JEJAK HINDU KLASIC DI AMBARAWA

 " SISA PERADABAN MATARAM KUNO DI AMBARAWA "

Selain bangunan Candi Gedong Songo, sebenarnya banyak sekali tempat tempat yang memiliki jejak sejarah masa Hindu Klasic. Yang benar benar terpilih untuk berdirinya Bangunan Candi. Tidak hanya di komplek bangunan Candi Gedong Songo saja. Jika harus di telusuri jejak jejak tersebut, dan di urutkan dari komplek Candi Gedong Songo, akan dapat di ketahui keberadaan dari temuan temuan ulang tersebut. Mungkin sejaman, atau lebih muda periodenya dari tahap Pembangunan Candi Gedong Songo. Kebanyakan bangunan Candi dilereng Gunung Ungaran, di bangun menggunakan material batu andesit, dan batuan putih. Tapi, di lingkungan Ngentak, Kelurahan Ngampin terdapat jejak bersejarah masa Hindu Klasic berupa reruntuhan Bangunan Candi, yang menggunakan komponen Banon atau batu bata merah kuno. Pertama kali ini, saya pribadi melihat bangunan Candi yang menggunakan Batu Bata merah kuno. Padahal, jika di tarik kesimpulan, banyak sekali material batuan jenis Andesit di sepanjang lereng Gunung Ungaran. Anehnya, kenapa di bangun menggunakan tanah liat yang di bakar. Sangat unik sekali, dan ada apa sebenarnya dengan konsep pembangunan candinya .. ???

Dari bangunan tersebut menyisakan beberapa panel yang masih bisa kita lihat sampai sekarang. Di antaranya panel kepala kala dan beberapa panel antefiks. Kedua obyek tersebut memiliki kegunaan dan fungsi yang berbeda. Panel kepala kala di duga berada dibagian atas ambang pintu bangunan Candi. Sedangkan untuk panel antefiks, berada pada bagian selasar mau pun atap bangunan candi. Dari bentuk panel antefiks tersebut difungsikan sebagai Penghias. Dengan pahatan bagian bagian dari bunga sepatu yang terbalik. Terdiri dari Tangkai, mahkota, kelopak dan putik. Dan di bingkai dengan flora terpahat suluran. Ada 3 panel antefiks memiliki fungsi yang sama, namun 1 di antara 2, terpasang pada bagian sudut bangunan. Keseluruhan panel panel tersebut Bisa saja terdapat pada bangunan selasar, atau bagian kaki candi, atau Bhurloka, dunia bawah. Bisa juga terpasang pada bagian atap bangunan candi, Svarloka, dunia atas, atau hunian Para Dewa. Selain kedua panel yang masih terlihat, terdapat satu panel lagi, jika kita melihatnya mirip sekali dengan Batu Lumpang. Kalau menurut saya pribadi, panel tersebut bukan batu lumpang. Dugaan, merupakan salah satu bentuk umpak yang di fungsikan sebagai landasan atau lapik penyangga panel yang berbahan baku dari kayu. Bisa saja, panel yang berbahan kayu tersebut adalah soko, atau penyangga atap sebuah bangunan Berbentuk Joglo Limasan. Kalau memang benar demikian, itu artinya, lapik tersebut tidak hanya 1. Melainkan, jumlahnya lebih dari 1, dugaan atau perkiraan ada 8, sampai 12 lapik. Jika memang benar demikian, itu artinya bangunan candi yang berada di lingkungan Ngentak tidak sama dengan bangunan bangunan candi pada umumnya. Dugaan, bangunan candi tersebut terkonsep Punden berudak dengan komponen batu bata kuno atau Banon. Dan memiliki atap pelindung berbentuk Joglo Limas dengan 4 soko guru, 8 soko pengapit untuk penyangganya. konstruksi dengan konsep seperti ini,  hampir memiliki kesamaan dengan bangunan Dharmasala.

Pahatan Kepala Kala Candi Ngampin


Panel Antefiks Bangunan Candi Ngampin


Umpak Bangunan Candi Ngampin

Panel Antefiks Sudut


Panel Antefiks Penghias Bangunan


Panel Antefiks Penghias Bangunan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI