KALI LEMBU BEDONO KRAJAN, KECAMATAN JAMBU
" MASIH ADA SISA PENINGGALAN ITU, DI KALI LEMBU, BEDONO KRAJAN, KECAMATAN JAMBU "
Entah, ada berapa banyak yang sudah masuk dalam data pemetaan pribadi yang saya lakukan. Teruntuk situs situs bersejarah di kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Dengan mendokumentasi dan di jadikan karya berbentuk tulisan dengan tahap sebuah analisa untuk saya pribadi. Awalnya, memang agak sedikit ragu tentang pernyataan ini. Semakin kesini, semakin banyak informasi yang saya terima tentang keberadaan situs situs bersejarahnya. Selain jejak Mataram Hindu, hingga jejak masa pemerintahan Hindia Belanda atau, masa kolonial. Kalau menurut saya pribadi, semua ada di sini. Setelah kemarin, dihari hari sebelumnya mengadakan blusukan di wilayah Jambu. Informasi itu datang lagi, yang menyatakan bahwa, salah satu tempat di wilayah Desa Bedono, terdapat jejak klasic berupa sendang. Anehnya, sendang tersebut di beri nama dengan sebutan Kali Lembu. Dari kalimat tersebut sudah tidak asing lagi dengan penyebutannya. Pikiran pun tetap berjalan sembari membayangkan perihal atau obyek yang berada di sana. Kunjungan itu mulai kita lakukan dengan mendatangi obyek yang menjadi tujuan awal. Memang, kita di hadapkan dengan wujud dan bentuk sendang yang mungkin biasa biasa saja. Wujud atau bentuk sendang itu, tidak memiliki bangunan seperti sendang sendang pada umumnya. Yang notabenya situs bersejarah tinggalan hindu klasic, yang harus memiliki komponen seperti bangunan Candi. Tapi tunggu dulu, sendang kuno tidak harus memiliki komponen bangunan seperti yang sudah di sebutkan. Akan tetapi, sendang sendang kuno tidak harus di bangun menggunakan susunan dari panel panel seperti bangunan Candi. Tidak harus megah seperti sendang Cabean Kunti, Sendang Payak, Sendang Kali beji dan sendang sendang lainnya. Ada juga, sendang kuno yang di bangun menggunakan batu batuan tanpa berpola. Artinya, bangunan sendang yang di bangun menggunakan material batuan yang terbentuk secara alami.
Yang menarik di kali lembu ini, bukan soal bangunan sendangnya. Akan tetapi, di lokasi tersebut terdapat jejak jejak masa hindu klasic berupa Arca Nandi dan obyek di duga carag budaya berupa bejana besar untuk penampungan Air. Keberadaan sendang kali lembu berada di bawah rindangnya 2 batang pohon beringin dengan ukuran yang sangat besar. Jika di lihat dari bentuk fisik kedua pohon tersebut, mungkin usianya sudah mencapai Ratusan tahun lamanya. Sekilas, jika memang kita melihatnya, sendang ini biasa saja. Hanya sebuah sendang yang memiliki ukuran Panjang kurang lebih antara 10 sampai 12 meter, Lebar antara 5 sampai 6 meter, sedangkan untuk kedalaman mencapai 1 sampai 1,5 meter. Tapi tunggu dulu, sendang ini ternyata mewarisi jejak hindu klasic yang di jadikan toponiminya. Setelah di gali informasinya lebih dalam, kenapa di sebut dengan Kali Lembu, ternyata memang terdapat Arca Lembu atau Nandi, yang keberadaanya tenggelam di dalam sendangnya. Bukan hanya Arca Nandi saja, di sekitar sendang, kita juga bisa melihat jejak klasic lainnya. Dugaan, sebuah bejana tempat penampungan air. Jika menurut cerita rakyat, penampungan air tersebut dulu di pergunakan untuk tempat minum lembu yang berada di dalam sendang. Benarkah demikian, Mari kita kupas |
![]() |
Kali Lembu, Bedono Krajan |
![]() |
Kali Lembu, Bedono Krajan |
![]() |
Kali Lembu, Bedono Krajan |
![]() |
Kali Lembu, Bedono Krajan |
![]() |
Kali Lembu, Bedono Krajan |
![]() |
Kali Lembu, Bedono Krajan Arca nandi atau arca lembu Di dalam agama Hindu dikenal adanya dewa-dewa yang diwujudkan dalam bentuk arca. Agama Hindu mengenal Dewa Trimurti sebagai satu kesatuan tiga dewa tertinggi atau major deities, di atas dewa-dewa lainnya. Dewa Trimurti terdiri atas Dewa Brahma sebagai pencipta, Dewa Wisnu sebagai pemelihara, dan Dewa Siwa sebagai pembinasa atau perusak. Dari ketiga dewa itu, Wisnu dan Siwa yang sering dipuja, mengingat dewa pencipta dengan sendirinya terdesak, oleh kepentingan manusia yang lebih memperhatikan berlangsungnya tentang apa yang sudah tercipta. Segala sesuatu yang akan binasa karena waktu, lebih mendapat perhatian. Di antara pemeluk agama Hindu ada yang memuja Wisnu (golongan Waisnawa) dan Siwa (golongan Saiwa). Siwa dipandang sebagai dewa tertinggi yang disebut Mahadewa atau Mahe. Dewa-dewa dalam mitologi Hindu di India dikenal masing-masing mempunyai kendaraan yang berbeda, antara satu dengan yang lain. Brahma sebagai pencipta mempunyai kendaraan berupa Angsa, Wisnu sebagai pemelihara berkedaraan Garuda, dan Siwa mempunyai kendaraan Nandi, atau sapi jantan. Nandi merupakan sapi jantan kepercayaan dari Dewa Siwa dan merupakan simbol dari Dharma. Nandi juga dikenal sebagai pelindung dari semua binantang berkaki empat. Sumber, Jan Knappert, An Encyclopedia Indian Mythologi, 1991. Di dalam candi candi beragama Hindu Arca Nandi biasanya ditempatkan di dalam candi perwara yang berada di depan candi utama. Contoh nyata, tampak pada beberapa candi yang memuja Dewa Siwa seperti Candi Prambanan, Candi Sambisari, Candi Kedulan, dan Candi Ijo. Mengingat Siwa banyak dipuja baik diwujudkan dalam bentuk arca maupun Lingga, maka Arca Nandi sebagai kendaraan Dewa Siwa banyak ditemukan di beberapa tempat. Dan, keberadaan arca Nandi itu sendiri tidak harus berada di dalam bangunan Candi yang sudah di sebutkan. Kadang, Arca nandi berada di lahan pertanian, seperti sawah dan Sendang sendang yang di tunjuk untuk di ambil airnya sebagai sarana pemujaan. Termasuk yang berada di kali lembu ini sudah mewakili kelengkapannya, ketika ingin melakukan pengambilan air suci yang di gunakan sebagai piranti pemujaan. Ada arca nandi, yang di fungsikan untuk menjaga sumber mata air, sebagai mana tidak lepas dari mitologi hindu kunonya. Ada sumber mata air atau sendangnya, ada bejana besar yang di gunakan sebagai penampungan air, ada tempat pemujaannya. Dengan kata lain, kali lembu termasuk golongan sumber mata air suci yang di manfaatkan oleh leluhur kita, sebagai sarana pemujaan. Pemanfaatan air tersebut sudah terjadi pada jaman Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah. Sumber kali lembu, mempunyai peranan penting akan hal itu. Dan digunakan sebagai piranti yang sudah di tetapkan. Ketika di masa itu, air sungguh sangat di hargai tentang keberadaannya, di jaga keberlangsungannya, untuk generasi berikutnya. Lalu, bagai mana dengan masa sekarang. Akankah kita akan mengabaikan Air yang di nobatkan sebagai sumber kehidupan di dalam semesta Alam .. Bagai mana dengan pendapat kalian, akankah membiarkan air tercemar, mati karena unsur kesengajaan dari sebuah pembangunan. Atau kah, kita biarkan supaya kehilangan makna dari segala unsur yang membenarkan.
|
Komentar
Posting Komentar