DHARMMASALA CANDI SARI

BENARKAH DULU BANGUNAN CANDI, SEBELUM MENJADI KOMPLEK PEMAKAMAN

Komplek Makam Umum, Candi Sari, Pernah berdiri bangunan Kuno

Oke, Perjalanan blusukan untuk hari ini akan tetap berlanjut. Setelah menapaki jejak peradaban Hindu kuno di dua tempat. Dengan obyek berbentuk reruntuhan  bangunan masa klasic, yang dulu pernah di sucikan oleh masyarakatnya kala itu. Kegiatan blusukan yang kita laksanakan masih berada di lereng gunung kelir, di wilayah yang sama, dan masih di Kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang.

Antefiks panel bangunan Dharmmasala

Setelah mengunjungi situs Candi Ngembat dan Situs Candi sari, perjalanan blusukan kita berlanjut ke sebuah tempat pemakaman umum milik warga. Makam Candi Sari sebutannya. Dari nama tersebut sangat mudah di untuk di tebak. Pasti berkaitan dengan jejak jejak Peradaban Hindu Klasiv. Untuk menuju ke tempat berikutnya, memang membituhkan waktu yang tidak sebentar. Perjalanan itu sangat beda ketika kita mengunjungi Candi Ngembat dan Bertolak Ke Candi Sari. Jika di bandingkan dengan perjalanan Candi Sari Ke Makam Cansi Sari. Membutuhkan estimasi waktu yang di tentukan kurang lebih sekitar 15 menit. Letak dan lokasi situs ini berbeda dengan ke dua situs yang sudah kita kunjungi di awal. Perbedaan itu terletak pada tempatnya, jika Situs Candi Ngembat dan Situs Candi Sari jauh dari komplek Pemakaman. Justru, untuk situs yang satu ini, berada di tengah tengah komplek pemakaman umum milik warga.  Jujur saja, perjalanan blusukan kali ini, memang terasa sangat menyenangkan. Kenapa demikian .. ???, Karena, wilayah yang kita pilih untuk blusukan menyimpan banyak kenangan yang tidak mungkin terlupakan, tidak mungkin terhapuskan, dan akan di abadikan sepanjang masa. Kenapa demikian .. ??? Pengen tau alasannya kenapa .. ???

Kecamatan Jambu merupakan tempat atau wilayah terukirnya sejarah dari masa ke masa. Dari sebelum hingga sampai sesudahnya. Jika kita urutkan dari jejak jejak hindu Klasic, Jejak jejak Kerajaan Mataram, dan Jejak jejak Kolonial. Sejarah itu tidak berhenti di situ saja. Melainkan, Kecamatan Jambu juga pernah dijadikan ajang perang kemerdekan pada tahun 1945. Perang heroik pernah terjadi di wilayah ini, antara Tentara Nasional Indonesia, melawan tentara Britania atau Inggris. Tentara inggris sengaja melibatkan tentara bayaran dari India, yang terkenal brutal dan kejam saat mengadakan perlawanan. Tentara sewa itu terkenal sampai sekarang dengan sebutan  Tentara Elite Ghurka. Selain menyewa tentara bayaran, ternyata tentara NICA atau tentara kerajaan Belanda ikut memboncengi kekuatan tentara dari Britania. Kala itu, Indonesia baru seusia Jagung. Sudah di gempur habis habisa dari tiga negara. Akan tetapi, atas Rakhmat dari Tuhan Yang Maha Esa, Tentara Nasional Indonesia berhasil memenangkan Pertempuran tersebut. Coba banyangkan, 1 Negara Melawan 3 negara Penjajah. Ingat, kita menang Mutlak tanpa Bantuan dari negara negera Luar. Maka dari itu, Marilah sejenak kita mendoakan Para Pahlawan yang gugur di Medan pertempuran. Menurut keyakinan Masing masing. Berdo'a, di mulai.

Antefiks Panel Dari Bangunam Dharmmasala

Kita kembali ke inti pokok Pembahasan blusukan di komplek makam candi sari. Informasi ini saya ulang sekali lagi. Kususnya di Pulau jawa, ketika menemukan bekas bangunan masa klasic, entah itu bekas bangunan petirtaan, bekas bangunan Candi, atau bekas bangunan Dharmmasala, penyebutan itu akan di klaimp dengan penyebutan yang sama. Tetap di sebut dengan penemuan candi. Kenapa demikian, karena, setiap panel panel antara bangunan petirtaan, candi mau pun dharmmasala, secara keseluruhan hampir memiliki persamaan dari segi pahatannya. Maksudnya, pahatan pahatan pada bidang komponen bangunannya. Untuk mengetahui perbedaanya memang harus melalui tahap penelitian atau tahap kajian. Baru bisa di tentukan dari segi bangunannya.

Untuk situs yang berada di komplek pemakaman ini, kalau saya pribadi masih menduga duga. Dugaan saya tentang bangunan ini mengarah ke bangunan Dharmmasala. Kenapa demikian .. ???Memang komponen komponen yang di pergunakan berbahan baku dari tanah liat yang di bakar. Dengan sebutan Banon atau batu bata merah kuno. Untuk daya kerasnya tidak kalah dengan komponen material yang di pergunakan untuk membanguna Candi pada umumnya. Yaitu dominan dengan material dari batuan putih dan batu andesit. Bahkan, bangunan Candi mau pun petirtaan kuno pun juga ada yang menggunakan komponen dari Banon. Hal itu mudah di temukan pada bangunan banguann candi dan petirtaan kuno di daerah atau wilayah Jawa Timuran. 

Jadi, tergantung wayah masing masing. Ketika wilayah yang di pilih untuk berdirinya bangunan candi tidak menemukan material batu, maka, peradaban masa itu, akan membangun candi menggunakan material bahan Banon. Akan tetapi sebaliknya, ketika tanah atau wilayah yang di tunjuk banyak material batunya, maka, pembangunan candi akan menggunakan material batu. Ketika tempat atau wilayah sudah di pilih, ketentuan itu tidak akan di pindahkan lagi terkecuali tanah kutukan. 

Dalam segi penelitian kecil, yang saya lakukan kali ini. Memberikan pernyataan tentang keterkaitan bangunan bangunan kuno yang notabenya tempat suci ya g di sakralkan. Temuan temuan bata kuno ini, memang secara mutlak keberadaanya tidak di permukaan tanah. Akan tetapi, batu bata kuno tersebut di ketemukan saat ada aktifitas penggalian makam. Atau, menyediakan tempat untuk penyemayaman orang yang meninggal. Sehingga, batu bata itu terkumpul semakin banyak. Banon yang di temukan saat melakukan penggalian, memang tidak terlalu dalam. Warga menceritkan, banon tersebut di ketemukan di kedalaman kisaran 30 sampai 60 cm di bawah permukaan tanah. Jadi, sudah bisa di bayangkan dengan ketentuan yang sudah ada. Kalau memang itu bangunan Candi, kenapa tidak di ketemukan Jenis jenis arca, mau pun piranti pemujaan seperti Lingga dan Yoni. Tidak adanya benda benda yg sudah di sebutkan, cerita itu bersumner dari warga setempat. Penemuan yang bisa di bilang istimewa itu hanya panel antefiks yang berada pada bagian selasar saja. Untuk panel antefiks bagian atap, saya tidak berani memastikan. Karena, komponen komponen bagian atap seperti kemuncak mau pun mercu, tidak nampak kelihatan satu pun di lokasi makam ini. Kalau memang di komplek makam ini pernah berdiri bangunan Candi yang lengkap dengan atapnya, tidak mungkin komponen penghias atap tersebut hilang secara keseluruhan. Pastinya akan ada sisanya walau pun cuma beberapa temuan saja. Dengan kenyataannya, komponen yang di maksud tidak ada satu pun yang tertinggal di komplek makam ini.

Salah Satu Panel Bangunan Dharmmasala, dengan Pelipit Padma

Jangan menjawab kalau keseluruhan benda penting bangunan candi ini hilang di curi saat jaman kolonial belanda. Tidak mungkin, ketika keterangan mengarah ke ranah itu dan akan di curi secara keseluruhan. Misal kalau memang iya, pada jaman kolonial belanda melakukan pencurian. Yang di curi itu hanya beberapa saja dari benda benda terpenting sepeti arca, prasasti dan komponen penghias lainnya. Yang menurutnya itu bagus untuk di jadikan koleksi mau pun pajangan di kantor pemerintahan atau rumah tempat tinggal orang belanda tersebut. Apakah benda cagar budaya tersebut akan di masukan dibukukan dalam iventaris sebagai laporan yang di duga penemuan. Jawabannya adalah iya, belanda akan melakukan pendataan terhadap situs situs yang di temukan, lalu di angkut untuk di pindahkan. Dan data itu sangat lengkap, dan di tulis dengan sesuai keadaan sekitar.

Jika ada pertanyaan tentang dugaan bangunan Dharmmasala, alasan untuk memperkuat dugaan itu apa .. ???

Seperti pada pernyataan di depan, tidak adanya temuan tinggalan arca yang nampak di tempat itu. Tidak ada temuan piranti pemujaan Lingga dan Yoni. Tidak di temukannya panel penghias bagian atap bngunan. 

Catatan penting : Kalau hanya temuan antefiks saja, belum bisa menguatkan kalau situs tersebut adalah bangunan candi, walau pun tanpa atap bangunan. Karena, panel antefiks bisa kita jumpai pada bangunan bangunan seperti petirtaan Kuno, dan Dharmmasala itu sendiri. Jika di dalam pemahaman kita berawal dan tertuju pada kontur tanah dan proses temuan banon, kuat dugaan mengacu pada bangunan Dharmmasala. Yang menggunakan atap berbahan dari daun lontar atau genteng sirap yang berbaha baku dari Kayu. Memiliki 8 soko guru sebagai penyangga kerangka atap. Seperti dalam gambar berikut ini.

Dan, jika memang benar situs di komplek makam candi sari adalah Dharmmasala, makam, Wilayah kaki Gunung kelir merupakan tempat yang sangat religius. Banyak aktifitas para Brahmana di Wilayah tersebut. Tempat menuntut ilmu agama, religius dan sakral. Aktifitas tokoh agama kala itu sangat Padat di wilayah ini.

Kaki Gunung Kelir, Kecamatan Jambu, memang wilayah yang tepat untuk di pilih Pemimpin kala itu. Untuk di berdirikan atau di Bangun tempat tempat pemujaan, tempat tempat Para Brahmana menuntut Ilmu. Di karenakan wilayah tersebut memang subur, dan  banyak ditemukan sumber mata air yang melimpah. Seperti halnya dalam mitologi hindu kuno yang menyatakan bahwa, sumber mata air merupakan suatu tempat berkumpulnya para dewa dan dewi dari Kahyangan. Jadi, dengan mitologi tersebut, Para tokoh Agama dan tokoh pemerintahan Percaya bahwa, mendirikan Bangunan Pemujaan, dan bangunan tempat untuk menuntut Ilmu sangat Pas. Karena, mereka merasa lebih dekat dengan Para Dewa dewi yang di pujanya.

Kehidupan kala itu memang bergantung dengan hasil pertanian. Memanfaatkan tanah subur di seputaran bangunan Candi. Dan memanfaatkan sumber mata air sebagai sistem pertanian untuk pengairan lahan produktifnya.

Kondisi kontur tanah yang berbukit bukit, pemanfaatan ulang di lakukan oleh bangsa eropa kala itu. Pada masa kolonial, Belanda melakukan kajian atau penelitian tentang tingkat kesuburan tanah. Hingga berlanjut meneliti keadaan suhu yang pas, kira kira, tanaman apa yang cocok, dan menghasilkan untuk kondisi alam yang seperti ini. Sehingga, terfikirkan sebuah keputusan. Tentang tanaman yang cocok dengan kondisi alam di Gunung Kelir adalah Kopi. Maka, dari beberapa kajian dan penelitian, yang di lakukan oleh bangsa Eropa, tentang situasi dan kondisi Alam Gunung Kelir, memang cocok untuk perkebunan kopi. Dengan menggunakan konsep tanam sabuk Gunung diteras siring Gunung Kelir.  Pemanfaatan itu berkelanjutan hingga sampai saat ini.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI