SULTAN HADIRIN DAN RATU KALINYAMAT
MAKAM TOKOH UTAMA JEPARA
Kali ini, kita akan mengunjungi salah satu wilayah yang memiliki sejarah tentang peradaban Islam di Desa Mantingan, Kecamatan Tahunan, Kabupaten Jepara. Ketiga obyek tersebut memiliki Jejak sejarah tentang pertumbuhan Islam di Nusantara. Ketiga obyek tersebut adalah
1. Masjid Astana Sultan Hadirin
2. Konsep bangunan Komplek Makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat
3. Pembahasan Nisan yang berada di dalam komplek makam Sultan Hadirin dan Ratu Kalinyamat.
Untuk yang pertama kalinya, pokok bahasan tertuju pada sebuah bangunan masjid, yang memiliki gaya arsitektur campuran antara Hindu Buddha, dan tionghoa. Contohnya adalah bentuk atap tumpang bersusun tiga atau lebih di kenal dengan sebutan tajuk bersusun tiga menyerupai bangunan piramida di mesir. Selain itu, bangunan Masjid Astana Sultan Hadirin mengadopsidari konsep konsep dari bangunan Candi di jawa tengahan. Konsep tersebut memiliki arti sebuah tingkatan Spiritual yang mengacu pada sebuah Pengabdian makhluk kepada Tuhannya. Kalau konsep bangunan Candi memiliki tiga tahap diantaraya. Kaki Candi yang di sebut dengan Bhurloka, dengan konsep dunia bawah atau kehidupan di bumi. Badan atau tubuh candi, Bhuvarloka, dengan konsep dunia yang di sucikan, dengan arti, dalam kehidupan Manusia tidak luput dari sebuah kesalahan, kelalaian, iri, dengki dan keangkuhannya. Maka dari itu, ketika ingin membuang sifat sifat yag demikian, masuia harus mensucikan diri, beribadat, melakukan pengabdian dan berserah diri kepada tuhan penciptanya. Ata bangunan candi, atau yang di sebut dengan Svarloka, dengan Konsep Dunia para Dewa. bagian ini, telah memberikan keterangan tentang unsur paling tinggi sebagai pencipta alam jagad raya. Tidak ada bedanya dengan konsep bangunan Masjid tersebut. Bangunan Masjid Astana Sultan Hadirin berdiri menggunakan tiga tahap dengan konsep sebuah Pengabdian. Kaki atau Vondari bagunan Masjid, Tubuh bangunan masjid, atau ruang daleman untuk kasepuhan, Mustaka dengan tiga tajuknya. Tajuk yang pertama dari bawah besar dan mengecil pada bagian puncaknya. Bagian mustaka merupakan akulturasi dari arsitektur bangunan candi bagian Svarloka, yang sama sama memiliki tiga tingkat. Yang di padukan dengan bentuk bangunan ciri khas Tinghoa. Selain itu, bangunan masjid tersebut memiliki 3 konsep yang di padukan menjadi satu. Sangat terlihat sekali perbedaan dari ketiga identitas bangunannya. Masa Transisi, Konsep bangunan dengan budaya Hindu Bhuddha beralih ke Konsep kebudayaan Muslim. Dan semua itu dapat kita lihat pada bagian pagar bumi yang mengelilingi bangunan dan gapura yang menuju ke halaman masjid. Gapura dengan konstruksi demikian memiliki langgam Majapahitan yang di sebut dengan gapura Bentar. Konstruksi pembangunan Gapura memiliki kesamaan dengan Konstruksi Bangunan Gapura Ringin Lawang tinggalan Majapahit yang berada di Wilayah Jawa Timuran. Gapura tersebut masih bertahan hingga sampai saat ini.
Unsur Kebudayaan Muslimnya, terlihat pada konsep Pintu masuk keruang utama, atau ruang daleman atau ruang kasepuhan masjid. Unsur tersebut juga masih di tuangkan dalam ruang pengimaman, di mana bentuk kedua bangunan tersebut berbentuk Mihrab atau Kusen melengkuh setengah lingkaran. Konsep penyangga atap, dengan soko guru utama yang berjumlah 4 tiang. Ke empat tiang, atau ke empat soko guru tersebut memiliki fungsi menyangga tajuk ke tiga atau bagian tajuk paling atas. Konsep seprti ini, memiliki persamaan dengan konsep bangunan masjid Agung Demak.
Sedangkan untuk konsep tionghoa, terdapat pada pahatan pahatan ornamen yang menghiasi dinding bangunan masjid. Yang berada di luar dan di dalam bangunan masjid. Bentuk bangunan atap tersusun dua, atau memiliki dua tajuk berbentuk limasan. Konstruksi bangunan ini menyerupai atap bangunan kuil atau klenteng yang di sangga tiang yang berjumlah 24 batang. Kuil atau Klenteng merupakan tempat suci umat buddha untuk melakukan spiritual atau bersembahyang, yang berada di China. Ciri khas tionghoa berikutnya adalah. Terdapat bangunan serambi yang berada di sisi selatan bangunan Masjid Astana Sultan Hadirin. Pada bagian atap bangunan Serambi sama sama memiliki dua tajuk yang berbentuk limasan, dengan tiang penyangga atap berjumlah 16 batang. Bagian Vondasi bangunan masjid, memiliki banyak anak tangga untuk menuju ke serambinya.
Dari berbagai macam bayak bentuk pahatan atau ukiran, ada satu ukiran yang tidak kalah menariknya untuk di kupas.
Komentar
Posting Komentar