MAKAM SEPUH DI AMBARAWA

DI SAYANGKAN, KEDUA NISAN MAKAM KYAI TUNGGUL DI GANTI SEMUA, KIRA KIRA, MAKAM TAHUN BERAPA 

Maka Kyai Tunggul Wulung, Sudah di Pugar total

Nisan Periode 1800an awal
Kali ini saya akan mengpas tuntas tentang komplek makam Sepuh yang berada di dusun sumber, Desa Panjang, Kecamatan Ambarawa. Sudah tau kan tentang sejarah Jantung Kota di Abarawa dan sekitarnya. Yang di jadikan ajang pertempuran heroik yang di lakukan Bangsa Indonesia, untuk mempertahankan Kedaulatan NKRI. Kala itu, bangsa Indonesia memproklamasikan kemerdekaanya pada tanggal 17 agustus 1945. Teks Proklamasi di bacakan langsung oleh Sang Proklamator, beliau adalah Presiden Republik Indonesia yang pertama kali, Ir. Soekarno dan di dampingi Wakilnya yang bernama Drs. Moh Hatta. Pembacaan Teks Proklamasi bertempat di Jl. Pegangsaan Timur, Nomor 56 Jakarta Pusat. Bisa di katakan, indonesia merdeka baru seusia jagung, pada tanggal 20 oktober 1945 sampai 15 Desember 1945. Indonesia kembali di gempur oleh pasukan Inggris yang di boncengi oleh Nica.

Nisan Periode 1800an Awal
Selain perang Ambarawa yang sangat terkenal sejarahnya, yang sering di bahas di berbagai media saat menjelang Hari Ulang Tahun Kemerdekaan Indonesia. Kota Ambarawa juga masih banyak mewarisi bangunan yang bersejarah seperti Benteng Willem I, Stasiun Kereta Api dan masih bayak lagi bangunan bangunan kolonial seperti Gereja Jago yang berdiri tahun 1924. Sebenarnya masih banyak lagi tentang tinggalan bersejarah di Wilayah Ambarawa. Seperti jejak klasic berupa bangunan Candi, makam pahlawan Nasional, Dr. Ciptoangun kusumo yang berada di komplek pemakaman keluarga watu Ceper ambarawa. Makam makam kasepuhan, tokoh pendahulu periode Mataram Islam Amangkurat Surakarta, dan makam kasepuhan periode masa peralihan. Banyak sekali sebenranya wisata wisata yang mengandung unsur sejarah bangsa. Sengaja kali ini saya akan membahas tentang makam yang berada di dusun sumber, desa sepanjang, kecamatan ambarawa, kabupaten Semarang. Terdapat komplek pemakaman yang sangat luas, dan panjang. Mungkin, toponimi dari nama desa tersebut di ambil dari obyek yang di maksud. Komplek makam tersebut berada di samping kanan dan kiri, jalan yang menghubungkan ke desa pasekan. Memang benar, komlek komplek makam tersebut sangat luas dan panjang. Namun, ada daya tarik tersendiri, kenapa saya memberanikan diri untuk mengupas dan membaca typologi nisan yaan saya maksud. Sungguh sangat di sayangkan kalau menurut saya pribadi. Makam sepanjang dan selebar ini, tidak ada jejak sejarah yang masih tersemat pada bangunan makam. Hanya ada satu saja, pusara yang mungkin dulunya, beliau yang di akamkan seorang tokoh. Sehingga, dalam komplek pemakaman ini, nama beliau yang di sebutkan. Makam tokoh Kyai Tunggul Wulung, yang kondisinya sudah di renofasi secara besar besaran. Sehingga disinilah kita kehilangan jejaknya. Kenapa, nisan dan bangunan jiratnya sudah di ganti. Jadi, pembacaan typologi nisan sudah tidak bisa di laksanakan lagi. Ada satu makam yang sangat menarik di sini. Yang masih bisa terbaca typologi nisannya. Karena, nisan tersebut masih asli dan belum di ganti sama sekali.

Nisan Periode 1800 an awal

Tidak ada satu pun yang mengetahui secara pasti, tentang siapa sebenarnya tokoh yang  dimakamkan di dalam komplek ini. Hanya saja, nisan tersebut memang memiliki keistimewaan, berupa pahatan pahatan berbentuk Flowra. Yang terpahat pada bagian Pinggang, bahu, dan mustakanya. Sedangkan pada permukaan depan belakang tubuh nisan, terdapat pahatan tumpal berbentuk keris. Bagian ujung bawah, yang memisahkan antara pinggang dan tubuh nisan, terdapat pahatan bunga ceplok piring berjumlah 7 kelopak. Dan terdapat pula pada bagian tengah pinggang, berupa pahatan bunga ceplok piring dengan  kelopak berjumlah 4 lembar. Pahatan bunga ceplok piring, bisa kita lihat pada bangunan candi jawa tengahan. Selain itu, batu nisan juga memiliki lapik, atau panel penempatan untuk berdirinya nisan yang berbentuk kotak bujur sangkar, lengkap dengan kunciannya. Pahatan nisan di penuhi dengan hiasan berbentuk flowra. Pada bagian pinggang nisan dengan pahatan berbentuk tunas pakis, atau rumah siput. Pahatan seperti ini, juga mengadopsi dari relief relief bangunan candi. Biasanya, pahatan atau hiasan seperti ini, berada pada panel bagian pipi tangga. Konsep seperti ini, di sebut dengan masa transisi. Konsep bangunan dari keyakinan hindu, buddha di torehkan dalam konsep bangunan bangunan seperti masjid dan bangunan pemakaman muslim. Pembangunan dengan konsep yang demikian, sudah mulai populer sejak perkembangan peradaban Islam di Nusantara.

Nisan Periode 1800 an awal

Di ceritakan, tokoh utama dalam komplek pemakaman ini bernama, Kyai Tunggul Wulung. Beliau adalah tokoh yang berjuang bersama Pangeran Diponegoro saat mengusir penjajah. Kira kira benar atau tidak perihal demikian. Sejauh ini meang belum ada catatan penting yang menjelaskan tentang sepak terjang tokoh Kyai tunggul Wulung. Jadi, penyampaian itu di anggap sebagai cerita rakyata saja. Kenapa demikian, karena unsur kebenaran yang berdasarkan sumber dan bukti terkait tentang bahasan tokoh tersebut, sama sekali belum pernah di ketemukan. Benar dan tidaknya mungkin akan membuka sedikit penjelasan mengenahi hal itu.

Nisan Periode 1800an awal

Kalau kita melihat, makam kyai tunggul wulung berada dalam posisi bagian tertinggi, dan berada di ujung paling utara sendiri. Dan tidak ada makam makam yang sejajar penempatannya dengan tokoh tersebut. Sudah membuktikan bahwa, makam beliau di muliakan sebagai seorang tokoh. Walau pun, bangunan makam beliau telah di pugar secara total, tapi konsep pemakaman yang di terapkan dari keraton kasepuhan kala itu, masih tetap bertahan hingga sampai saat ini.

Nisan Periode 1800an awal

Di sini, saya akan membacakan typologi nisan yang masih bertahan dengan keasliannya. Posisi makam dengan nisan yang masih aslinya, berada di sisi barat agak ke bawah, dari makam tokoh Kyai Tunggul Wulung. Detailnya pahatan batu nisan memiliki hiasan dengan pahatan berbentuk Flowra. secara keseluruhan terdapat pada bagian bagian tertentu seperti pinggang nisan, terpahat dengan bentuk tunas pakis, lebih di kenal dengan pahatan rumah siput. Di tengah tengah pinggang terpahat bunga ceplok piring dengan 4 kelopak. Pada bagian atas pinggang, terdapat pahatan berupa tumpal berbentuk keris. Pada ujung bagian pangkal bawah tumpal tersebut, terpahat bentuk obyek berupa bunga ceplok piring dengan kelopak berjumlah 7 helai. Bagian bahu nisan, terdapat pahatan tunas pakis, sedangkan tangkai dari kedua pahatan tersebut, mengarah kebagian mustaka nisan. Ujung pngkal nisan bagian bawah, memiliki pasangan atau komponen berupa lapik nisan, berbentuk kotak pipih bujursangkar. Lapik tersebut berfungsi untuk berdirinya nisan.

Nisan Kyai Bahurekso, Sudah di Ganti

Typologi atau langga nisan terbaca abad 19 an awal atau tahun 1800an. Tapi tidak bisa dipastikan tentang benar dan tidaknya, kedua tokoh tersebut memiliki peranan penting yang mengikuti perang P. Diponegoro saat berperang melawan penjajah. Hanya saja, pahatan nisan memberikan jawaban, tahun tahun di mana peranan atau sepak terjang pangeran diponegoro mulai nampak kelihatan. Selain langgam nisan, di sekitar makam juga pernah di temukan uang koin yag bertuliskan Hindia Batavia, dengan angka tahun 1819. Dapat di ketahui, uang koin tersebut di keluarkan Gubernur Jenderal Hindia Belanda pada masa jabatan Godert Van Der Cappelen. 6 tahun sebelum terjadinya perang Jawa, atau Perang Diponegoro, atau Dee Java Oor Log. Yang berlokasi di Tegalrejo Magelang. Selain uang koin, di temukan pula borgol kaki, dengan rantai yang panjangnya hampir 1 meter. 

Uang Koin 1819
bentuk Pahatan batu nisan dengan hiasan yang berada pada bagian bagian tertentu. Tidak mungkin jika beliau yang di makamkan bukan seorang tokoh besar di masanya. Setidaknya, beliau beliau yang di makamkan mempunyai peranan penting di masanya. Memiliki jabatan yang di anugerahkan dari sultan yang memimpin kala itu. Bisa saja jabatan itu berupa penitih atau panewu.  Jabatan seperti penitih dan panewu, memang di wajibkan dan harus memiliki prajurit yang di namakan wiratani. Penitih memiliki jumlah prajurit 100 orang, sedangkan untuk panewu di haruskan memiliki prajurit berjumlah 1000 orang. Di mana para prajurit tersebut memang di haruskan atau di wajibkan memiliki keahlian di bidang pertempuran atau berperang. Untuk pekerjaan kesehariannya, prajurit wiratani hanya sebagai petani biasa yang sering melimpahkan pekerjaanya berkebun dan di sawah. Siap, dan sigap, saat negara membutuhkan untuk berperang, maka para prajurit harus siap bertempur di dalam keraton mau pun di luar keraton. Dan jika di pertanyakan benar dan tidaknya, tokoh Kyai Tunggul Wulung merupakan pejabat dan tokoh pemimpin yang berwenang di masa itu. Jawabannya adalah Iya, tokoh tersebut memiliki peranan penting dalam perang Diponegoro, dan memiliki kaitan erat dengan pemerintahan Kasultanan Jogjakarta sebagai pejabat Pemerintahan.

Kalau menurutmu bagai mana .. ???


Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI