MASJID KAUMAN AMBARAWA

ADA MAKAM MATATAM ISLAM AMANGKURAT, DENGAN KONDISI YANG MEMPRIHATINKAN

Masjid Mujahidin Kauman Ambarawa
Ambarawa, merupakan sebuah wilayah yang berada di Kabupaten Semarang. Wilayah ini memiliki kenangan yang mendalam tentang jejak jejak sejarah yang begitu banyak dan menonjol. Jejak sejarah mulai dari peradaban masa hindu klasic, sampai jejak sejarah masa perang kemerdekaan. Ada satu wilayah di ambarawa yang memberikan kesan menarik untuk saya pribadi. Dan kesan itu membuat pikiranku semakin tertantang untuk mengunjunginya. Mengunjungi sebuah tempat yang memiliki banyak obyek untuk harus di kaji. Tempat itu berupa komplek pemakaman umum, keberadaanya tepat di belakang Masjid Mujahidin Kauman Ambarwa. Sebuah tempat yang ternyata terdapat bangunan makam makam kuno yang sudah terpetak petakan masanya. Memang sih, komplek makam tersebut banyak terdapat obyek bangunan makam yang beraneka ragam langgam nisannya. Mulai dari masa pemerintahan Mataram Islam Amangkurat, hingga sampai Pahatan pantura masa kolonial. Jika langgam nisan tersebut di urutkan dari masanya,  mulai dari yang tua periodenya sampai ke yang muda.

1. Yang pertama terdapat sebuah makam dengan Nisan langgam Mataram islam Amangkurat

Langgam mataram islam amnagkurat periode 1700 an

Kondisi makam sangat memprihatinkan, untuk bangungan jirat makam sudah tidak terbentuk lagi. Sedangkan untuk panel panel jiratnya sudah tersebar dan tidak mungkin jika harus di kumpulkan lagi. Jika memang ada usaha untuk mengumpulkan komponen jirat jirat tersebut, akan membutuhkan eaktu yang lebih lama. Kondisi nisa tinggal satu saja. Itu pun dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Patah pada bagian mustaka, pada bangian pengunci nisan, dan pada bagian puncak kembang awannya. Nisan itu kita temukan tergeletak di bawah pohon kamboja, ketiak terlihat dengan kondisi yang demikian,. Mungkin banyak yang mengira obyek tersebut hanya sekedar material cor yang padat, kering dan menggumpal., atau malah akan di anggap sebagai bagian nisan yang rusak dan tidak ada artinya. Nisan tersebut terbaca Langgam Mataram Islam Amangkurat Periode 1700 an.

Kondisi makam sangat memprihatinkan, untuk bangungan jirat makam sudah tidak terbentuk lagi. Sedangkan untuk panel panel jiratnya sudah tersebar dan tidak mungkin jika harus di kumpulkan lagi. Jika memang ada usaha untuk mengumpulkan komponen jirat jirat tersebut, akan membutuhkan eaktu yang lebih lama. Kondisi nisa tinggal satu saja. Itu pun dengan keadaan yang sangat memprihatinkan. Patah pada bagian mustaka, pada bangian pengunci nisan, dan pada bagian puncak kembang awannya. Nisan itu kita temukan tergeletak di bawah pohon kamboja, ketiak terlihat dengan kondisi yang demikian,. Mungkin banyak yang mengira obyek tersebut hanya sekedar material cor yang padat, kering dan menggumpal., atau malah akan di anggap sebagai bagian nisan yang rusak dan tidak ada artinya. Nisan tersebut terbaca Langgam Mataram Islam Amangkurat Periode 1700 an.

Kita masih dapat mengenalinya, nisan yang masih memiliki kaki, dua kembang awan yang berada di samping kanan kiri tubuh nisan, dan tumpal bagian permukaan depan dan belakang Nisan. Yang menjadi ciri khas Langgam tersenut terletak pada bagian bagian yang sudah kita sebutkan di depan. Dan pahatan demikian, tidak bisa di bohongi msa periodenya. Langgam Mataram Islam Amangkurat, periode tahun1700 an, sebelum terjadinya perjanjian Gianti 1755. Yang merubah sejarah akhir nama dari mataram islam. Krena pecahnya satu kasultanan menjadi 2 kubu yang berbeda arah pandangan. Antara Kasunanan Surakarta dan Kasultanan Jogjakarta. Belum dapat di ketahui untuk nama tokoh yang di makamkan. Jejak makam tersebut juga sudah tidak bisa di ketahui. Hanya dugaan sementara, makam tersebut  masih di tempat, di mana obyek nisan di temukan. Masih ada 2 panel bagian jirat makam, yang di jadikan tanda yang menunjukan bahwa, tempat tersebut adalah benar benar makam.

2. Terdapat makam dengan langgam masa peralihan, Akhir Mataram Islam Amngkurat, awal Pakubuwono. Nisan ddengan periode pasca perjanjian giyanti 1755.

Langgam Masa Peraihan

Langgam Masa Peralihan

Masa peralihan ( Mataram Islam Amangkurat Akhir dan Awal Pakubuwono ), nisan nisan dengan langgam pakubuwono, Nisan dengan langgam pantura yang berbentuk pahatan Gadha. Untuk nisan pahatan gadha itu sendiri, terdapat tiga masa. Pahatan pantura periode pakubuwono tahun 1830 an, masa keemasan Pangeran diponegoro, Langgam Pantura periode akhir 1800an awal 1900 an, Langgam Pantura periode 1900 wal sampai nisan nisan jaman kolonial 1910 sampai 1930an.

































Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI