SUMUR ITU CIKAL BAKAL BANGUNAN CANDI, DAN TIGA MAKAM TOKOH PEJABAT DARI KASULTANAN MATARAM ISLAM

" CIKAL BAKAL BANGUNAN CANDI DAN MAKAM KASEPUHAN, PERIODE MATARAM ISLAM AWAL "

Komplek Makam Kyai Cublik

Banyak yang sudah mengenal obyek itu dengan sebutan sumur Blandung. Merupakan obyek yang memiliki nilai sejarah yang patut untuk dikaji, di pelajari, di tulis, dikembangkan lewat penelitian. Sebagai sumber informasi tambahan tentang keberadaan situs di wilayah tersebut. Tidak hanya sampai ditahap itu saja, selain dikembangkan, juga bisa berfungsi untuk di jadikan sebuah pesan. Dengan harapan, lapisan masyarakat bisa ikut berperan untuk melindungi, dan melestarikan warisan cagar budaya tinggalan dari leluhur kita. Dusun Karanganyar, Desa Tegowanuh, Kecamatan Kaloran, Kabupaten Temanggung. Terbukti menyimpan banyak jejak jejak peradaban masa periode klasic, atau mataram hindu, hingga Jejak peradaban Islam

Makam tokoh pemerintahan Kyai Cublik

Bukan hanya di tempat satu ini saja, melainkan setiap sudut wilayah di kabupaten temanggung memiliki legenda atau cerita rakyat yang berbeda beda dan beragam. Cerita dan legenda itu di jadikan bukti yang di sangkut pawutkan dengan adanya jejak sejarah. Berkesan memiliki tingkatan sepiritual yang sangat di sakralkan. Ketika mengingat kedua obyek tersebut saling berdampingan di tempat yang sama, dengan gambaran situasi seperti ini, jejak sejarah dikabupaten temanggung, banyak memiliki kesamaan dalam peranan. Termasuk di sini lah, peranan leluhur kita berkarya, membangun, mengembangkan ilmu teknologi yang mereka punya. Keberadaan obyek berkesan akan menambah nilai Historis di setiap wilayah yang berketempatan. Sama halnya di tempat ini, bukti bukti sejarah saling menguatkan di antaranya. Dari perkembangan jaman yang semakin maju kedepan, peradaban itu terus berganti dan membuka peradaban baru hingga menjadikan warna warni kebudayaan yang saling melengkapi. Peradaban hindu buddha yang banyak existensinya hingga sampai sekarang. Banyak meninggalkan jejak berupa bangunan kuno berupa reruntuhan Candi.

Komponen sebuah bangunan kuno

Komponen sebuah bangunan kuno
Existensi lainya, yang ikut mewarnai jejak sejarah Kabupaten Temanggung, berupa jejak peradaban muslim berupa bangunan tempat tempat ibadah dan bangunan makam kasepuhan. Bangunan makam kasepuhan mulai dari Periode Kasultanan Demak, Kasultanan Mataram Islam, Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogja. Bahkan jejak peradaban keduanya saling berdampingan. Bukti yang kuat dan fakta yang menunjukan. Di sini, dusun karanganyar, desa tegowanuh, terdapat jejak peradaban hindu berupa sisa dari reruntuhan bangunan candi dan komplek pemakaman kasepuhan periode Mataram Islam awal. Yang notabenya jelas jelas memiliki keyakinan yang berbeda. Dari sini kita tau bahwa, keduanya memiliki wibawa dan kesakralan yang sama. Pembeda telah menunjukan keindahan, dan menunjukan sebuah kearifan yang sebenarnya sudah terjadi di masa itu. Perihal seperti ini bukan rahasia lagi, sudah merata terjadi di wilayah Nusantara. Yang paling dominan di wilayah Jawa Barat, Jawa Tenga, dan Jawa Timur. Bukan karena pengalihan sebuah kekuasaan yang pernah terjadi di saat itu. Akan tetapi, dengan cara seperti ini lah leluhur kita menjaga dan melestarikan jejak jejak sejarah dari nenek moyang pendahulunya. Alasan yang lain untuk memperkuat perihal hal itu, para alim ulama sebagai leluhur pendahulu kita. Sebelum wafat sudah memberikan pesan kepada ahli waris yang akan di tinggalkan. Ketika wafat untuk proses pemakaman, supaya dikuburkan di tanah putih. Itu artinya, tanah yang pernah di sucikan oleh para pendahulunya. Karena, para ulama Sepuh kala itu, sudah tau tentang di mana tata letak tanah yang memiliki tingkatan sepiritual yang tinggi dan kesakralan. Memiliki anggapan secara pribadi, ingin selalu dekat dengan Sang penciptanya. Maka dari itu, kebanyakan makam makam ulama sepuh berada di sekeliling dan seputaran bangunan candi. Ada pula yang berada di puncak gunung atau perbukitan. Tidak mungkin terjadi, ketika makam makam Ulama berada di sebelah barat bangunan Masjid. Terkecuali Ulama yang merangkap jabatan dalam sistem pemerintahan, dan menjadi Abdi Dalem di dalam ruang lingkup Kasultanan. Karena pada saat itu,  keberadaan bangunan Masjid di luar Kasultanan sangat minim sekali. Keberadaan tempat beribadah kaum muslim yang murni berwujud bangunan masjid, hanya ada di wilayah Kota Raja atau di dalam lingkup Kasultanan. Jadi, perjalanan sepiritual ulama pada masa itu dilakukan di mana saja. Tidak harus di dalam bangunan Masjid, Surau, Langgar, atau pun Mushola. Akan tetapi, para Ulama melaksanakan kegiatan sepiritual bisa terjadi ditempat yang di anggapnya suci.

Kita akan membahas dari jejak peradaban yang tua terlebih dahulu.

Komplek Makam Kyai Cublik


Di dalam komplek makam kasepuhan, terdapat beberpa komponen batu balok penyusun bangunan candi. Dan satu komponen penghias bagian ambang pintu bangunan. Berbahan baku batu andesit, panel tersebut memiliki ukiran atau pahatan yang sangat detail dan terlihat artistik. Pahatan yang menggambarkan kepala sosok raksasa yang sangat menyeramkan. Memiliki mata bulat lebar berwarna merah dan menyala. Bergigi taring dan memiliki rambut berwujud api. Pahatan yang menjadikan sebuah komponen atau panil di sebut dengan relief Kala. Selain berada di ambang pintu bangunan candi, relief kala bisa kita lihat pada ambang relung penempatan arca kulit luar bangunan candi. Yang nantinya, setiap reluang akan di tempati beberpa arca yang menghadap ke arah mata angin yang berbeda. Komponen komponen di fungsikan sebagai jirat makam tokoh yang disepuhkan. Informasi dari warga, panel panel tersebut merupakan komponen pindahan dari obyek yang di sebut dengan sumur Blandung. Dari komplek makam berjarak kisaran 50 sampai 60 meter. Berada di dalam sebuah bangunan tanpa atap, dengan konstruki bangunan pintu gapura kecil membentuk bentar.

Didepan pintu gapura makam, lebih tepatnya berada disisi kanan ketika kita memposisikan masuk kedalam komplek makam. Terdapat sebuah batu lumpang kuno, yang keberadaanya masih bertahan dari dahulu hingga sekarang. Dugaan sementara, batu lumpang tersebut satu periode dengan bangunan candinya.

Komplek Makam Kyai Cublik

Apa sebenarnya fungsi dari pada watu lumpang itu sendiri

1. Watu Lumpang memang sengaja di buat untuk mempermudah suatu pekerjaan. Misalnya, watu lumpang di buat lalu di fungsikn untuk menumbuk hasil dari pertanian.

2. Keberadaan watu lumpang dijadikan sebagai patokan atau penanda tentang awal mula tumbuh dan berkembangnya suatu peradaban pertama kali di sebuah wilayah. Tumbuh kembangnya peradaban itu, mendapatkan nama toponimi dengan sebutan Krajan.

3. Watu lumpang di ciptakan sebagai sarana, atau alat upacara saat datangnya masa tanam. Kalau untuk sekarang ini di sebut dengan ritual wiwitan. Sedangkan ritual wiwitan itu sendiri masih berjalan, dan masih ada hingga sampai saat ini. Wilayah wilayah yang masih mempertahankan adat budaya tersebut adalah, di Pulau Jawa dan Pulau Bali khususnya.

4. Masa peralihan, merupakan sebuah masa yang berkembang lebih maju. Dari segi ritual keagamaan dan ritual upacara lainnya. Watu Lumpang di jadikan sebagai bukti masa peralihan tersebut. Masa peralihan dari Pra Sejarah menjadi Sejarah. Pra Sejarah, di mana orang orang masa itu bekum mengenal tulisan, dengan kehidupan yang sering berpindah pindah. Tumbuh kembang kehidupannya masih bernaung di dalam goa dan pemanfaatan sumberdaya alam yang mampu mencukupi kebutuhan hidup yang hanya sesaat. Sedangkan sejarah adalah, suatu peradaban yang sudah menciptakan dan mengenal tulisan. Dengan kehidupan yang sudah menetap dan menjadi sebuah peradaban. Tumbuh kembangnya tidak berpindah pindah, dan masih tetap bertahan di wilayah yang di diaminya. Bertahan hidup dengan membangun dan mengembangkan sistem pertanian yang mampu menghasilkan, yang mampu memberikan, yang mampu mencukupi, untuk kebutuhan hidup dalam kesehariannya. Di tunjukan sebagai masa peralihan, watu lumpang yang memiliki pasangan berupa alu, yang notabenya sama sama berbahan baku dari batu yang terpahat. Dengan perkembangan jaman di sebutkan dengan Lingga Yoni Reborn. Yang di gunakan sebagi piranti untuk pemujaan dan di simbulkan sebagai Trimurti dalam keyakinan Hindu Siwa. Artinya, watu lumpang dan alu merupakan jejak masa peralihan dari Zaman Pra sejarah menuju Zaman Bersejarah.

Komponen Umpak

Komponen Umpak

Obyek yang di sebut dengan situs sumur Blandung, merupakan tempat terkumpulnya beberapa panel yang di duga kuat sebagai komponen dari bangunan candi. Berupa umpak berbentuk balok lingkaran dengan ukuran diameter kurang lebih 60 cm, dan umpak lingkaran dengan pahatan pipih dengan ukuran 40 cm, dan ukuran diameter kisaran 80 cm. Kedua komponen tersebut di fungsikan sebagai lapik penopang komponen yang berbahan baku dari kayu. Sedangkan komponen yang berbahan kayu, memiliki fungsi sebagai penopang kerangka atap. Jika kita melihat perbedaan dari kedua bentuk umpak tersebut, keduanya memiliki peranan yang sama, akan tetapi memiliki perbedaan dalam penempatannya. Umpak yang terpahat pipih di fungsikan untuk menopang tiang penyangga kerangka atap utama, atau soko guru utama yang seharusnya memiliki 4 buah. Sedangkan umpak yang terpahat berbentuk balok lingkaran, berfungsi untuk menopang soko pengapit yang berada di sekeliling soko utama atau soko gurunya. Seharusnya umpak umpak tersebut berjumlah 12 buah. Dugaan berikutnya, ketika bangunan candi itu berdiri dengan sempurna, memiliki kesamaan konstruksi yang sama dengan Candi Sambisari, dan bangunan Candi Klero. Akan tetapi, kedua panel umpak tersebut hanya tersisa 1, untuk penopang soko pengapit. Dan ada dua untuk penopang soko gurunya. Yang lainnya belum di ketahui keberadaanya. Bisa saja kedua panel tersebut masih terkubur, bisa juga kedua panel tersebut sudah berpindah ke tempat lainnya.

Komponen Umpak
Komponen Umpak

Selain material yang berbahan batu andesit, material lainnya yang berbahan baku dari cetakan tanah liat, berbentuk bata ukuran besar, dapat kita lihat dan ikut melengkapinya. Dugaan komponen bata bata kuno dibuat dan di pergunakan untuk dasaran utama sebelum pembangunan Candi di mulai. Konsep pembangunan seperti ini, memiliki persamaan dengan konsep kontruksi bangunan Candi Sewu yang berada di wilayah Dukuh Bener, Dessa Bugisan, Kecamatan Prambanan, Kabupaten Klaten.

Komponen Banon
Komponen Banon

Terus, kira kira fungsi sumuran di dalam pembangunan candi tersebut sebagai apa .. ???

Sebelum pembangunan tempat pemujaan atau candi, pembuatan sumuran itu sangat di utamakan. karena memiliki peranan yang sangat penting. Yang di fungsikan untuk menyimpan atau mengubur peripih yang berisikan mantera pemujaan. Tergantung bangunan candi tersebut di peruntukan untuk pemujaan kepada dewa siapa yang di agungkan. Kalau candi untuk pemujaan atas keagungan Dewa Siwa, biasanya isi dalam peripih tersebut berupa lempengan emas yang bertuliskan mantera pemujaan Siwa. Berisikan benda logam mulia lainnya, atau butiran batu mulia. Sedangkan untuk bangunan candi yang di peruntukan pemujaan kesuburan, di dalam peripih berisikan lempengan emas bertuliskan mantera dengan huruf jawa kuno. Tulisan mantera tersebut di peruntukan sebagai keagungan Dewi Sri atau dewi padi. Selain lempengan emas yang bertuliskan mantera, di dalam peripih juga di isi dengan hasil pertanian seperti padi, gandum, jagung dan kacang kacangan. Untuk fungsi benda tersebut secara keseluruhan di anggap sebagai unsur senyawanya bangunan candi.

Kita kembali ke komplek makam sepuhnya

Komplek Makam Kyai Cublik
Komplek Makam Kyai Cublik

Terdapat 3 pusara tokoh dari Kasultanan Mataram Islam, berada di dalam sebuah bangunan tanpa atap. Diantara ketiga makam, ada salah satu makam tokoh yang terletak  di bagian tengah, bernisankan komponen batuan candi. Akan tetapi,cerita dari warga muncul ketika mempertanyakan keberadaan dan kondisi nisan ketiga tokoh. Menurut warga sekitar, pada tahun 1990 an, nisan memiliki bentuk dari pahatan yang sama, dalam kondisi masih utuh dan komplit. Sehingga berjalannya waktu, ketiga makam tersebut berangsur dengan kondisi dan gambaran seperti saat ini. Secara keseluruhan, nisan ketiga patah pada bagian pinggangnya, dan hilang di antaranya. Ketiga makam tokoh berasal dari Kasultanan Mataram Islam, periode masa kepemimpinan Panembahan Senopati Danang Sutawijaya. Dan ketiganya merupakan pejabat pemerintahan yang di tugaskan untuk mengatur dan memimpin jalanan sistem pemerintahan diwilayah tersebut. Bisa saja tokoh utama memiliki gelar kepemimpinan dalam sistem pemerintahan sebagai Tumenggung. Lebih di kenal dengan sebutan " Kyai Cublik ". Tokoh tersebut di muliakan pada hari hari tertentu. Di yakini oleh warga sekitar, Kyai Cublik adalah sosok tokoh yang di anggap sebagai ulama pertama kali datang dan membuka wilayah Tegowanuh. Jangan jangan, ketiganya adalah makam keluarga tokoh pemerintahan dari kasultanan mataram islam awal. Jawabannya, bisa Iya, dan bisa Tidak. Harus butuh kajian dan penelitian yang cermat. Belum bisa di tentukan, karena nisan sebagai sumber informasinya tidak utuh, tidak lengkap keberadaanya. Jawaban itu hanya bisa menduga saja. Bisa Iya, dan Bisa tidak.

Sumur Blandung
Komplek Makam Kyai Cublik

Apakah benar demikian .. ???

Jelasnya

Jika yang membuka wilayah untuk pertama kalinya sudah berlangsung sejak Kerajaan Mataram Hindu. Sedangkan tokoh Kyai Cublik merupakan generasi penerus dari Kasultanan Mataram Islam Awal.












Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA