" WATU LUMPANG AMBARAWA "

" DI TENGAH KOTA AMBARAWA, JEJAK KLASIC ITU MASIH TERLIHAT "

Masih di Kecamatan Ambarawa, di tengah keramaian dan hiruk pikuknya kota yang sangat padat. Tapi, jangan sampai terlupakan, wilayah Ambarawa menyimpan segudang  jejak sejarah yang sangat jelas alurnya. Jejak sejarah yang di awali dengan peradaban Hindu Klasic, hingga jejak sejarah dengan akhir perang kemerdekaan. Semua terangkum rapi, mewarnai berbagai aksi di wilayah ini. Berbicara tentang Ambarawa, kota kecil yang berada di sisi sebelah Tenggara lereng gunung ungaran. Merupakan wilayah yang mampu berkembang pesat dari segi  perekonomiannya. Hingga menciptakan kemandirian yang mendorong untuk berbenah menuju kebangkitan dari fase fase keterpurukan di jaman perang kala itu. Pahit, asam, asin, dan manis, sedikit dan banyaknya sudah di rasakan oleh lapisan masyarakat disetiap perkembangan Jaman. Kebangkitan Masyarakat Ambarawa di mulai dengan kemandirian, yang telah di gemakan dan di Gaungkan. Di kerjakan dengan sesui porsinya setiap perwatakan. Semua itu beranjak dari sebuah suri tauladan yang Pernah di ajarkan oleh leluhur pendahulunya. Memang tidak sulit, akan tetapi, harus di jalankan sesuai dengan kemampuannya. Sehingga terciptanya Bhakti Leluhur yang menjadi sebuah warisan berupa budaya sebagai iconik kearifan lokal Nusantara. Kearifan kearifan itu mampu menciptakan sebuah tindakan yang mampu menghasilkan, dan bisa di rasakan hasilnya secara kebersamaan . Adab, adat yang dulu di ajarkan, masih di rengkuh hingga sampai sekarang.

Di tengah tengah kota yang semakin meningkat perkembaangannya. Mulai dari pesatnya perekonomian dan pembangunan secara mandiri. Ternya, Kota Ambarawa masih tersimpat jejak sejarah peradaban masa klasic kala itu. Berupa watu lumpang yang berada di depan komplek Makam Nyai Lembah. Lebih tepatnya di Desa Kranggan, watu lumpang itu berada. Keaslian bentuk watu lumpang tersebut menunjukan bahwa, leluhur kita sangat kreatif dan terampil sekali, saat membuat watu lumpang dengan bentuk yang sempurna. Dari segi pahatannya terlihat sangat rajin dan halus sekali. Seolah olah, watu lumpang  itu di kerjakan okeh si pemahat menggunakan alat alat canggih dan moderen. Padahal, di jaman Peradaban Klasik kala itu, belum pernah ada, mau pun belum pernah tercipta alat alat pemahat yang menggunakan tenaga Listrik. Semua itu sudah menunjukan bahwa, si pemahat watu lumpang tersebut sangat teliti, terampil dalam memahatnya, dan konsisten dengan kehidupannya. Memang hanya sekedar watu lumpang saja, tapi jangan salah. Setiap benda yang di buat oleh leluhur kita memiliki profil yang sangat di sakralkan.

Terus, kiira kira, watu lumpang tersebut di fungsikan untuk apa.

Ayo kita bahas, dengan penelitian yang madiri, lalu di kembangkan pribadi. Kita mencari sumbernya lewat obyek yang masih berada di lokasi tersebut.

1. Watu Lumpang memang sengaja di buat untuk memoermudah suatu pekerjaan. Misalnya, watu lumpang di buat lalu di fungsikn untuk menumbuk hasil dari pertanian.

2. Keberadaan watu lumpang di jadikan sebagai patokan, tentang awal mula tumbuh dan berkembangnya suatu peradaban yang pertama kali di sebuah wilayah. Tumbuh kembangnya peradaban itu, mendapatkan nama toponimi dengan sebutan Krajan.

3. Watu lumpang di ciptakan sebagai sarana, atau alat upacara saat datangnya masa tanam. Kalau untuk sekarang ini di sebut dengan ritual wiwitan. Sedangkan ritual wiwitan itu masih berjalan, dan masih ada hingga smpai sekarang ini. Wilayah wilayah yang masih mempertahankan adat budaya tersebut adalah, di pulau Jawa dan Bali khususnya.

4. Masa peralihan, merupakan sebuah masa yang berkembang lebih maju. Dari segi ritual keagamaan dan ritual upacara lainnya. Watu Lumpang di jadikan sebagai bukti masa peralihan tersebut. Masa peralihan dari Pra Sejarah menjadi sejarah. Pra Sejarah, di mana orang orang masa itu bekum mengenal tulisan, dengan kehidupan yang sering berpindah pindah. Tumbuh kembang kehidupannya masih bernaung di dalam goa dan pemanfaatan sumberdaya alam yang mampu mencukupi kebutuhan hidup yang hanya sesaat. Sedangkan sejarah adalah, suatu peradaban yang sudah menciptakan dan mengenal tulisan. Dengan kehidupan yang sudah menetap dan menjadi sebuah peradaban. Tumbuh kembangnya tidak berpindah pindah, dan masih tetap bertahan di wilayah yang di diaminya. Bertahan hidup dengan membangun dan mengembangkan sistem pertanian yang mampu menghasilkan, yang mampu memberikan, yang mampu mencukupi, untuk kebutuhan hidup dalam kesehariannya. Di tunjukan sebagai masa peralihan, watu lumpang yang memiliki pasangan berupa alu, yang notabenya sama sama berbahan baku dari batu yang terpahat. Dengan perkembangan jaman di sebutkan dengan Lingga Yoni Reborn. Yang di gunakan sebagi piranti untuk pemujaan dan di simbulkan sebagai Trimurti dalam keyakinan Hindu Siwa. Artinya, watu lumpang dan alu merupakan jejak masa peralihan dari Pra sejarah berkembang ke peradaban Bersejarah.

Watu Lumpang yang terbuat dari bahan batu andesit, memiliki ukuran diameter luar 80 cm, diameter lubang tengah 26 cm, tinggi watu lumpang 80 cm. Kemungkinan masih banyak jejak jejak peradaban Masa Klasik di seputaran kota Ambarawa yang belum banyak di kenal mau pun belum banyak di ketahui Orang banyak. Maka, kenalilah hasil karya leluhur kita, dan coba pelajari dari makna kearifannya. Karena, di situ tertyang pesan pesan moral yg harus di sampaikan kepada orang banyak.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI