MASIH DI KECAMATAN JAMBU

JEJAK PERADABAN MATARAM KUNO, DESA CANDISARI

Situs Candisari

Masih di Wilayah Kaki Gunung Kelir, tepatnya berada di Desa Candisari. Sesuai dengan Toponiminya, sebuah wilayah yang berada di kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, Yang menggunakan sebuah nama bentuk dari bangunan peninggalan masa lampau berupa Candi. Untuk sebutan candi itu sendiri, tidak hanya di Jawa Tengah, Jawa Barat, atau di Jawa Timur saja. Penyebutab itu tidak pernah berubahan dari segi penyebutannya. Setiap penemuan bangunan klasic berupa tempat pemujaan, bangunan Petirtaan kuno, bahkan bangunan tempat brahmana menuntut ilmu keagamaan. Hampir sebagian lapisan masyarakat sering menyebutnya dengan penemuan Candi, yang merujuk sebuah bangunan Pemujaan Kuno masa itu. Penyebutan seperti itu sudah umum dan lazim di telinga Masyarakat. Keberadaan atau temuan di sebuah wilayah, kadang di pergunakan untuk penyematan nama daerah yang secara kebetulan terdapat obyek obyek yang di maksudkan.

Misalkan, sebuah wilayah atau contoh nama nama Desa yang menggunakan sematan dari penyebutan situs purbakala. Dan di pastikan terdapat situs bersejarah seperti, Watuagung, Krajan, Watukenteng, Sapen, candirejo, candisari, beji, kalibeji, kalirejo, sumberejo, kalitaman, kalisari, tempuran, dan mungkin masih banyak lagi contoh dari nama nama wilayah yang menggunakan nama situs purbakala lainnya. Sama halnya Desa Candisari, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang ini. Memiliki bukti dengan adanya jejak peradaban masa lampau. Berupa situs bangunan klasic masa Hindu kuno. Bangunan tersebut di ketemukan oleh warga yang sedang menggarap lahan pertaniannya. Kegiatan itu di lakukan saat akan memulainya masa tanam. Sebuah kompone batuan candi berbentuk balok dengan ukuran yang lumayan cukup besar. Alat cangkul ketika di ayunkan membentur salah satu dari komponen yang berada di dalam tanah secara tidak sengaja. Dari penemuan panel itu, petani melaporkan kejadian yang tidak terduga kepada salah satu tokoh masyarakat di Desa. Yang mendapatkan tanggapan dan di tindak lanjuti, lalu laporan tersebut di lanjutkan ke Dinas Pamong Budaya setempat. Dari Pamong Budaya kecamatan jambu, laporan tersebut di lanjutkan ke B.P.K wilayah X Jawa Tengah. Dan dengan waktu yang di tentukan, lokasi yang kedapatan temuan panel sebuah bangunan, di tindak lanjuti dan di lakukan eskavasi.

Hasil dari eskavasi, akhirnya di munculkan ke permukaan, dari bagian bagian komponen sebuah bangunan. Panel panel tersebut berbahan material dari Batuan Putih. Banyak yang berpendapat bahwa, temuan tersebut merupakan reruntuhan dari bangunan Pemujaan Kuno atau Candi. Mari kita adakan kajian dengan tahap penelitian sederhana. Jika kita mengamati secara seksama, komponen komponen dari bangunan kuno ini memang memiliki kesamaan pahatan dengan komponen bangunan candi. Dan kira kira benarkah, temuan ini merupakan bangunan Pemujaan berupa candi.

Mari kita kupas

Pengamatan ini hanya untuk ketentuan dari buah pemikiran saya pribadi. Ketika beda pendapat itu, merupakan hal yang lumrah. Ketika belum menemukan data atau sumber yang di jadikan acuan. Kalau dari pengamatan lewat kajian saya pribadi. Saya menyatakan ini bukan bangunan candi pada umumnya. Yang harus memiliki panel panel penghias seperti kemuncak dan antefiks, sebuah panel penghias yang terdapat pada bagian puncak atau mustaka dengan sebutan svarloka. Ornamen reliaf yang terpahat di bagian tubuh atau Bhuvarloka. Antefiks panel penghias bagian atap atau svarloka. Dan panel penghias antefiks yang berada pada bagian selasar atau Bhurloka. Namun, temuan bangunan ini hanya panel panel bagian selasar saja. Atau, bagian paling dasar dari sebuah bangunan. Ketika melihat beberapa bentuk dari komponen bangunan yang baru di temukan ini. Buah pikiran saya merujuk ke sebuah bangunan Dharmmasala. Sebuah  bangunan yang du jadikan tempat untuk menuntut ilmu keagamaan bagi para Brahmana.

Kenapa demikian .. ???

Kalau kita merujuk ke bangunan Pemujaan, ada beberapa syarat untuk bisa meyakinkan bahwa temuan bangunan ini adalah Candi Pemujaan. Seperti keterangan di atas yang sudah saya sebutkan. Setidaknya menemukan benda benda terpenting seperti jenis jenis arca, beberapa hiasan yang mampu di jadikan sebuah rujukan dan pernyataan bahwa, temuan itu merupakan bangunan Pemujaan. Tidak berhenti sampai di situ saja, ada syarat yang mutlak untuk bisa memastikan sebuah tempat pemujaan. Yaitu, Lingga dan Yoni, bagian yang di utamakan, atau yang terpenting dari  tempat pemujaan.

Untuk bisa di sebutkan, atau untuk bisa di tetapkan bahwa temuan itu adalah bangunan candi, haruskah memiliki syarat dari ketentuan itu semua .. ???

Tidak begitu juga, ada bangunan candi yang tidak memiliki atap, dan tidak harus sama dengan bangunan bangunan candi pada umumnya. Sebagai contoh, bangunan Candi Kimpulan yang berada di dalam Vakultas U.I.I Jogja. Bangunan Candi tanpa menggunakan atap dan kemuncak. Akan tetapi, untuk bangunan kuno yang berada di dalam Fakultas U.I.I jogja memenuhi persyaratan untuk di sebut sebagai bangunan candi tempat pemujaan, karena terdapat temuan lingga yoni, dan beberapa temuan arca.

Bukti kalau temuan di Desa Candisari, Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang, merupakah bangunan Dharmmasala, tempat para barahmana menuntut ilmu.

Seperti pada ketentuan yang sudah saya sebutkan di atas. Panel bangunan ini memiliki perbedaan dengan panel banguman candi pemujaan. Temuan situs candi sari memiliki 8 umpak yang di fungsikan sebagai lapik penopang komponen yang berbahan baku dari Kayu. Berbentuk kotak pada bagian sisi sisi luarnya, dan berbentuk lingkaran pada bagian penampanga atasnya. Delapan umpak, berarti memiliki 8 soko guru yang di tata secara berurutan. Ke 8 soko guru tersebut terpasang kuda kuda berbentuk segitiga. Setiap 2 soko guru yang di tata saling berurutan, empat soko guru berada di sisi samping kanan, dan 4 soko guru di tata berurutan berada di samping kiri. Tepat berdiri di atas umpak atu lapiknya. Setiap 2  bagian ujung atas soko guru, akan terpasan 1 kuda kuda yang saling mengaitkan. Jika itu semua sudah terpasang secara berurutan, maka sebuah bangunan berbentuk pendopo yang akan nmapak kelihatan wujudnya.

Kalau kita merujuk ke bangunan Pemujaan, ada beberapa syarat untuk bisa meyakinkan bahwa temuan bangunan ini adalah Candi Pemujaan. Seperti keterangan di atas yang sudah saya sebutkan. Setidaknya menemukan benda benda terpenting seperti jenis jenis arca, beberapa hiasan yang mampu di jadikan sebuah rujukan dan pernyataan bahwa, temuan itu merupakan bangunan Pemujaan. Benda penting lainnya seperti kemuncak, Antefiks, dan hiasan pipi tangga. Tidak berhenti sampai di situ saja, ada syarat yang mutlak untuk bisa memastikan sebuah tempat pemujaan. Yaitu, Lingga dan Yoni, bagian yang di utamakan, atau yang terpenting dari  tempat pemujaan.

Untuk bisa di sebutkan, atau untuk bisa di tetapkan bahwa temuan itu adalah bangunan candi, haruskah memiliki syarat dari ketentuan itu semua .. ???

Dharmmasala tidak harus memiliki jenis arca atau lingga yoni. Karena, fungsi dharmmasala tersebut adalah tempat untuk menuntut ilmu, bukan tempat untuk pemujaan Dewa yang di yakininya. Karena, dalam sistem brahmana menuntut ilmu, fasilitas untuk pemujaan sudah ada bangunannya sendiri. Itu artinya, bangunan candi sebagai pemujaan ada sendiri, dan Dharmmasala tempat menuntut ilmu ada bangunannya sendiri. Dan kedua bangunan memang harus saling berdampimgan. Walau pun, jarak tempuhnya pling jauh kisaran 100 meteran.

Kira kira, jika temuan bangunan Kuno yang berada di Desa Candisari merupakan Dharmmasala, terus keberadaan bangunan candi tempat pemujaannya di mana .. ???

Jarak antara Candi Ngembat dengan Temuan Situs di Desa Candisari tidak terlalu jauh. Radius 200 - 300 meteran. Karena, antara candi ngembat dan temuan situs desa candisari berada di antara sendang kuno yang di Apitnya. Ada Dharmmasala, ada sendang Kuno dan ada Candi untuk pemujaannya. Dari sini, nanti kita akan membahas satu tempat lagi, masih di Desa Candisari. Tempat tersebut merupakan komplek pemakaman umum yang secara kebetulan banyak di temukan sebaran bata bata kuno atau Banon. Kira kira, menurut kajian ini, akan mendapatlan sebuah jawaban yang bisa di tentukan sebuah Bangunan Pemujaan atau Bangunan Dharmmasala. Jaraknya dari temuan situs Candisari atau temuan Bangunan Dharmmasala tidak terlalu jauh. Kisaran 500 meter saja.















Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA