MAKAM BUDDHO MUSUK, BOYOLALI, TERNYATA MAKAM ULAMA DAN MURSYID

" LANGGAM NISAN DENGAN PERIODE YANG BERBEDA "

Batuan Candi, Sisa dari reruntuhan
Batuan Candi, Sisa dari reruntuhan
Terletak pada suatu wilayah yang jauh dari pemukiman warga. Ditengah tengah lahan produktif, terdapat komplek makam kasepuhan dengan periode yang berbeda. Dusun Recosari, Desa Musuk, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, menjadi saksi bisu dengan adanya jejak perjalanan suatu beradaban. Dari peradaban Hindu, sampai beralih ke peradaban Muslim. Di desa musuk khususnya, bernaung dua dusun yang di mendominasi jejak peradaban hindu klasic. Dusun Recosari dan Dusun Tampir, keduanya adalah wilayah yang banyak menyimpan situs dari jejak peradaban hindu. Di duga, wilayah tersebut dulu pernah berdiri komplek percandian yang besar. Dengan temuan Yoni dan arca Ganesha berukuran besar. Yang sekarang disimpan di rumah arca Boyolali kota. Banyak sisa sisa temuan dari reruntuhan bangunan candi, yang sekarang dipindahkan ditata ulang dan bersanding dengan komplek makam yang di sepuhkan. Komponen dari sisa reruntuhan bangunan candi, ditata ulang hampir menyerupai konstruksi bangunan makam. Konon ceritanya, batu batuan candi tersebut pindahan dari tempat yang tidak terlalu jauh deri makam kasepuhkan. Berada di sebelah utara komplek pemakaman, radius kurang dari 150 meter.

Susunan Batu Candi yang menyerupai makam
Disini saya tidak akan membahas tentang temuan temuan dari bangunan Candi. Akan tetapi, di sini saya akan mengupas tentang komplek makam yang disepuhkan di wilayah tersebut. Lebih di kenal dengan sebutan makam Buddho atau makam Mbuddho. Karena identik dengan nisan yang terbuat dari bahan baku batu, yang di asumsikan sebagai makam orang yang memiliki keyakinan Buddha. Ada pula yang berpendapat, makam buddho identik dengan keberadaan situs bangunan candi. Sebenarnya perihal demikian sudah umum terjadi. Di mana makam yang benar benar di sepuhkan, sering kali berada di atas situs bangunan candi, atau di seputaran bangunan candi. Perihal demikian tidak hanya di Jawa Tengah dan Jawa Timur saja. Saya berpendapat bahwa, para ulama ulama sepuh dan tokoh pemerintahan kala itu, ketika meninggal dunia atau wafat, sengaja di pilihkan tempat sebagai pembaringan terakhir. Dan tempat yang dipilih benar benar di anggap suci dan keramat. Supaya apa .. ??? Bertujuan supaya, jejak leluhur hindu buddha terjaga, terawat dan di lestarikan sesuai dengan kekeramatannya.

Sama halnya dengan ketiga tokoh penting ini. Beliau dimakamkan di wilayah yang kebetulan terdapat jejak peradaban nenek moyang sebelumnya. Biarpun notabenya berbeda keyakinan, akan tetapi masih tetap menghormati leluhur yang di anggap sebagai jati diri bangsanya.
Tiga pusara yang masih memiliki nisan yang lengkap, dan secara gamblang masih di anggap sempurna dari segi pahatannya. Ketiga nisan tersebut memberikan keterangan atau informasi tentang penokohan, jabatan, status sosial yang melekat pada ketiga nisan tersebut. Akan tetapi, ketiga nisan tersebut juga memberikan keterangan bahwa, memiliki peiode dengan masa yang berbeda kepemimpinan. Walau pun dengan hitungan yang sangat sebentar.

Nisan yang berada di sisi paling ujung timur, terdapat nisan dengan langgam atau Typologi Demak peride 1500 an akhir, dan titik awal Kasultanan Pajang. Nisan tersebut juga memberikan informasi bahwa, yang di makamkan merupakan seorang tokoh dari kasultanan Demak yang secara kebetulan beliau di utus atau di tugaskan menjadi pejabat daerah setempat. Selain menyandang gelar sebagai pejabat, tokoh dari kasultanan demak juga memiliki tingkatan sepiritual yang tinggi. Terlihat dari pahatan simbol bulan sempurna yang memberikan keterangan bahwa, tingkatan nasab keilmuannya sudah sangat sempurna. Ilmu ilmu tasyawuf yang mencakup tingkatan sepiritual Syariat, Tarekat, Hakikat dan Ma'rifat. Mungkin juga timbul pertanyaan. Jangan jangan, tokoh satu ini, memiliki tingkatan sepiritual setara dengan Wali Songo .. ??? Kalau saya memberikan keterangan atas jawabannya adalah Iya. Tokoh yang di makamkan di Dusun Recosari, Desa Musuk, Kecamatan Musuk, Kabupaten Boyolali, memang benar memiliki tingkatan nasab keilmuan yang setara dengan Wali Songo. Cuma bedanya dengan Wali Songo adalah, status sosialnya. Bahwa, Wali Songo adalah dewan wali yang berfungsi sebagai penasehat Sultan atau Raja. Yang memiliki atau memangku jabatan dalam sistem pemerintahan sebagai Menteri dari kasultanan Demak. Sedangkan ketiga tokoh yang dimakamkan, di dalam komplek makam buddho ini adalah, Satu seorang tokoh Ulama dan pejabat pemerintaha, dan yang dua diantara ketiganya adalah tokoh Mursyid, atau Murid dari ulama tersebut. 

Nisan Tokoh Utama
Nisan Tokoh Utama
Di bagian sisi tengah diantara ketiga makam tokoh, terdapat satu nisan yang memiliki perbedaan dari segi pahatanya. Tanpa simbul purnama sidi atau bulan terang. Hanya terpahat semacam garis lurus halus membujur ke atas bawah. Dengan ukiran pinggang yang sangat sederhana sekali. Sodo lanang, atau soko tunggal. Merupakan simbul yang memiliki arti sang penuntun. Di ibaratkan tongkat, orang berjalan di kegelapan malam tanpa pencahayaan, tanpa lampu sebagai penerang. Tongkat tersebut di fungsikan sebagai penunjuk arah, dan untuk mencari tau tentang jalan yang penuh rintangan, supaya terhindar dari mara bahaya, untuk bisa mencapai tujuan. Perihal seperti ini menunjukan sebuah arti, bahwa tokoh yang di makamkan adalah seorang Mursyid. Sang penuntun, yang memberikan petunjuk jalan bagi orang yang kesusahan dalam menemukan tujuan. Mursyid adalah, tenaga guru yang di perbantukan untuk mengajar, membimbing, atau memberitahukan tentang jalan yang lurus dalam kehidupan, atau di sebut juga dengan ilmu Toriqod. Dalam kontek sepiritual, merujuk pada jalan atau cara yang di tempuh seorang Sufi atau orang yang mendalami Ilmu tasyawuf. Typologi nisan menunjukan periode kejayaan Kasultanan Pajang.

Typologi Nisan Periode Kasultanan Pajang
Typologi Nisan Periode Kasultanan Pajang
Sedangkan untuk typologi nisan yang berada disisi barat, yang terbilang paling muda periodenya jika di banding dengan kedua nisan yang berada di sisi sebelah timur. Sama sama memiliki pahatan soko tunggal, atau memiliki pahatan sodo lanang. Menunjukan setatus sosial beliau adalah seorang mursid. Memiliki kesamaan status dengan makam tokoh yang berada di bagian tengah. Sedangkan untuk typologi nisan memberikan keterangan, akhir Pajang Awal Mataram.

Typologi Nisan, Akhir Pajang, Awal Mataram Islam
Typologi Nisan, Akhir Pajang, Awal Mataram Islam
Secara menyeluruh, sebenarnya ketiga makam tokoh tokoh tersebut memiliki periode yang tidak terlalu jauh. Dan apakah, di masa kehidupannya ketiga tokoh tersebut pernah saling bertemu .. ??? Kemungkinan atau dugaan semetara Iya. Beliau bertiga pernah saling bertemu, walau pun secara singkat hanya terletak pada periode masa kepemimpinan saja. Demak berakhir pada tahun 1546. Kasultanan Pajang berdiri pada tahun 1568 - 1583, akhir dari kasultanan pajang. Awal mataram islam 1586, selisih 3 tahun setelah runtuhnya kasultanan Pajang. Periode sepak terjang tokoh ke tiganya hanya selisih 40 tahun saja. Bahkan, sudah berganti masa kepemimpinan dan masa kejayaan di Kasultanan antara, Demak, Kasultanan Pajang, dan Masuk ke Kasultanan Mataram Islam awal.

Typologi Nisan, Akhir Demak, Awal Pajang
Typologi Nisan akhir Pajang, awal Mataram Islam
Typologi Nisan Periode Kasultanan Pajang









Pengertian nisan adalah, sebuah obyek yang di jadikan penanda, atau prasasti yang memberikan keterangan tentang nasab keilmuan, status sosial atau jabatan dalam sistem pemerintahan.

#boyolali #dusuntampir #desamusuk #kecamatanmusuk #blusukanmakam #blusukancandi












 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA