LANGGAM NISAN SULTAN HADIRIN DAN RATU KALINYAMAT

KONSEP BANGUNAN KOMPLEK PEMAKAMAN
'' SULTAN HADIRIN DAN RATU KALINYAMAT ''

 Komplek Makam Sultan Hadirin
dan Ratu Kalinyamat

Di sini saya tidak akan membahas tentang sejarah atau sepak terjang ke dua tokoh yang akan di sebutkan. Untuk pokok bahasan pertama, tentang konsep bangunan pagar yang mengelilingi komplek pemakaman Sultan Hadirin dan ratu Kalinyamat.

Yang kedua, bahasan berikutnya mengenahi tata letak makam, antara Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Dan disini, saya akan membahas langgam nisan kedua tokoh tersebut.

Di setiap daerah, pastinya memiliki kisah sejarah yang sangat berharga, serta meninggalkan jejak atau warisan yang nampak dan bermakna untuk masyarakat sekitarnya. Sehingga, warga masyarakat mampu mengenang, melindungi, dan melestarikan obyek obyek tersebut. Sebagai acuan untuk pembelajaran hidup yang pernah berjalan, yang dianggap sebagai pesan moral yang pernah di ciptakan. Saya tertarik untuk mengulas komplek pemakaman yang berada di belakang Masjid Kasepuhan Astana Sultan Hadirin. Berada di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Sebuah komplek pemakaman tokoh yang berpengaruh di masanya.

Kabupaten Jepara, adalah sebuah wilayah Kabupaten yang terletak di Provinsi Jawa Tengah. Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Laut Jawa, di bagian Barat dan Utara. Kabupaten Pati dan Kabupaten Kudus di bagian Timur. Serta Kabupaten Demak berada di bagian sisi Selatan. Wilayah Kabupaten Jepara, juga meliputi Karimunjawa, yang berada di Laut Jawa. Di Kabupaten Jepara, memang memiliki jejak jejak sejarah mulai dari peradaban Hindu Buddha, Peradaban Islam, masa Kolonial, dan masa Perang Kemerdekaan Indonesia. Keseluruhan itu, telah membuka mata untuk mengkaji dan mempelajari jejak sejarah di setiap wilayah.

Gapura Bentar langgam Majapahitan, komplek Makam

Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat

Gapura Bentar langgam Majapahitan, komplek Makam

Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat

Gapura Bentar langgam Majapahitan, komplek Makam

Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat

Seperti pada misi awal pembahasan pertama, Bangunan komplek pemakaman Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat, memiliki denah berbentuk kotak persegi panjang, yang membujur ke arah Selatan dan Utara. Komplek pemakaman tersebut memiliki 5 teras dengan berbentuk punden berundak. Teras pertama memiliki Gapura dengan konsep bangunan kolonial Hindia belanda, ciri khas bangunan Eropa dengan bentuk kubah melengkung ke atas. Memiliki inskripsi bertuliskan Dua Kalimah Sahadat berbahasa dan bertuliskan Arab. Penampilan pada gapura yang dari luar, memberikan informasi dengan salah satu bacaan, yang di sebut dengan Sahadad Taukhid. Untuk penampil yang berada di balik gapura bagian dalam, memberikan informasi dengan bacaan Sahadad Rosul. Sedangkan untuk bagian teras yang kedua, terdapat bangunan Gapura tanpa kubah melengkung di bagian atas. Hanya dua gapura yang berada di sisi kanan dan sisi kiri pintu masuk menuju komplek makam. Masih menggunakan bentuk arsitek gaya eropa. Sedangkan teras ke tiga, tidak terdapat bangunan gapura sama sekali, seperti halnya teras bagian pertama, kedua, keempat dan kelima. Berupa lahan lapang yang di jadikan komplek pemakaman kasepuhan, yang memiliki perjalanan masa periode awal tahun 1900an.

Dua Gapura Bangunan Kolonial

Nisan langgam Pantura 

Untuk bagian teras ke empat, memiliki bangunan pagar bumi yang mengelilingi komplek pemakaman, lengkap dengan gapura langgam Majapahitan, di sebut dengan Gapura Bentar. Yang mengadopsi bangunan peradaban Hindu Buddha periode Majapahit. Bangunan gapura tersebut memiliki bentuk dari konstruksi Gapura Ringin Lawang, yang berada di wilayah Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur. Sehingga, konstruksi bangunannya telah di adopsi oleh bangunan bangunan gapura peradaban Muslim di berbagai wilayah. Terutama bangunan gapura di komplek pemakaman yang telah di sepuhkan. Konstruksi bangunan gapura bentar, yang mengadopsi dari peradaban Pra islam seperti, gapura gapura yang berada di komplek Makam Sunan Kudus. Gapura Segoro Pamuncar, Pintu masuk utama ke komplek Makam Sunan Tembayat, di wilayah Klaten.

Gapura utama komplek makam Sultan Agung Hanyokrokusumo, yang berada di Astana kasepuhan Raja raja Mataram Islam Imogiri, Bantul. Di sebut dengan Gapura Supit Urang, atau gapura capit urang. Ada pun hiasan yang terpahat pada setiap bingkai pada dinding pagar, tetap tidak meninggalkan tradisi dari leluhurnya kala itu. Berupa penampil dengan hiasan palang romawi, atau bidang hias tapak dara. Yang memiliki sebuah arti sebagai penolak balak. Keseluruhan bangunan menggunakan material bata kuno atau Banon. Perkiraan, bata bata kuno tersebut di buat, dan dipergunakan untuk membangun, sudah masuk periode Mataraman. Walau pun, secara kajian ilmiah, belum pernah ditemukan catatan yang membahas tentang obyek tersebut. Akan tetapi, bangunan seperti ini memiliki perbandingan, dengan bangunan kompek makam kasepuhan di tembayat, kotagede dan imogiri. Perbedaan hanya terletak pada komponennya saja. Antara komponen Banon periode Hindu Buddha dan periode peradaban Islam. Perbedaan itu terletak pada ukuran besar dan kecil, tebal dan tipis, dan ukuran luasnya saja.

Di luar pagar yang mengelilingi komplek pemakaman ke empat, tepatnya berada di samping sisi kanan dan kiri pintu masuk. Terdapat pemakaman kasepuhan, yang sesuai dengan periode atau masanya. Yaitu periode abad ke 19 awal, dengan Typologi nisan langgam pantura berbentuk Gadha, dan Typologi Nisan dengan Langgam Adipati Unus atau nisan Sedayu, tahun 1800an awal. Keberadaan obyek tersebut disisi barat teras ke empat. Sedangkan komplek pemakaman yang berada di sisi timur luar pagar, berdekatan dengan bangunan masjid Agung Astana Sultan Hadirin, secara keseluruhan menggunakan langgam Adipati unus, atau Nisan Langgam Sidayu.


Untuk bagian dalam pagar bumi atau teras ke empat, terdapat komplek makam Kasepuhan dengan Periode Mataram Islam Amangkurat. Yang di dominasi Nisan nisan dengan Langgam Adipati Unus atau Nisan nisan Sedayu periode abad ke 18 atau tahun 1700an awal.

Untuk teras yang ke 5, adalah komplek pemakaman Sultan Hadirin dengan Ratu Kalinyamat, dan beberapa makam tokoh tokoh penting di masanya. Komplek makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat, berada di dalam pendopo dengan ruangan yang cukup luas, di kelilingi pagar bumi yang menggunakan bahan baku Banon. Di teras ke 5 inilah, sebuah rangkaian bangunan pagar bumi memiliki pintu utama berupa gapura dengan Langgam Majapahitan. Untuk sebutan dari bangunan tersebut adalah, bangunan Gapura Paduraksa yang lengkap dengan panel kusen dan daun pintu yang berbahan baku dari kayu. Sebuah bangunan yang mengadopsi konsep dari jejak peradaban Hindu Buddha sebelum Islam masuk ke Nusantara. Konstruksi bangunan gapura Pra Islam, yang di adopsi dari bentuknya, untuk di terapkan pada bangunan gapura komplek makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat seperti. Ada pun bangunan Gapura Pra Islam yang di adopsinya antara lain. Candi Bajang Ratu, yang terdapat di wilayah Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Gapura Belahan II, atau Gapura  Lanang dan Gapura Wadon, Desa Wonosunyo, Kecamatan Gempol, Kabupaten Pasuruan, Provinsi Jawa Timur. Gapura paduraksa dengan sebutan Candi Jedong, Desa Wotanmas Jedong, Kecamatan Ngoro, Kabupaten Mojokerto, Provinsi Jawa Timur. Gapura Paduraksa dengan sebutan Gapura Arya Penangsang, bangunan masa peralihan atau masa transisi, yang berada di komplek pemakaman Sunan Kudus, Gang Pejaten, Kauman, Kecamatan Kota Kudus, Kabupaten Kudus, Provinsi Jawa Tengah.

Gapura pertama dari komplek makam Raja raja Mataram  di Kotagede, Jogyakarta. Gapura dengan arsitek Paduraksa bagian kedua, setelah Gapura Supit Urang yang menempati urutan pertama. Berada di komplek pemakaman Sultan Agung Hanyokrokusumo, Imogiri, Bantul, Jogjakarta. Gapura Paduraksa dengan Sebutan Gapura Pangrantunan, berada di Komplek makam kasepuhan Sunan Tembayat, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Untuk bahan konstruksi bangunan tersebut masih sama dengan pagar bumi yang mengelilingi komplek makam di teras yang ke empat. Menggunakan banon periode Mataraman, dengan bidang hias sebagai penampilnya, berupa bunga ceplok piring dan palang romawi, atau pahatan tapak dara. Bagian dalam terdapat hiasan gapura berupa pipi tangga dengan bentuk makara yang di tampilkan. Seperti pipi tangga bangunan candi berupa tunas pakis atau rumah siput.

Makam Sultan Hadirin berada pada bagian tengah di antara makam Ratu Kalinyamat, dan salah satu makam tokoh yang di duga puteranya. Nisan Sultan Hadirin memiliki pahatan dengan simbul Surya Majapahit, istilah umum dalam penyebutannya. Sebenarnya bukan lambang surya majapahit, melainkan Suryo Sumunar. Memang simbul tersebut mengadopsi dari almamater Kerajaan Majapahit. Pada bagian pinggang nisan terdapat hiasan berupa ornamen patran. Di bawah pinggang nisan, terpahat hiassan yang di sebut dengan Bremara Wilambita. Yang memiliki arti, tawon kombang ngeleng, sebutan dalam bahasa jawa. Atau, tawon kumbang masuk kedalam Goa. Memiliki arti, dengan nasab keilmuan yang tinggi setara sebutanya untuk kaum Brahmana atau Brahmono, Pendeta atau Pandito, Ulama atau Ngulama'. Dan setiap perkataan di jabarkan sebagai Sabdo Pandito Ratu. Yang artinya, setiap ucapan, atau setiap perkatan Guru adalah perintah Ratu atau Raja. Dengan pahatan tumbuh tumbuhan berupa daun waru yang memiliki bingkai. Daun waru dengan sebutan wru, dengan peralihan kalimat wruhhh, dalam sebutan bahasa jawa. Seorang tokoh yang memiliki kaweruh, atau kelebihan dalam bidang ilmu agama dan ilmu tatanan pemerintahan. 

Untuk pahatan nisan ratu kalinyamat, dan nisan yang di duga puteranya, sama sama memiliki simbol yang sama. Berbeda dengan Simbol nisan Sultan Hadirin. Kedua nisan tersebut memiliki simbul dengan pahatan bulan sempurna, atau pahatan Purnama sidi, yang di jadikan bingkai dua  kalimat dengan tulisan dan berbahasa Arab. Yang memberikan keterangan bahwa, tulisan tersebut terbaca dua Kalimah Sahadad. Sahadad Taukhid dan Sahadat Rosul. Sama sama memiliki pahatan berupa patran, yang terdapat pada bagian pinggang nisan. Dan pahatan wru atau sebutan Bremara Wilambita pada bagian kaki nisannya. Secara garis besar, ke tiga tokoh yang di makamkan dalam ruangan cungkup makam, memiliki kesamaan di bidang nasab keilmuan, dan sebagai tokoh pemerintahan yang paling penting di masa itu.

Nisan Ratu Kalinyamat


Pahatan Kaki dan Pinggang
Nisan Ratu Kalinyamat


Ratu Kalinyamat dikenal sebagai tokoh historis legendaris yang dibicarakan masyarakat dengan berbagai versi. Sebab akibat dari peperangan melawan Arya Penangsang, di Jepara juga terdapat toponim, nama sebuah Desa yang berhubungan dengan dicederainya Pangeran Hadirin oleh prajurit Arya Penangsang hingga tewas. Di bawah pemerintahan Ratu Kalinyamat, Jepara semakin berkembang sebagai bandar perdagangan dan pelayaran. Ratu Kalinyamat tidak saja memegang peranan penting dalam politik dan pemerintahan, tetapi juga menguasai sumber-sumber ekonomi terutama hasil perdagangan dan pelayaran seberang laut. Adanya sistem comenda menyebabkan Ratu Kalinyamat sebagai penguasa Jepara yang sangat kaya. Lagi pula ia memiliki angkatan laut yang cukup kuat untuk mendukung aktivitas pelayaran dan perdagangan seberang laut. Jepara berkembang menjadi bandar perdagangan dan bandar transit yang dikunjungi para pedagang dari berbagai bangsa dan suku bangsa. Oleh karena ia menguasai aktivitas ekonomi dan perdagangan itu, maka wajar jika ia dikenal sebagai penguasa yang sangat kaya.

Nisan Sultan Hadirin

Nisan Sultan Hadirin

Nisan Sultan Hadirin

Kekayaan Ratu Kalinyamat merupakan faktor pendukung utama bagi kekuatan politiknya. Berkat kekayaannya, ia memiliki armada angkatan laut yang kuat untuk melakukan serangan terhadap Malaka pada tahun 1551 dan 1574. Serangan itu dilakukan, atas dukungannya terhadap Kerajaan Johor dan Aceh, yang memintanya untuk membantu mengusir Portugis dari Malaka. Permintaan kedua kerajaan itu memberikan gambaran bahwa secara politis Ratu Kalinyamat dikenal sebagai penguasa yang sangat kuat dan namanya cukup termasyhur. Popularitasnya sebagai kepala pemerintahan tidak hanya dikenal di kawasan Nusantara bagian barat saja, tetapi juga di Nusantara bagian timur. Keberaniannya melawan kekuatan asing telah dikenal di sepanjang Nusantara, dari Aceh, Johor, hingga Maluku. Di samping itu, Ratu Kalinyamat dapat menjalankan  persahabatan dengan kerajaan pedalaman sehingga dapat memelihara stabilitas politik. Dalam masa pemerintahannya, ia tidak mempunyai musuh.
Sebagai pewaris kekuasaan Kasultanan Demak, Ratu Kalinyamat memegang peranan yang terpenting dibanding dengan penguasa-penguasa yang lain di pantai utara Jawa pada abad ke-16. Sebagai pemersatu keluarga Kasultanan Demak, Ratu Kalinyamat mempunyai pengaruh yang cukup kuat di wilayah Banten dan Cirebon. Ia juga mampu mempertahankan konsolidasi keluarga Kasultanan Demak. Tidak berlebihan kiranya apabila Ratu Kalinyamat disebut sebagai tokoh pemimpin keluarga Kasultanan Demak dan kepala pemerintahan yang terkuat dari dinasti Demak. Hanya Jeparalah yang mampu mempertahankan eksistensi dan peranan Demak sebagai kerajaan yang bercorak maritim di pantai utara Jawa, pada abad ke-16, yang memiliki kebesaran seperti pendahulunya. Dengan mempelajari kehidupan dan peranan Ratu Kalinyamat, diperoleh pandangan yang lebih lengkap mengenai perkembangan historis peranan dan kedudukan wanita Indonesia.

Ratu Kalinyamat menggambarkan sosok wanita yang tidak dibatasi oleh tradisi. Aktivitas dan peranan Ratu Kalinyamat, memberikan suatu bukti bahwa, tidaklah benar jika wanita Jawa, dari kalangan bangsawan tinggi, sangat dibelenggu oleh kungkungan feodalisme. Kasus Ratu Kalinyamat jelas membuktikan bahwa, wanita kalangan bangsawan justru mempunyai peluang yang lebih besar untuk tampil, guna memainkan peranan penting yang sangat dibutuhkan. Baik dalam bidang politik maupun ekonomi. Karena didukung oleh wewenang tradisional, yang terutama karena masih keturunan dari Keluarga besar Ratu Kalinyamat.

Dari kutipan berbagai sumber sudah jelas menyatakan bahwa, peranan Ratu Kalinyamat begitu ramai di perbincangkan dari berbagai kalangan sejarawan. Berbanding terbalik dengan Sultan Hadirin, hanya dikenal oleh kalangan banyak masyarakat dari segi nasab keilmuannya sebagai tokoh ulama dan tokoh pemerintahan. Mulai dari sinilah, kadang masyarakat luas belum tepat dalam memahami konsep pemakaman kedua tokoh tersebut. Perihal tentang ziarah dan mengenali makam tokoh yang di tuju. Kebanyakan para peziarah menganggap bahwa, makam Sultan Hadirin di anggap sebagai makam Ratu Kalinyamat. Bahkan sebaliknya, makam tokoh Ratu Kalinyamat di anggap sebagai makam tokoh Sultan Hadirin. Ketentuan ini hanya berdasarkan megahnya bangunan makam, indahnya dan ramainya ornamen yang terpahat pada bagian nisan dan bangunan jirat makam.

Dalam konsep penataan makam, jika sang tokoh memiliki 2 orang putera dan 1 puteri. Maka, putera kedua akan dimakamkan di sisi sebelah paling ujung barat. Di susul makam yang berikutnya, makam putera pertamanya. Makam yang ke tiga, atau makam yang berada di bagian tengah, adalah makam sang Ayah. Di susul makam sang Ibu, dan di susul makam anak Perempuan. Jika kita amati konsep penataan makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat masih mengikuti penataan makam pada masanya atau pepundennya yang terdahulu.

Dalam pengamatan, bagian ujung atas sisi paling selatan barisan pertama, berjajar tiga makam yang di tokohkan kala itu. Dua dari ke tiga makam tersebut sudah di tetapkan nama tokohnya, yaitu Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Urutan itu jika amati dari sisi timur ke barat, ada makam tokoh Ratu Kalinyamat. Di susul makam suaminya yaitu  Sultan Hadirin, yang berada di posisi paling tengah dari kedua makam. Di susul makam berikutnya, yang belum di ketahui nama dan asal usulnya. Akan tetapi, jika mengacu pada konsep pemakaman yang sudah di perjelas. Seharusnya, makam yang berada di bagian ujung sisi barat, adalah makam salah satu anggota keluarga dari kedua tokoh tersebut. Dugaan sementara yang di maksud adalah, makam putera dari Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Untuk alasanya, tidak akan mungkin jika makam yang berada di ujung sisi barat, yang bersanding dengan makam Sultan Hadirin, bukan makam salah satu anggota dari keluarganya. Dan tidak mungkin pula, makam tokoh yang bukan anggota dari keluarga Kasultanan berada disisi barat, bahkan bersanding dengan makam sang Sultan sebagai Pemimpinnya. Seharusnya, untuk penempatan makam tokoh pejabat, yang notabenya bukan anggota dari keluarga Kasultanan, posisinya berada di bagian bawah makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Atau, penempatan makam tokoh tersebut berada dalam urutan kedua setelah makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Memang, banyak yang mengisahkan dan menceritakan, kabar yang beredar di kalangan masyarakat luas, Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat tidak memiliki putera, untuk garis besarnya, atau tidak memiliki keturunan sama sekali. Kira kira, makam yang berada didepan, yang bersanding dengan makam Sultan Hadirin, makam tokoh siapa, dan keluarga dari tokoh siapa.


hiasan bagian kaki dan pinggang
putera sultan hadirin dan ratu kalinyamat


Pahatan Nisan, yang di duga Putera dari
Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat


Benarkah makam tokoh yang di maksud masih anggota dari keluarga Kasultanan .. ??? Ataukah, makam tokoh yang di maksud bukan anggota dari keluarganya. Peristiwa ini, atau keadaan ini masih di selimuti dengan misteri, dan menimbulkan suatu pertanyaan yang belum terjawab sampai saat ini. Untuk kebenarannya, memang jika dilihat dan di amati untuk pahatan nisan dan bangunan jirat makam tokoh yang di maksud, masih satu periode dengan sepak terjang Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Dengan pahatan atau typologi langgam Demak, yang memberi keterangan periode 1500 an. Juga memberikan keterangan bahwa, nisan tokoh yang di maksud berjenis kelamin laki laki.

Urutan kedua setelah makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat, lebih tepatnya berada disisi  timur baris ke dua. Makam salah satu tokoh ini berada di bawah makam Ratu Kalinyamat dan hampir ditata secara berjajar. Terdapat makam seseorang dengan nasab keilmuan yang tidak di ragukan lagi. Sosok tersebut termasuk golongan tokoh pejabat pemerintahan dari Kasultanan, yang di pimpin oleh Sultan Hadirin dan ratu Kalinyamat. Untuk typologi Nisan memberikan keterangan, dengan langgam Lamongan Jawa Timuran. Kondisi bangunan jirat makam, dan kondisi pahatan nisan masih terlihat utuh dan masih sempurna. Bahan baku yang di pergunakan untuk pembangunan makam, dipilih dari bahan baku batuan putih sejenis batu cadas atau wadas. Yang rentan akan sentuhan benda keras, pelapukan atau korosi. Nisan tersebut berdiri di atas satu lapis lapik dengan pahatan bermotif kelopak padma. Pada bagian pinggang nisan terdapat 2 pahatan sabuk yang membalut hampir mencapai setengah dari tubuh nisan. Untuk pahatan sabuk yang nantinya, akan di pakai lagi untuk nisan periode berikutnya. Pada bagian permukaan nisan terdapat simbol bulan sempurna atau purnama sidi, memiliki arti penerangan yang sempurna untuk dunia yang gelap. Kira kira sosok tokoh siapa, berasal dari mana, dan gelarnya apa.

Untuk kisah sepak terjang tokoh yang di maksud, belum dapat di ketahui kisahnya. Karena, sejauh ini belum ada yang menemukan literasi atau sumber yang membahas tentang sang tokoh. Tapi, jika di kaji lewat typologi nisan, beliau adalah tokoh yang berasal dari wilayah lamongan, dan mengabdikan dirinya di_Kasultanan yang di pimpin oleh Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat. Peranan tokoh tersebut sebagai pejabat memiliki gelar yang di anugerahkan dari Kasultanan setempat. Dan memiliki peranan penting atas setrategi politik pemerintahan. Apakah semua makam yang berada di dalam bangunan cungkup makam, secara keseluruhan merupakan tokoh penting semua .. ??? Semua makam yang berada di dalam ruangan bangunan cungkup, memiliki nisan dengan pahatan yang memberikan informasi periode atau angka tahun 1500 an. Periode angka tahun ini, bersamaan dengan masa keemasan  Kasultanan Demak, bisa di bilang sejaman dengan sepak terjang Wali Songo di tanah Jawa. Secara keseluruhan, tokoh tokoh yang di makamkan di dalam cungkup adalah tokoh tokoh yang berpengaruh di masanya.

Di luar komplek bangunan makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat, ada salah satu Obyek Benda Cagar Budaya berupa talang air kuno. Atau sebuah komponen yang dulu pernah terpasang pada salah satu bangunan peradaban Hindu kala itu. Memang, mungkin hanya sebuah panel untuk penghias saja. Tetapi, ketika obyek tersebut di bahas akan menimbulkan perdebatan yang sangat panjang. Keberadaan obyek di komplek pemakaman kasepuhan pada teras ke dua ini, akan tetap di bahas. Karena, akan sangat menarik ketika obyek tersebut di kupas tentang pahatan  ornmen yang menghiasinya. Semoga saja, akan lebih memberikan wawasan dan informasi tambahan tentang suatu keadaan. Yaitu, tentang tempat yang di jadikan Komplek Pemakaman tokoh penting periode Kasultanan Demak.

Sebutannya Jaladwara, merupakan salah satu komponen dari sebuah bangunan dari peradaban Hindu Buddha kala itu. Peradaban yang sangat jauh rentang waktunya, sebelum Islam masuk ke wilayah tanah Jawa. Dan jauh sebelum Kerajaan Islam pertamakali berdiri di Demak. Jaladwara, merupakan komponen dari sebuah bangunan kuno berupa sendang atau petirtaan. Panel Jaladwara juga terpasang pada konstruksi  bangunan Candi tempat pemujaan Dewa pada masa itu. Penggunaan panel tersebut, hanya berada di bangunan petirtaan atau sendang kuno, yang memiliki sumber mata air memancar atau mancur. Sedangkan untuk bangunan candi, panel jaladwara di fungsikan sebagai penghias tiap sudut bagian kaki atau selasar. Serta memiliki fungsi untuk pembuangan curah air hujan yang tergenang di atas lantai kaki Candi. Supaya tidak terjadi korosi atau pelapukan, pada komponen komponen pada lantai itu sendiri. Yang di sebabkan oleh efek dari zat asam yang terbawa oleh curah hujan yang begitu banyak. Komponen Jaladwara, juga tidak bisa di jadikan acuan untuk menetapkan asal muasal dari sebuah bangunan, antara Petirtaan kuno atau bangunan Candi. Untuk mengetahui hal demikian, harus di kaji ulang dengan bukti dari bentuk material atau komponen sebagai pembandingnya. Demikian juga, untuk menetapkan awal temuan panel tersebut, butuh kajian ulang dan bukti komponen lainnya. Karena, panel jaladwara hanya ada satu buah saja, dan tidak ada temuan pendukung lainnya. Di komplek makam bagian teras ke dua ini, belum dapat di ketahui asal muasal lokasi temuan aslinya. Benarkah panel tersebut berasal dari komplek pemakaman Sultan Hadirin. Atau kah, temuan dari luar komplek makam Sultan Hadirin.

























Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI