakziah, memberi penghormatan terakhir kepada Pangeran Samudra. Sesampainya di Gunung Kemukus, Raden Ayu  Ontrowulan memeluk pusara Pangeran Samudra dan tak mau melepaskan hingga beberapa waktu lamanya. Sampai akhirnya sang putri tersadar dan mengiklhaskan kepergian Pangeran Samudra menghadap Yang Kuasa. Dalam suasana berkabung, Raden Ayu Ontrowulan berjalan menuju ke sebuah sendang, mengambil air untuk mensucikan diri. Raden Ayu menenangkan batinnya, dan memanjatkan doa kepada Allah SWT. Setelah memperoleh petunjuk, Ia kemudian memutuskan tinggal di Gunung Kemukus hingga sampai beliau wafat. Sebuah obyek berbentuk sumur, di mana mata air tempat bersuci Raden Ayu sekarang dikenal dengan sebutan Sendang Ontrowulan. Letaknya berada di lereng kaki Gunung  Kemuku, lebih tepatnya di bawah komplek makam Pangeran Samudra. Air sendang itu tidak pernah kering walaupun saat musim kemarau tiba. Banyak yang mempercayai keistimewaan air sendang Ontrowulan, setelah di bacakan Surat Alfatihah, yang di khususkan kepada Pangeran Samudra dan Raden Ayu Ontrowulan, jika percaya atas kuasa Sang Maha Pemurah dan maha Pencipta, air itu akan ada manfaat dan kasiatnya. Bahkan yang melakukan sesuci dari sumur tersebut, tidak hanya satu golongan dari sebuah keyakinan saja. Akan tetapi, sesuci di sumur Ontrowulan atau Sendang Ontrowulan berlaku untuk semua keyakinan. Dengan niat yang benar benar ikhlas dalam menjalani ajaran masing masing, dan meminta perlindungan dari Pengeran Kang Akaryo Jagd. Utowo Gusti kang moho noso. Dari  Perjalanan Pangeran Samudro dalam bersyiar Islam telah mewariskan nilai-nilai keteladanan kepada para pengikutnya. Pangeran Samudra senantiasa mengajak untuk mendekatkan hati, pikiran, dan memperbaiki perbuatan dalam kehidupan. Semua di tujukan, karena semata-mata demi ridha  Allah SWT. Dengan dilandasi rasa cinta kasih kepada sesama manusia di alam raya. Sebagaimana nasihat dari Sang Pangeran yang dituturkan secara turun temurun: “ Sing sopo duwe pajongko marang samubarang kang dikarepke, bisane kalakon iku kudu sarono pawitan temen, mantep, ati kang suci, ojo slewing-slewing. Kudu mindeng marang kang katuju, cedhakno pangrasa tresna marang Gusti Allah kaya dene yen arep nekani kang ditresnani.


Penulis  : Mira_Diskominfo

Editor    : Yuli_Diskominfo

Sumber : Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sragen


Nisan Pangeran Samudro


Komplek Makam Pangeram Sumedra


Makam Pangeran Samudra


Hiasan Pada Nisan, Pangeran Samudra


Hiasan Nisan Pangeran Samudra


Pahatan Nisan Pangeran Samudra


Sumur Komplek Makam Dewi Ontrowulan


Hiasan Pada Nisan Pangeran Samudra


Hiasan Nisan Pangeran Samudra


Komplek Makam Pangeran Samudra


Hiasan Nisan Pangeran Samudra


Nisan Pangeran Samudra


Nisan Pangeran Samudra


Nisan Pangeran Samudra


Cungkup Makam Pangeran Damudra





Cungkup Makam Pangeran Samudra







Gunung Kemukus adalah objek wisata religi di Sragen, Jawa Tengah, yang identik dengan makam Pangeran Samudra dan Sendang Ontrowulan. Dikenal karena kisah legenda dan tradisi lokal yang terkait dengan ziarah ke makam tersebut, Gunung Kemukus kini sedang ditata kembali untuk mengembalikan citranya sebagai tujuan wisata religi yang bersih dari aktivitas negatif yang pernah berkembang. 

Asal Usul Penamaan

Nama "Kemukus" berasal dari kabut tebal yang menyerupai alat memasak tradisional bernama kukusan, yang muncul di puncak gunung menjelang pergantian musim. 

Legenda dan Tradisi

Pangeran Samudra:

Gunung Kemukus tidak lepas dari kisah Pangeran Samudra, seorang tokoh penyebar agama Islam yang konon merupakan putra Raja Majapahit. 

Ziarah:

Makam Pangeran Samudra menjadi pusat ziarah bagi banyak peziarah, terutama dari Jawa Tengah dan DIY. 

Sendang Ontrowulan:

Di area Gunung Kemukus juga terdapat Sendang Ontrowulan, sebuah sumber mata air yang juga menjadi bagian dari ritual ziarah. 

Perkembangan dan Penataan Ulang 

Ritual Seks:

Gunung Kemukus pernah identik dengan ritual seks yang dilakukan oleh sebagian peziarah dengan dalih "ngalap berkah", sebuah praktik yang kemudian sangat mengkhawatirkan karena dikaitkan dengan HIV/AIDS dan prostitusi berkedok ziarah.

Upaya Penertiban:

Pemerintah Kabupaten Sragen berupaya menertibkan kawasan wisata religi ini dengan membersihkan prostitusi, karaoke, dan warung remang-remang untuk mengembalikan marwah Gunung Kemukus sebagai tempat wisata religi yang positif.

Rekonstruksi Kisah:

Salah satu upaya untuk meluruskan pemahaman masyarakat adalah dengan melakukan rekonstruksi kisah Pangeran Samudra agar masyarakat mengetahui legenda yang sesungguhnya.




Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA