Watu Lumpang Desa Kawah, Kecamatan Pringapus
Kehidupan Masyarakat Jawa Kuno, sudah mengenal kehidupan bercocok tanam seperti yang terlihat pada Relief Karmawibhangga, Panil Nomor 65. Relief ini menggambarkan sebuah bangunan kecil atau dangau, dengan anjing berada di bawahnya. Pada bangunan ini terdapat dua orang petani, yang sedang menjaga tanaman padi, bersama seekor anjing penjaga yang sedang berada di bawah bangunan kecil tersebut. Digambarkan tanaman padi sedang diserang hama tikus. Pada bagian sebelah kanan, terdapat beberapa orang dalam sebuah bangunan, pada bagian bawah bangunan terdapat peti-peti yang mungkin di fungsikan untuk menyimpan makanan. Pada lantai atas, digambarkan orang kaya dan beberapa abdinya. Dari relief ini, dapat diketahui bahwa, telah dikenal tempat penyimpanan makanan, dan juga telah mengenal sistem pertanian.
Berdasarkan relief tanaman yang terdapat pada Bangunan Candi Borobudur, dapat diketahui tentang jenis tanaman yang ditanam. Bermacam-macam jenisnya, diantaranya padi, jagung, pisang, nangka, dan lain-lain. Dari relief ini juga diketahui bahwa, manusia telah memanfaatkan hewan untuk membantu keperluan dalam sistem pertanian sehari-hari. Dari relief ini, anjing dimanfaatkan sebagai penjaga sawah untuk mengusir hama tikus.
Sumber, atau kutipan dari B.P.C.B Jawa Tengah.
Jika kita mengacu perihal kebenaran yang terdapat pada Relief Bangunan Candi Borobudur, yang menggambarkan tentang suasana dan kondisi pertanian padi masa itu. Berarti benar, wilayah Kecamatan Pringapus, kususnya desa kawah, merupakan lahan pertanian sawah yang subur. Yang masih dipertahankan hingga sampai saat ini.
Kok bisa sampai berfikir seperti itu, padahal hanya pahatan atau guratan relief saja. Apakah benar relief tersebut bisa di jadikan acuan.
Ini jawabanya ..
Ketika bangunan candi di dirikan, dan terdapat relief pada bidang bidang tertentu, misalnya seperti, bagian selasar dan dinding bangunan candi. Relief tersebut bukan sekedar di fungsikan sebagai penghias yang tidak ada maknanya. Akan tetapi, setiap relief di buat berdasarkan kondisi dan situasi lingkungan di sekitarnya kala itu. Jadi jangan heran, ketika terdapat pahatan relief dengan cerita keadaan, berbagai jenis tanaman, berbagai jenis hewan, yang sekiranya belum pernah sesekali kita melihatnya di wilayah tersebut, jangan merasa heran, memang demikian maksud dan tujuan yang di gambarkan sebagai penyampai pesan dari leluhur untuk kita.
Sebagai bukti berikut, untuk memperkuat bahwa di wilayah pringapus, kususnya desa kawah, merupakan lahan pertanian pada masa kerajaan Klasic hindu buddha.
Banyaknya watu lumpang yang terdapat di wilayah tersebut. Memberikan gambaran bahwa, pada jaman itu, leluhur kita sudah mengenal alat yang di buat dengan tujuan untuk mempermudah suatu pekerjaan. Selain itu, temuan temuan bangunan ritual untuk pemujaan berupa Bangunan Candi. Walau pun hanya sisa dari reruntuhan saja. Juga memberikan bukti ketaatan leluhur kita, dalam memegang teguh suatu keyakinan, untuk lebih mengenal Dewa yang di pujanya, yang di anggap sebagai penolong dari segala permasalahan dan kesulitan. Permasalahan dan kesulitan tentang kehidupan, pertanian, dan termasuk tentang politik juga.
Apa buktinya, kalau banyak temuan reruntuhan bangunan candi di wilayah Pringapus, kususnya di Desa Kawah.
Di desa kawah di temukan Benda Cagar Budaya berupa Lingga Semu atau Lingga Patok. Benda tersebut telah di selamatkan oleh salah satu warga Desa Kawah. Penemuan lingga patok tersebut di lahan persawahan yang masih dalam lingkup wilayah Desa. Lingga patok di temukan dalam keadaan tidak utuh, patah pada bagian tubuh lingga. Dengan ukuran dimensi, tinggi keseluruhan belum dapat di ketahui, tinggi tubuh lingga dari permukaan lapik bagian atas belum dapat di ketahui, diameter tubuh lingga 10 cm, tinggi lapik 10 cm, dan lebar lapik pada lingga patok 20 cm.
Apa fungsi dari lingga patok tersebut .. ???
Untuk mengetahui fungsi dari pada lingga patok tersebut adalah
1. Sebagai pembatas wilayah tanah sima, atau tanah yang di bebas pungutan Pajak dari pemerintahan. Seringnya, lingga patok di tanam dan terdapat pada seputaran bangunan candi. Itu artinya, berdirinya bangunan candi tidak di pungut biaya pajak dari pemerintahan pusat atau wilayah. Akan tetapi, masyarakat kala itu di wajibkan untuk perawatan atas berdirinya bangunan candi tersebut. Dengan biaya yang di keluarkan sendiri tanpa mendapat bantuan dari pemerintahan.
Selain untuk itu, lingga patok juga di jadikan sebagai batas wilayah pertanian. Misal, Raja telah menganugerahkan sebidang tanah untuk di kelola sebagai lahan pertanian. Penganugerahan tersebut di berikan kepada masyarakat yang menduduki wilayah terpilih. Karena berjasa dalam bidang atau sistem keamanan, kemakmuran, seiring berjalannya kelancaran, dan kemajuan Pemerintahan di Kerajaan.
|
Komentar
Posting Komentar