MAKAM SESEPUH DUSUN KARANGTALUN

KENAPA MAKAM SESEPUH SELALU DEKAT DENGAN BANGUNAN CANDI

Baru kali ini blusukan tertuju di sebuah wilayah, dengan jalur utama salatiga karanggede. Tepatnya di Dusun Karangtalun, Desa Ngasinan, Kecamatan Suruh. Pengalaman baru, blusukan, kesasar itu biasa. Yang luar biasa itu, ketika blusukan kesasar sebanyak 5 kali di lingkunan seluas RW. Padahal, blusukane barengan sama sedulur salatiga. Gara gara mengandalkan dan mengikuti map dalam Hand Phone. Saya itu juga tidak tau konsepnya seperti apa. Sehingga dalam pikiran timbul suatu pertanyaan  kok iso ya

Lingga Yoni Kecamatan Suruh
Lingga Yoni Kecamatan Suruh

 

Seperti biasa, pagi itu selepas pulan kerja, bunyi Hand Phone memekakan telinga. Mendapat panggilan dari salah satu sedulur blusukan dari salatiga. Dengan isi yang memberitahukan bahwa ada makam sepuh di pekarangan belakang rumah milik warga. Kabarnya, warga masyarakat sekitar tidak mengetahui tentang tokoh yang di makamkan. Berhubung rasa penasaran itu mulai muncul dengan pekat, tawaran itu saya terima dengan lapang dadai. Dan ketika itu pula, saya langsung persiapan dan mengadakan perjalanan menuju ke kota kecil, yang damai, kota pelajar yo iku salatiga. Dengan tujuan awal, sudah pasti menghampiri sedulur yang memberikan informasi tentang keberadaan makam tokoh yang di sepuhkan. Seperti adatnya kita, blusukan bebarengan. Lebih tepatnya jam 09 : 10 menit sampai di salatiga. Sejenak saya melepas penat dari panjangnya suatu perjalanan. Menenangkan pikiran sembari minum kopi, menunggu hujan reda di suasana pagi menjelang siang itu. Memang waktu itu, tanggal 26 November 2024, suasana kota salatiga hujan hampir tiap hari. Hujan itu reda ketika menunjukan pukul 10 : 30. Bergegaslah kita untuk melanjutkan perjalanan menuju ke wilayah yang sudah kita tentukan. Untuk rute perjalanan, kita melalui jalan utama salatiga karanggede, dengan perjalanan yang lumayan jauh tentunya. Setelah sampai di wilayah yang kita tuju, seperti cerita di awal, kita kesasar 5 kali di dalam lingkup wilayah RW. Tapi jangan khawatir, ketika kita sudah di dalam wilayah dusun yang sudah kita tentukan, yakin lah, Dusun tersebut memberikan kesan yang sangat damai, adem, ayem dan tentram. Apa lagi sambutan warga masyarakatnya, ketika kita bertanya, untuk mencari informasi tentang keberadaan obyek yang kita cari. Hampir 1,5 jam, obyek tersebut kita temukan. Memang, keberadaan obyek yang kita cari, berada di dalam dusun kecil, tepatnya berada di tengah tengah lahan produktif milik warga berupa sawah dan tegalan. Memang, wilayahnya tidak terlalu besar. Akan tetapi, wilayah ini membawa dampak yang lumayan cukup besar tentang sistem pemerintahannya. Kenapa demikian .. ??? Ternyata, disini lah pusat dari pada peradaban masa itu. Mulai dari peradaban hindu klasic sampai peradaban Islam. Dengan bukti berupa dua obyek yang memiliki kisah masing masing antara Lingga yoni dan makam kasepuhan yang lengkap dengan wujud bangunannya. Kedua obyek tersebut saling berdampingan, dan berada tidak jauh dari pemukiman warga. Lebih tepatnya berada di pekarangan belakang rumah warga.

Lingga Yoni Kecamatan Suruh
Lingga Yoni Kecamatan Suruh


Terdapat lingga dan Yoni

Kira kira, lingga yoni itu apa .. ???

Oke, saya akan menjelaskan satu persatu, fungsi dari pada kedua obyek antara Lingga dan Yoni

Lingga Yoni merupakan alat atau piranti untuk pemujaan Hindu Klasic kala itu, Lingga yoni itu senidiri memiliki makna atau simbul Tri Murti. Tri Murti adalah, Dewa dewa dalam konsep kepercayaan Hindu Klasic. Di antaranya Dewa Brahma, Dewa Wisnu dan Dewa Siwa. Dewa Brahma dan Dewa Wisnu, merepresentasikan dengan wujud yoni, sedangkan Dewa Siwa Merepresentasikan sebagai bentuk Lingga.

Lingga

Arti kata lingga dalam bahasa sanskerta kurang lebih adalah ‘tanda’. Dalam khasanah arkeologi, lingga adalah obyek terbuat dan terpahat dari batu berbentuk seperti tugu atau tonggak berukuran kecil. Biasanya, memiliki ukuran tinggi kurang dari satu meter. Bagian bawah objek ini berdenah bujur sangkar, bagian tengah berpenampang segi delapan, sementara bagian atas berbentuk silinder. Sebagai objek religi, bagian bawah lingga yang bersegi empat disebut brahmabhaga, bagian tengah yang berpenampang segi delapan disebut wishnubhaga dan bagian atas disebut rudrabhaga. Pada bagian ini terdapat garis melingkar yang disebut brahmasutra. Dari adanya tiga bagian tersebut, lingga mengandung makna Trimurti.

Hal tersebut didukung oleh beberapa mitologi tentang lingga pada kebudayaan India, yang umumnya mengkaitkan dengan Dewa Siwa. Oleh karena itu, lingga di Jawa juga dianggap berkait dengan Dewa Siwa. Dengan adanya Lingga Yoni yang dimasukkan ke dalam candi, kedua obyek tersebut bersifat siwaistis atau digunakan untuk memuja Dewa Siwa. Candi-candi demikian juga sering memiliki ikon siwaistis lain, seperti arca Ganesha, Durga, Agastya, Mahakala dan Nandiswara. Dalam perkembangannya, lingga sering disebut sebagai perlambang dari phallus, atau alat kelamin laki-laki. Mitologi yang berkembang kemudian terlihat mengkaitkan antara Lingga merupakan perwujudan dari Dewa Siwa dalam konteks ini. Terkait dengan hal ini, terdapat pula lingga yang berbentuk phallus, seperti yang pernah ada di Candi Sukuh, Jawa Tengah. Lingga setinggi hampir dua meter ini sekarang disimpan di Museum Nasional.

Sering di sebut dengan sebutan yoni, yang seharusnya memiliki pasangan berupa lingga. Karena lingga yoni merupakan simbul trimurti dalam mitologi hindu kuno.
Selain di gambarkan sebagai wujud antrophomorfik, Siwa juga digambarkan dalam wujud an-iconic sebagai lingga. Pada dasarnya lingga adalah pilar cahaya ( the colmn of light ), yang merupakan simbul benih dari segala sesuatu yang ada didalam semesta ini berasal. Lingga seperti ini di sebut dengan Joytrilingga. Siwa sendiri merepresentasikan dirinya kedalam wujud pilar api mitologi Linggotbhawamurti. Sebagai simbul organ maskulin, lingga mengandung energi pencipta. Akan tetapi, energi tersebut akan berfungsi apabila disatukan dengan energi shakti, yang disimbulkan dalam wujud Yoni. Untuk memberikan kekuatan bagi energi penciptaan tersebut. Dengan demikian, penyatuan antara lingga sebagai organ maskulin dengan yoni yang merupakan simbul organ feminin akan menghasilkan energi penciptanya, yang merupakan dasar dari semua pencipta. Penggambaran Lingga yoni sebagai simbul siwa dan saktinya, banyak di jumpai di garbhagreha candi untuk pemuja siwa, menggantikan siwa itu sendiri. Candi candi periode jawa tengah kuno yang garbhagrehanya di tempati lingga yoni misalnya candi gunung wukir, candi sambisari dan candi ijo.

Yoni pada umumnya berbentuk kotak bujur sangkar, memiliki dua penampang yaitu, penampang bawah dan penampang atas. Penampang bawah disimbolkan sebagai dewa Brahma, predikatnya sebagai dewa pencipta. Sedangkan penampang atas di simbulkan sebagai dewa wisnu, dengan predikatnya sebagai dewa pemelihara. Penampang bagian atas yoni memiliki lubang kotak persegi berbentuk bujur sangkar, yang di fungsikan sebagai pengunci lingga. Bagian penampang atas terdapat cekungan berbentuk bujur sangkar mengikuti bentuk yoni itu sendiri. Dengan alur yang bertumpu pada sumbu tengah bagian yoni yang dihubungkan ke bagian lubang ujung cerat. 


Yoni adalah tinggalan arkeologis yang berbentuk bujur sangkar, batu dengan cerat di salah satu sisinya. Bagian atas terdapat lubang persegi untuk menempatkan lingga. Pada bagian atas juga terdapat takikan yang mungkin digunakan untuk menampung cairan yang disiramkan pada lingga pada saat upacara. Cairan itu akan turun keluar melalui cerat yoni. Bujur Sangkar adalah bentuk yoni yang umum ditemukan di Jawa. Terdapat beberapa yoni dengan bentuk lain, seperti bundar yang ditemukan di daerah wilayah kabupaten  Temanggung, yoni berbentuk persegi panjang terdapat di situs Liyangan, Temanggung, komplek candi Bima, dieng banjarnegara. Bahkan, obyek kedua yoni, dengan ukuran memanjang memiliki tiga lubang pengunci lingga. Itu artinya, lingga dalam kesatuan yoni berjumlah tiga buah. Yoni dapat berornamen atau tidak. Pada umumnya, hiasan yang terdapat pada yoni,berupa pelipit mendatar yang simetris pada bagian bawah dan atas sisi yoni. Di tambah dengan pilaster yang berposisi tegak lurus menyamping. Cerat sering dihias pada bagian ujungnya, dengan bentuk serupa belalai gajah mina atau belahan vagina. Sementara itu, bagian bawah cerat yoni terdapat hiasan Fauna berwujud kura kura dengan sikap menyangga cerat yoni. Sedangkan di bawah kura kura terdapat Kepala naga kobra dengan sikap menyangga kura-kura di atas kepalanya. Lubang pada yoni yang berbentuk bujur sangkar, berkaitan dengan obyek pasangannya berupa lingga. Yang terpasang pada bagian penampang atas yoni. Umumnya, lingga yoni memiliki pengunci dan lubang pengunci yang sama sama berbentuk bujur sangkar, untuk kuncian pada lingga, dan lubang pengunci pada yoni memiliki ukuran yang sama. Mulai dari kedalaman, tinggi, lebar dan panjangnya. 

Jika kita lihat secara detail, Antara Lingga dan Yoni ini ada yang janggal pada kedua obyek tersebut.. Kejanggalan itu terdapat pada bagian ujung bawah lingga, yaitu penguncinya. Pahatan pengunci lingga, memiliki ukuran yang tidak sama dengan Lubang kotak bagian tengah penampang Yoni. Ukurannya lebih besar lubang kotak yoni jika di banding dengan pengunci Lingganya. Seharusnya, bagian pengunci lingga, memiliki ukuran yang sama dengan lubang kotak yang berada di bagian tengah penampang atas Yoni. Itu artinya, kedua obyek bukan pasangan yang aslinya. Sedangkan untuk pasangan yang aslinya, sudah tidak di ketahui keberadaanya. Seharusnya ada dua buah lingga, dan ada dua buah yoni. Untuk yoni, Pasangan Lingga yang masih berada di lokasi ini, sudah tidak di ketahui keberadaanya. Sedangkan sebaliknya, untuk Lingga sebagai pasangan yoni yang masih berada di lokasi ini, sudah tidak di ketahui keberadaanya pula.

Lingga Yoni Kecamatan Suruh
Terdapat dua komponen batu yang berbentuk kotak persegi panjang, di duga ke dua komponen tersebut merupakan alas dari lingga yoni tersebut. Lingga yoni tidak harus berada di dalam bangunan Candi Induk saja. Akan tetapi, lingga yoni dapat kita jumpai pada bangunan petirtaan atau sendang sendang kuno. Lahan atau tanah yang subur di bidang pertanian seperti sawah, atau ladang. Sebagai mana kejelasannya bahwa, lingga yoni merupakan piranti pemujaan Siwa yang memiliki mitologi lambang kesuburan. Untuk kondisi Lingga Yoni saat ini, kedua obyek tersebut telah mengalami kerusakan hampir 45 %. Untuk yoni itu sendiri, mengalami kerusakan pada bagian cerat, bagian sudut tepi yoni, dari penampang atas hingga penampang bawah. Wujud kerusakan itu patah padda bagian signifikan. Untuk lingga, terjadi kerusakan pada bagian ujung pangkal atas, patah pada bagian tersebut.
Ada cerita yang menarik dari warga masyarakat sekitar, konon ceritanya, Lingga Yoni pernah di pindah pada pertengahan siang hari. Tapi anehnya, pagi hari, kedua obyek sudah kembali berada di tempat yang semula.

Tidak berhenti sampai di obyek lingga yoni saja, lebih tepatnya di sisi selatan, terdapat komplek makam kasepuhan yang tokohnya sama sekali tidak ada yang mengenalinya.

Makam Tokoh Desa, langgam masa perali

Makam kasepuhan tokoh desa











Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI