JEJAK PERADABAN KECAMATAN PRINGAPUS

 " BANYAKNYAK DI TEMUKAN WATU LUMPANG DAN WATU LESUNG, DI SEBUAH WILAYAH PERKEBUNAN KARET "


Watu Lesung

Indonesia merupakan negara berkepulauan yang kerap disebut memiliki posisi wilayah yang amat strategis. Benarkah demikian? Untuk mengetahuinya, berikut penjelasan mengenai letak geografis dan astronomis Indonesia beserta pengaruhnya.

Letak geografis adalah letak suatu daerah dilihat dari kenyataannya di Bumi atau posisi daerah itu pada Bumi dibandingkan dengan posisi daerah lain. Sementara letak astronomis adalah letak berdasarkan garis lintang dan bujur. Letak geografis dan astronomis Indonesia memberi pengaruh terhadap berbagai aspek, baik kondisi alam hingga sosial budaya masyarakatnya.

Berikut penjelasan lengkap mengenai letak geografis dan astronomis Indonesia beserta pengaruhnya, dirangkum dari Modul Belajar Mandiri Pembelajaran 1 IPS-Geografi dan Modul 1 Indonesia Kaya IPS Paket B dari Kemendikbud.

Letak Geografis Indonesia

Secara geografis, Indonesia terletak di antara dua benua yaitu Benua Asia dan Benua Australia. Indonesia juga terletak di antara dua samudera, yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Dengan demikian, wilayah Indonesia berada pada posisi silang, yang mempunyai arti penting dalam kaitannya dengan iklim dan perekonomian.

Batas-batas wilayah Indonesia berdasarkan letak geografisnya adalah sebagai berikut:

  • Sebelah utara: Selat Malaka, Malaysia Timur, dan Laut Cina Selatan
  • Sebelah selatan: Benua Australia, Timor Leste, dan Samudera Hindia
  • Sebelah timur: Papua Nugini dan Samudera Pasifik
  • Sebelah barat: Samudera Hindia
  • Pengaruh Letak Geografis Indonesia

Letak geografis Indonesia membawa beberapa pengaruh, di antaranya:

  1. Indonesia memiliki iklim tropis dengan 2 musim, yaitu musim penghujan dan musim kemarau.
  2. Letak Indonesia yang berada pada posisi silang mengakibatkan terjadinya aktivitas perdagangan. Di mana letak ini merupakan jalur lalu lintas internasional dan menjadi tempat persinggahan kapal laut yang menempuh pelayaran antara Asia Timur dengan Asia Selatan, Asia Barat dengan Afrika dan Eropa.
  3. Letak kepulauan Indonesia di posisi silangnya menyebabkan sosial budaya masyarakat Indonesia menjadi beragam, karena banyak mendapat pengaruh dari berbagai sisi.
  4. Letak Astronomis Indonesia

Garis lintang merupakan garis imajiner yang membentang horizontal melingkari bumi sedangkan garis bujur merupakan garis imajiner yang melingkari bumi secara vertikal. Letak astronomis Indonesia adalah 6ºLU - 11ºLS dan 95º BT - 141ºBT.

Dengan letak astronomis tersebut, Indonesia termasuk ke dalam wilayah tropis yang dibatasi oleh lintang 23,50 LU dan 23,50 LS.

Pengaruh letak astronomis Indonesia.

Masih mengutip modul yang sama, letak astronomis Indonesia yang terdiri dari garis lintang dan garis bujur menimbulkan beberapa pengaruh, antara lain.

  1. Letak Indonesia yang terletak pada lintang rendah mengakibatkan seluruh wilayah Indonesia beriklim tropik (panas).
  2. Pulau di Indonesia mudah dipengaruhi peredaran udara yang datang dari laut-laut yang mengelilinginya, sehingga banyak menerima hujan yang menyebabkan kelembaban udara rata-rata tinggi.
  3. Negara Indonesia kaya akan flora dan fauna, karena menerima banyak hujan dan arus laut yang membawa biji-biji flora ke wilayah Indonesia.
  4. Letak Negara Indonesia berada pada bagian bumi sebelah timur.
  5. Adanya pembagian 3 zona waktu Indonesia yakni WIB, WITA, dan WIT. Hal ini mempengaruhi aktivitas masyarakat, di mana penduduk yang berada di daerah bagian barat lebih akhir melakukan aktivitas dibanding penduduk yang berada di bagian timur

Selain itu semua, Indonesia juga di dominasi Gunung berapi yang aktif. Keberadaanya tersebar tata letaknya, hingga diberbagai titik penjuru Indonesia. Jadi tidak heran, ketika tanah di Indonesia memiliki predikat sangat subur. Suburnya tanah, luasnya Lautan, banyak dan melimpah sumber daya Alamnnya. Sehingga, menjadikan Indonesia sebagai Negeri yang Agraris. Karena, tanah di Indonesia mengandung mineral yang sangat cocok untuk di tanami jenis tanaman musim tropis. Penjelajahan bangsa eropa yang di prakarsai oleh portugal atau Portugis, mendarat di Asia termasuk indonesia pada abad 16. Berawal dari musim dingin yang melanda Eropa, Mengharuskan bangsa tersebut melakukan Penjelajahan. Yang menghasilkan sebuah karakter dan sifat penjajah yang di lakukan bangsa eropa, terhadap Bumi dan Pribumi Nusantara.

Selain menjajah dan merampok sumberdaya alam nusntara. Bangsa eropa juga mengadakan penelitian atas tanah tanah nusantara untuk di tanami rempah rempah yang bisa di perjual belikan kepada bangsa lain. Dengan kata lain, bangsa eropa tidak menggunakan sedikit waktu untuk mengadakan penelitian tanah, dan memperkirakan tanaman apa yang cocok di tanami di bumi Nusantara ini. Keberhasilan itu memberikan jawaban yang menguntungkan dari pihak bangsa eropa. Dan memberikan beban yang merugikan bagi Pribumi Nusantara. Di mana bangsa eropa telah mendatangkan jenis jenis tanaman dari berbagai luar daerah, dan tanam itu disemaikan di Tanah Nusantara.  Adapu jenis tanaman yang di bawa adalah Pala, kopi, cokelat, lada, cengkeh, kayu manis, termasuk juga karet. 

Tanaman karet berasal dari bahasa latin yang bernama Hevea Brasiliensis. anaman ini merupakan sumber utama bahan tanaman karet alam dunia. Jauh sebelum tanaman karet ini dibudidayakan, penduduk asli di berbagai tempat seperti Amerika, Asia dan Afrika Selatan menggunakan pohon lain yang juga menghasilkan getah. Getah yang mirip alteks juga dapat diperoleh dari tanaman Castillaelastica family Moraceae.

Kalau kita menyadari setiap inti pokok bahasan yang ssudah dijelaskan di depan. Sebenarnya, kedatangan bangsa eropa mempelajari tentang tata cara sistem pertanian yang sudah di kembangkan oleh Leluhur kita di Nusantara. 

Kenapa demikian .. ???

Mari kita Bahas

Pada jaman kerajaan mataram kuno, atau mataram hindu. Leluhur kita sudah mengenal apa yang di maksud dari sumber kehidupan. Sumber kehidupan yang paling utama adalah air. Kenapa air yang di jadikan acuan sebagai sumber kehidupan. Dalam mitologi hindu kuno, keberadaan mata air atau sumber air diyakini bahwa, obyek tersebut merupakan tempat bermainnya para Dewa. Jadi, ketika menemukan sumber air, leluhur kita sudah memastikan bahwa, wilayah tersebut mengandung banyak mineral yang mampu menyuburkan tanah. Sehingga di artikan dan menjadi mitologi bahwa, air merupakan sumber kehidupan, yang benar benar di butuhkan semua makhluk di jagat raya ini.

Bukan menjadi rahasia lagi, berkaitan dengan penelitian kesuburan tanah, yang di lakukan oleh leluhur kita, serta merta untuk mendirikan sebuah bangunan tempat pemujaan berupa Candi. Bahkan, pemilihan tempat calon berdirinya bangunan candi yang menetapkan adalah Raja. Dengan pemilihan lokasi untuk berdirinya bangunan Candi, sudah dipastikan di lahan yang subur dan dekat dengan sumber mata air. Jadi jangan heran ketika menjumpai bangunan candi, radius kisaran 50 - 100 meter, sudah dapat di pastikan, kita bisa menjumpai bangunan petirtaan atau sumber mata air. Sebagai contoh bangunan candi selogriyo dan situs liyangan. Dan masih banyak tempat tempat lain yang disucikan di bangun dengan menggunakan konsep demikian. Walau pun, secara keseluruhan tidak demikian. Artinya, kadang bangunan petirtaan sendiri, dan bangunan candi sendiri tanpa bangunan petirtaan yang saling berdampingan.

Terus, kaitanya dengan kedatangan bangsa eropa apa .. ???

Kaitannya adalah, bangsa eropa hanya meneruskan penelitian, atau mengulang, atau memastikan tentang kesuburan tanah, kenapa di setiap berdirinya bangunan candi berada di tempat yang tanahnya subur dan berbukit. Mulai dari itulah, bangsa eropa meneruskan, mempelajari, dengan tahap penelitian yang di mulai dari seputaran bangunan suci. Karena mereka sudah tau alasannya. Jadi, tidak heran ketika menemukan bangunan candi kebanyakan berada di lahan Perkebunan atau hutan. Sama halnya dengan sejumlah watu lumpang yang berada di wilayah Kecamatan Pringapus ini. Yang di duga Benda Cagar Budaya itu, dapat kita jumpai di perkebunan Karet dan sawah. Penelusuran tentang keberadaan watu lumpang sebagai pembuktian, kita berangkat dari Desa Kawah, dan berakhir sampai Perkebunan Karet PTP IX AVDELLING NGOBO.

Selama perjalanan blusukan dari tempat yang kita tentukan, memang lebanyakan obyek yang kita temui berupa watu lumpang dan dan sebuah watu lesung saja. Sedangkan fungsi dari pada watu lumpang tersebut adalah

1. Watu Lumpang memang sengaja di buat untuk memoermudah suatu pekerjaan. Misalnya, watu lumpang di buat lalu di fungsikn untuk menumbuk hasil dari pertanian.

2. Keberadaan watu lumpang di jadikan sebagai patokan, tentang awal mula tumbuh dan berkembangnya suatu peradaban yang pertama kali di sebuah wilayah. Tumbuh kembangnya peradaban itu, mendapatkan nama toponimi dengan sebutan Krajan.

3. Watu lumpang di ciptakan sebagai sarana, atau alat upacara saat datangnya masa tanam. Kalau untuk sekarang ini di sebut dengan ritual wiwitan. Sedangkan ritual wiwitan itu sendiri masih berjalan, dan masih ada hingga sampai saat ini. Wilayah wilayah yang masih mempertahankan adat budaya tersebut adalah, di Pulau Jawa dan Pulau Bali khususnya.

4. Masa peralihan, merupakan sebuah masa yang berkembang lebih maju. Dari segi ritual keagamaan dan ritual upacara lainnya. Watu Lumpang di jadikan sebagai bukti masa peralihan tersebut. Masa peralihan dari Pra Sejarah menjadi sejarah. Pra Sejarah, di mana orang orang masa itu bekum mengenal tulisan, dengan kehidupan yang sering berpindah pindah. Tumbuh kembang kehidupannya masih bernaung di dalam goa dan pemanfaatan sumberdaya alam yang mampu mencukupi kebutuhan hidup yang hanya sesaat. Sedangkan sejarah adalah, suatu peradaban yang sudah menciptakan dan mengenal tulisan. Dengan kehidupan yang sudah menetap dan menjadi sebuah peradaban. Tumbuh kembangnya tidak berpindah pindah, dan masih tetap bertahan di wilayah yang di diaminya. Bertahan hidup dengan membangun dan mengembangkan sistem pertanian yang mampu menghasilkan, yang mampu memberikan, yang mampu mencukupi, untuk kebutuhan hidup dalam kesehariannya. Di tunjukan sebagai masa peralihan, watu lumpang yang memiliki pasangan berupa alu, yang notabenya sama sama berbahan baku dari batu yang terpahat. Dengan perkembangan jaman di sebutkan dengan Lingga Yoni Reborn. Yang di gunakan sebagi piranti untuk pemujaan dan di simbulkan sebagai Trimurti dalam keyakinan Hindu Siwa. Artinya, watu lumpang dan alu merupakan jejak masa peralihan dari Pra sejarah berkembang ke peradaban Bersejarah.

Bentuk dari pada watu lumpang itu sendiri sangat bermacam macam. Bulat pipih atau bulat melebar kesamping, bulat panjang ke bawah, bulat setengah lingkaran mirip dengan bentuk mangkok, dengan berbagai macam ukuran yang berbeda beda.

Dan Fungsi dari Pada watu lesung itu sendiri itu apa .. ???

Watu lesung yang berada di perkebunan karet hanya terdapat satu obyek saja, dan tidak ada yang lainnya. Beda dengan temuan watu lumpang yang jumlah dari keseluruhan 7 buah. Watu Lesung memiliki ukuran tinggi 57 cm, diameter luar 120 cm, diameter dalam 100 cm, dan kedalaman hanya 20 cm. Fungsi dari oada watu lesung itu sendiri, memiliki banyak fersi cerita yang berbeda. Ada yang berpendapat bahwa, watu lesung di fungsikan untuk tempat air minum hewan ternak. Ada pula yang bercerita, tempat penampungan air untuk pendingin sepuhan benda tajam saat pembuatan alat alat perang dengan berbagai jenis seperti, Pedang, mata tombak, dan Pusaka atau Keris. Ada yang bercerita tentang, watu lesung di fungsikan sebagai alat dan alas untuk menumbuk hasil pertanian dengan sekala besar. Sitem penumbukan hasil tani yang melibatkan banyak orang secara bersama sama.

Dari sekian banyak cerita yang beredar sesuaikan saja dengan posisinya, kondisi dan lingkungannya. Kalau dugaan pribadi saya, watu lesung yang berada di lingkungan watu lumpang, lebih sedikit jumlahnya jika di bandingkan dengan watu lumpang yang lebih banyak jumlahnya. Terdapat pada tanah atau area yang sangat luas dan subur. Di betengi dengan berbagai kontur tanah yang berbukit. Dekat dengan aliran sungai yang lumayan cukup deras. Memungkinkan, watu lesung tersebut di fungsikan sebagai alat untuk mempermudah suatu pekerjaan. Sebagai alas dan wadah dari hasil penumbuk pertanian sebelum akhirnya di pilah dan di bersihkan dan di tempatkan di wadah lainnya. Kuat dugaan, wilayah yang saat ini di alih fungsikan sebagai perkebunan karet, dulu merupakan peradaban yang memiliki sistem pertanian yang yang maju.

Sebenarnya, jika kita mau mencermati dari beberapa obyek yang kita kenal, akan lebih mudah menemukan pokok inti yang di maksudkan. Ingat, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang, masih banyak menyimpan jejak jejak peradaban klasic kala itu.






Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI