'' JEJAK PERADABAN HINDU KLASIC RERUNTUHAN CANDI ASU, DESA CANDI, KECAMATAN BANDUNGAN ''
 |
Sisa Bangunan Candi Asu |
Selain bangunan Candi di Perkomplekan Gedong Songo, ternyata wilayah Bandungan menyimpan jejak leluhur Nusantara yang masih tersembunyi. Di bawah rimbunannya tanaman bambu, seolah memberikan kabar bahwa, dia merasa aman dan nyaman di sana. Seoolah, waktulah yang menjauhkan dia dari hingar bingar dan hiruk pikuknya keramaian manusia. Terdiam tanpa kata, terdiam melindungi yang bernaung di dalamnya. Masih di lereng Gunung Ungaran, lebih tepatnya berada di sisi sebelah Tenggara. Dan, lokasi ini jarang sekali di ketahui atau di kunjungi oleh orang luar, terkecuali penduduk atau warga sekitar. Warga lebih mengenalnya dengan sebutan Candi Asu. Dan mungkin timbul suatu pertanyaan, kenapa untuk istilah atau penyebutannya seperti itu. Untuk ulasannya, tentang kenapa reruntuhan bangunan candi di kenal dengan istilah demikian. Tunggu jawabanya di dalam pokok inti bahasan. Jika di tarik garis, sebenarnya bangunan candi ini lurus sejajar dengan komplek percandian Gedong Songo yang ke VIII.
 |
Candi Asu
|
Bahkan, di antara lokasi reruntuhan bangunan candi asu, dan lokasi perkomplekan candi gedong songo yang ke VIII, di tengah tengah antara keduanya juga terdapat bekas reruntuhan bangunan candi. Lebih di kenal dengan sebutan watu rumpuk, atau batu yang berkumpul. Akan tetapi, keberadaannya di tengah tengah lahan produktif milik warga. Obyek yang di maksud watu rumpuk, memiliki cerita rakyat yang belum banyak di ketahui orang. Konon ceritanya, sebelum Candi Gedong Songo dibangun di tempat yang sekarang ini, awal mula tempat yang di pilih adalah, tempat yang sekarang ini di kenal dengan sebutan watu rumpuk. Jadi antara lokasi keberadaan candi asu, lokasi keberadaan watu rumpuk, dan lokasi keberadaan komplek percandian gedong songo yang ke VIII sejajar garis lurus. Namun di sisni, saya tidak akan membahas tentang situs watu rumpuk mau pun perkomplekan candi gedong songo. Pokok bahasan kali ini adalah, mengagumi sisa jejak peradaban masa klasic. Berupa runtuhan dari bangunan candi yang di kenal masyarakat sekitar dengan sebutan candi Asu, atau candi Anjing.
 |
Sisa Banguan Candi Asu |
Berada di Dusun candi, Desa Candi, Kecamatan Bandungan, sisa dari reruntuhan bangunan pemujaan hindu klasic ini memiliki kisah perjalanan cerita yang teramat panjang. Dengan wujud bangunan candi yang sudah tidak utuh lagi, bangunan candi ini pernah mengalami keterpurukan. Komponen komponen dari bangunan candi, pernah di alih fungsikan menjadi bahan material vondasi untuk bangunan Masjid di wilayah tersebut. Pemanfaatan panel panel candi tersebut terjadi sudah lama sekali. Untuk awal memulainya bangunan masjid di perkirakan pada tahun 1970an. Selain pemanfaatan untuk bangunan masjid, komponen dari bangunan candi juga banyak yang tersebar di komplek pemakaman umum milik warga. Kebanyakan panel panel tersebut dari konstruksi bagian selasar atau kaki candi. Awal melakukan blusukan atau kunjungan ke situs candi asu, pada tahun 2018. Memang tidak ada yang berubah dari segi tempatnya. Bahkan mendapatkan perawatan yang terbaik dari warga sekitar.
 |
Relief Bunga Ceplok Piring di dalam Bingkai Belah Ketupat |
 |
Relief Sulur Gelung dan Bunga Ceplok Piring
|
Tepatnya pada bulan Mei tahun 2025, saya beserta teman teman yang memiliki hobi yang sama, mengadakan kunjungan ke situs candi asu lagi. Di dalam perjalanan saat melintasi dusun candi, kita di kejutkan dengan adanya komponen kompenan batuan candi, yang sudah ditata di pinggir jalan. Saya mengira ada temuan bangunan candi lagi di wilayah tersebut. Setelah melihat keadaan sekitar, dan bertanya kepada warga masyarakat sekitar, ternyata bangunan masjid mengalami renofasi besar besaran. Lebih mengejutkan lagi, komponen komponen batuan candi yang pernah di manfaatkan untuk vondasi bangunan masjid di munculkan kembali. Dan kemunculan panel panel batuan candi tersebut di laporkan ke Jupel Gedong Songo, sehingga mendapatkan peninjauan dan pendataan ulang. Kabar yang cukup menggembirakan yang datang dari Jupel Gedong Songo. Kabar tersebut memberikan informasi bahwa, komponen komponen batuan candi yang berada di lingkungan masjid, dan yang berada di komplek pemakaman umum akan di kembalikan ketempat asal mulanya. Dan di jadikan satu dengan panel panel bangunan candi asu, yang masih bertahan di tempat asalnya.
 |
Komponen Bagian Selasar Dengan Profile Pelipit Genta |
 |
Komponen Batuan Lepas |
Banyaknya komponen batuan candi yang di munculkan kembali saat renofasi bangunan masjid. Ada beberapa panel yang menurut saya sangat istimewa. Terdapat relief yang terpahat dengan ukiran bunga ceplok piring. Satu panel dengan pahatan relief atau ukiran bunga ceplok piring di dalam bingkai belah ketupat. Adanya panel panel yang memiliki relief yang sudah saya sebutkan, saya teringat relief relief penghias yang berada di perkomplekan candi gedong songo yang pertama. Dimana, relif relief tersebut menghiasi bagian tubuh candi atau Bhuvarloka. Saya berpendapat, apakah bangunan candi asu dulu pernah berdiri dengan gagah dan megah di masanya. Mengingat, ada bukti sebuah panel penghias bagian atap candi berupa Padmapatri atau komponen dari kemuncak. Dan komponen yang di maksud berada di depan Yoni di bawah ujung cerat. Kedua benda tersebut bersanding dengan tumpukan komponen lain dari bangunan candi.
 |
Padmapatri dan Yoni |
 |
Komplek Candi Asu |
Runtuhan bangunan candi asu memiliki sekte pemuja Dewa Siwa. Terbukti dengan adanya piranti berupa Yoni tanpa lingga sebagai pasangannya. Yang menarik di sini adalah, masih terlihat dari beberapa panel penghias seperti antefiks sudut, hiasan relief berupa bunga ceplok piring, dan satu buah panel makara, sebagai penghias pipi tangga bangunan candi. Pada umumnya, panel makara seharusnya ada dua bagian. Dengan penempatan yang berada di samping kanan dan samping kiri anak tangga menuju ke ruangan Candi. Memang ada beberapa komponen dari batuan candi yang di jadikan ajang pencari bakat sebagai media ukiran gaya baru. Sehingga, hasil dari pahatan tersebut, terkesan memiliki aura kekunoan yang kental dan magis. Dan dipajang di berbagai sudut tumpukan komponen batuan candi. Pahatan tersebut seolah olah penggambaran dari Kepala kala, dengan dua gigi taring yang keluar dari mulutnya. Dan beberapa hiasan buatan baru, sengaja di taruh di samping kanan dan kiri tumpukan komponen candi. Seolah olah, pahatan tersebut di ibaratkan sebagai sosok penjaga pitu. Pahatan kepala Naga Raja yang berada di dalam bilik tumpukan komponen batuan candi. Menggambarkan seolah olah, sosok yang terpahat adalah penghuninya. Terdapat pula pahat pada media komponen batu candi, yang menggambarkkan hewan dengan bentuk Anjing atau Asu. Alasan demikian pula, banyak warga menyebutnya dengan sebutan candi asu. Banyak juga yang menyimpulkan, sebutan candi asu terjadi karena, candi tersebut di jadikan tempat berkumpulnya gerombolan anjing liar di waktu tertentu. Sehingga, tempat tersebut mendapatkan julukan dengan sebutan Candi Asu. Nama atau sebutan candi asu tidak hanya di wilayah Bandungan saja, melainkan wilayah lain juga terdapat bangunan candi dengan sebutan Asu. Selain wilayah bandungan, keberadaan candi asu ada di wilayah kendal dan sawangan magelang.
 |
Relief Suluran
|
 |
Panel Bagian Selasar Profil Pelipit Padma
|
 |
Panel Bagian Selasar Profil Pelipit Padma
|
 |
Relief Bunga Ceplok Piring
|
 |
Watu Lumapng Jempalik |
 |
Candi Asu |
Pelajarilah apa yang sudahdi wariskan dari leluhurmu. Jika kalian mau atau mampu membukanya, tinggalan atau warisan leluhurmu memiliki pesan moral, sebagai bekal kehidupan yang sekarang, Dan pesan itulah yang mampu atau akan mengantarmu ke tempat tujuan.
Komentar
Posting Komentar