WARISAN LELUHUR DI LERENG KELIR, KECAMATAN JAMBU

" WARISAN LELUHUR DI LERENG GUNUNG KELIR, KECAMATAN JAMBU "

Yoni Makam Krajan, Desa Bedono, Kecamatan Jambu

Sampai bingung mau bicara seperti apa lagi, untuk bentuk kekaguman dari semua ini. Mulai dari indahnya pemandangan alam, dari sistem pertaniaan yang terkonsep, dari bentuk benruk kearifan lokalnya, dan dari keramah lingkungannya. Selain itu, bentuk kekaguman ini tidak cukup berhenti di sini saja. Bayangan dan angan, yang ada di dalam fikiran sudah menggambarkan, seolah olah, hening dan kenyamanannya sudah terawab dengan suatu keadaan. Bisa kita rasakan, tidak usah terlalu muluk muluk. Kita kasih contoh orang awam saja, yang belum mengenal tentang apa yang di maksud dengan Kearifan di suatu tempat. Secara tidak sengaja, atau benar benar belum mengetahui keberadaan dan keberagaman kearifan yang berada di suatu wilayah. Sudah dapat di pastikan, akan merasakan hal yang sama, dengan apa yang kita rasakan. Ketika berkunjung ke wilayah tersebut. Yang di rasakan terutama tentang ketenteraman, kedamaian dan kenyamannya. Sama halnya yang kita lakukan sekarang ini. Mengadakan blusukan di wilayah yang maaih sama. Masih di wilayah Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Lebih tepatnya di seputaran lereng Gunung Kelir. Kita masih penasaran, sebenarnya ada berapa banyak jejak jejak sejarah yang masih tersembunyi di wilayah ini. Dan ada teka teki apa yaa .. !!! yang sekiranya kita bisa membantu untuk memberikan penjelasan mau pun keterangan. Supaya, teka teki tersebut bisa terjawab dan bermanfaat untuk semua lapisan Masyarakat. Teruntuk semua kalangan masyarakat di wilayah Kecamatan Jambu, khususnya di seputaran lereng Gunung Kelir.

Perjalanan blusukan kita kali ini, memang sengaja tidak melalui jalan penghubung antar Pedesaan. Akan tetapi, perjalanan blusukan kita kali ini,  melewati atau melalui jalur utama lintas Kabupaten, yaitu, Kabupaten Semarang ke Kabupaten Magelang, atau jalan utama Ambarawa Ke Magelang. Obyek yang akan kita kunjungi berada di komplek pemakaman umum milik warga Desa Bedono, Kecamatan Jambu. Akan tetapi, di sela sela perjalanan, kita sengaja berhenti sejenak untuk mengunjungi salah satu Obyek yang di duga awal mula tonggak sejarah berdirinya suatu wilayah di bawah pemerintahan Desa. Wilayah itu di sebut dengan nama Dusun Tapak. Aneh kan, kenapa di beri nama Dusun Tapak. Soal detail cerita rakyatnya, kita tidak dapat mengetahuinya. Karena, kita hanya mendapatkan berita atau cerita dari salah satu teman penggiat sejarah juga. Obyek yang kita kunjungi berada di tengah tengah dua jalur perlintasan. Yang pertama Jalan raya Ambarawa ke magelang. Dan yang kedua, Jalur perlintasan rel kereta api yang di bangun Sejak jaman kolonial Belanda. Jalur rel Kereta Api tersebut di bangun untuk mobilisasi Tentara KNIL dan memuat hasil Perkebunan. Jalur kereta api yang di bangun oleh belanda membuka jalur penghubung, dari setasiun Jogja ke setasiun Kedungjati. Yang berada di wilayah Kabupaten Grobogan. Tentunya, perjalanan Kereta Api tersebut tidak langsung ke tempat pemberhebrian terakhir Kereta. Akan tetapi, masih melewati beberpa setasiun yang sudah di bangun untuk mengambil penumpang, dan di antar ke tujuan tujuan berikutnya. Ada pun setasiun setasiun yang di jadikan transit pemberhentian kereta, jika di mulai dari stasiun Grabag, Stasiun Gemawang, Stasiun Bedono, Stasiun Jambu, Stasiun Willem 1, Stasiun Tuntang, Stasiun Bringin, Stasiun Gogodalem, Stasiun Tempuran, Stasiun Ngombak, dan terakhir ke Stasiun Kedungjati. Tentunya kita tidak akan membahas tentang Jejak sejarah Pembangunan Stasiun stasiun yang sudah saya sebutkan. Disini yang akan kita bahas tentang obyek yang di jadikan toponimi sebuah wilayah di bawah Pemerintahan Desa. Obyek tersebut berbentuk bongkahan batu alam. Secara kebetulan, obyek tersebut ada dua buah batu dengan bentuk yang tidal beraturan, atau terbentuk secara alami. Warga sekitar memberi nama dengan sebutan Watu Tapak. Konon ceritanya, salah satu batu yang paling besar terdapat gambaran berbentuk telapak kaki manusia dan tapak sepatu kuda. Setelah kita mengadakan kunjungan untuk melihat tentang kebenarannya. Dengan kenyataanya memang obyek tersebut terdapat bekas tapak manusia dan tapak sepatu kuda. Secara kebetulan kedua tapak tersebut terlihat. Akan tetapi, salah satu tapak sudah mengalami korosi atau sudah aus. Di karenakan terjadinya perubahan iklim, yang menjadikannya salah satu tapak menjadi seperti ini, hingga sampai saat ini. Memang hanya di buatkan pagar pembatas dari bahan Bambu saja. Akan tetapi tidak di buatkan pelindung yang mampu melindungi dari teriknya Matahari dan Hujan. Atas fenomena yang terjadi pada Obyek, warga masyarakat atau leluhur dari dusun tersebut, memberi toponimi wilayahnya dengan sebutan Dusun Tapak.

Kecurigaan kita berlanjut ke sebuah pemakaman Umum desa Bedono, Kecamatan Jambu. Di area komplek pemakaman umum dengan sebutan Krajan, terdapat Benda Cagar Budaya atau warisan leluhur Nusantara berupa Yoni. Nah, nanti akan kita kupas tentang apa yang di maksud dengan yoni. Dan kenapa harus ada yoni di tempat pemakaman ini.

Lebih di kenal dengan sebutan yoni, berupa Benda Cagar Budaya warisan dari leluhur Nusantara. Dengan bahan baku dari material Batu Andesit. Yoni tersebut berbentuk bujur sangkar dengan lubang kotak yang terdapat pada bagian penampang atas yoni. Lubang tersebut di fungsikan sebagai pengunci lingga. 

Yoni, merupakan simbul representasi dewa dewa pada masa itu, benda ini di gunakan sebagai sarana pemujaan yang pernah di ciptakan. Buah karya dari tangan leluhur Nusantara. Buah karya yang menunjukan suatu kewibawaan, kejeniusan, dan kemandirian di dalam peradaban masa lalu.

Sering di sebut dengan sebutan yoni, yang seharusnya memiliki pasangan berupa lingga. Karena lingga yoni merupakan simbul trimurti dalam mitologi hindu kuno.
Selain di gambarkan sebagai wujud antrophomorfik, Siwa juga digambarkan dalam wujud an-iconic sebagai lingga. Pada dasarnya, lingga adalah pilar cahaya ( the colmn of light ), yang merupakan simbul benih dari segala sesuatu yang ada didalam semesta ini berasal. Lingga seperti ini di sebut dengan Joytrilingga. Siwa sendiri merepresentasikan dirinya kedalam wujud pilar api mitologi Linggotbhawamurti.

Sebagai simbul organ maskulin, lingga mengandung energi pencipta. Akan tetapi, energi tersebut akan berfungsi apabila disatukan dengan energi shakti, yang di simbulkan dalam wujud Yoni. Untuk memberikan kekuatan bagi energi penciptaan tersebut. Dengan demikian, penyatuan antara lingga sebagai organ maskulin, dengan yoni yang merupakan simbul organ feminin, akan menghasilkan energi penciptanya, yang merupakan dasar dari semua pencipta.

Penggambaran Lingga yoni sebagai simbul siwa dan saktinya, banyak di jumpai di garbhagreha candi untuk pemuja siwa, menggantikan siwa itu sendiri. Candi candi periode jawa tengah kuno yang Garbhagrehanya di tempati lingga yoni misalnya, candi gunung wukir, candi sambisari, dan candi ijo.

Yoni pada umumnya berbentuk kotak bujur sangkar, memiliki dua penampang yaitu, penampang bawah dan penampang atas. Penampang bawah disimbolkan sebagai Dewa Brahma, predikatnya sebagai Dewa pencipta. Sedangkan penampang atas di simbulkan sebagai Dewa Wisnu, dengan predikat sebagai Fewa pemelihara.

Penampang bagian atas yoni memiliki lubang kotak persegi berbentuk bujur sangkar, yang di fungsikan sebagai pengunci lingga. Bagian penampang atas terdapat cekungan berbentuk bujur sangkar mengikuti bentuk yoni itu sendiri. Dengan alur yang bertumpu pada sumbu tengah bagian yoni yang dihubungkan ke bagian lubang ujung cerat. Yoni yang berada di komplek makam umum krajan Desa Bedono, Kecamatan Jambu, memiliki ukuran yang di bilang lumayan cukup besar. Akan tetapi, yoni berdiri sendiri dan tidak ada pasangannya berupa Lingga. Jika kita melihat, yoni tersebut memiliki cerat yang menghadap ke utara. Akan tetapi, cerat tersebut sudah patah. Pada penampang bagian atas yoni, sudah tidak nampak simetris lagi. Ada dugaan, yoni tersebut pernah mengalami fandalisme. Walau pun secara tidak sadar, orang orang jaman dahulu memanfaatkan batu yoni di pergunakan untuk mengasah benda tajam seperti sabit dan sejenisnya. Walah, gasi gripis duwurane kok Pak Pak.

Pada bagian bawah cerat yoni, tidak nampak hiasan berupa Kura kura dan Naga Kobra. Dengan pahatan polos, dan mengikuti alur tanpa imbuhan hiasan di setiap tubuhnya. Yoni yoni pada umumnya,  terdapat hiasan dengan berbentuk pahatan berupa Kura kura dan Naga Kobra. Umumnya, sikap atau posisi kura kura di atas kepala naga kobra, sedangkan di atas punggung atau cangkang kura kura menyangga cerat Yoni.

Lingga yoni tidak harus berada di dalam bangunan Candi Induk saja. Seperti halnya dengan mitologi keyakinan Hindu Klasic. Lingga Yoni, atau bangunan cand di bangun pada tempat tempat yang berpotensi memiliki atau mengandung sumber mata air. Yang membuat lahan sekitar menjadi subur. Karena, mitologinya, sumber mata air merupakan tempat berkumpulnya para Dewa dan Dewi. Terjawab sudah, yoni yang berada di komplek pemakaman Umum Krajan, Desa Bedono, Kecamatan Jambu. Tidak memiliki bangunan seperti pada umumnya. Artinya, yoni tersebut di buat tidak didalam bangunan Candi. Melainkan, lingga yoni tersebut berdiri di tempat atau lahan yang benar benar subur dan dekat dengan mata air. Dugaan, sebelum tempat berdirinya yoni menjadi komplek makam umum, mungkin dulunya, tempat tersebut adalah lahan pertanian yang sangat subur. Mengingat keberadaannya di lereng Gunung Kelir. Yang sekarang menjadi perkebunan Kopi sejak jaman Hindia Belanda. Fungsi Lingga Yoni kala itu, merupakan piranti pemujaan untuk sekte siwa. Yang di fungsikan sebagai mengusir balak, mengusir hama dari tanaman, penangkal mara bahaya seperti gejala alam yanh memiliki pengaruh pada Tanaman.

Jadi perlu di Ingat, lingga yoni tidak harus berada di dalam bangunan candi induk saja. Melainkan, di tempat tempat yang berpotensi dengan kesuburan tanah yang terdapat sumber mata air. Seperti Petirtaan kuno dan tanah atau lahan pertanian.

Ternyata,  kekaguman dari bentuk bentuk lain di wilayah ini masih bisa di lihat. Suatu pemandangan dengan bentuk yang tidak pada umumnya, yang memangharuskan untuk di kagumi, dan mengambil intisari dari makna makna yang tersirat disetiap guratannya. Pemandangan itu berupa Benda Cagar Budaya, warisan dari leluhur Nusantara. Berbanggalah, ketika wikayah kalian terdapat jejak sejarah dari peradaban masa klasic.



















Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI