PUNDEN EMBAH MAESAN SELO KI AGENG GONTRO SINGO DAN NYAI AGENG SUWENG
" TOKOH PENRING DI MASANYA, BANYAK YANG MENYEBUT PUNDEN EMBAH MAESAN SELO KI AGENG GONTRO SINGO BESERTA NYAI AGENG SUWENG "
Komplek Makam Kyai Ageng Gontro Singo
Dengan Istrinya Nyai Ageng Suweng
Pagi itu, suasana pagi begitu cerah, sehingga membuat pikiran terbang melayang dan tak tentu arah. Keluar menatap sang surya yang sudah mulai merah merona. Semakin terang, pikiran ini, semakin menentukan ke mana arah yang akan di arah. Dari pada kebanyakan cerita yang ngelantur dan tak tentu arah. Akhirnya, mata hati dan pikiran menunjukan ke suatu tempat yang akan kita arah. Kali ini blusukan bertandang ke Dukuh Krajan, Desa Tegowanu, Kabupaten Grobogan. Lebih tepatnya, masih di seputaran jalur pantura. Di sisi sebelah kiri Jalan penghubung Semarang ke Kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. Saya pribadi penasaran dengan Situs Makam Kasepuhan yang berada di wilayah tersebut. Jika melihat dari tulisan yang terpahat di pintu gapura bertuliskan " Punden Embah Maesan Sela ".
Pendopo Makam Kyai Ageng Gontro Singo dengan
Istrinya, Nyai Ageng Suweng
Sebab dari tulisan itu lah, dengan rasa penasaran kita menuju kesana, untuk memastikan obyek yang di maksud. Dugaan saya pribadi mengacu pada sebuah bangunan reruntuhan Candi. Karena kebanyakan, kalimat tersebut di tuliskan dan sering di pergunakan untuk memberi nama sebuah jejak hindu klasic yang di pundenkan, bahkan di jadikan pemakaman. Karena, contohnya banyak sekali di wilayah wilayah tertentu seperti di jawa timuran, dan di jawa tengah, Khususnya di kabupaten semarang. Dari sebuah tempat, yang terdapat reruntuhan bangunan candi, di ubah menjadi pemakaman yang menggunakan nama nama Ulama dan Raja, para Pangeran, dan tokoh tokoh dari Kerajaan yang berada di Pulau Jawa. Maka dari itu, semakin semangat blusukan kali ini, rasa ingin mengetahui obyek tersebut seakin besar. Jujur saja, saya pribadi mengharapkan, obyek yang akan kita datangi kali ini terdapat reruntuhan bangunan candi. Kenapa demikian .. ??? Karena, di wilayah Kabupaten Demak, Kabupaten Grobogan, sangat minim sekali temuan temuan jejak peradaban hindu Klasic kala itu.\
Makam Ki Ageng Gontro Singo dengan Istrinya,
Nyai Ageng Suweng
Sesampainya di lokasi, dugaan tersebut tidak pas dan tidak sesuai espektasi yang di harapkan. Akan tetapi, dari harapan yang tidak tersampaikan itu, malah memberi pelajaran baru untuk saya pribadi. Menambah wawasan yang luas, untuk mengenal kearifan lokal nusantara. Punden Embah Nisan Selo, ternyata memang komplek pemakaman yang sangat tua sekali, menurut kajian saya. Nisan Selo adalah, sebuah komplek pemakaman sepuh, yang di dalamnya terdapat sebuah bangunan mirip dengan mushola atau langgar kecil. Dan di dalam bangunan tersebut terdapat dua pusara tokoh penting di masanya. Nah, di sini saya akan mencoba mengartikan nama nisan sela. Nisan memiliki arti kijing, atau dalam bahasa jawa bermakna Pathokan. Nisan merupakan sebuah prasasti yang di fungsikan untuk penanda, bahwa lokasi tersebut adalah tempat pemakaman. Sedangkan sela, berasal dari bahasa jawa yang mengandung makna Batu. Jadi, maesan sela memiliki arti Maesan dari Batu, atau kijing dari batu, atau patokan watu.
Terdapat dua pusara tokoh penting di masanya, Jika saya pribadi membaca typologi Nisan kedua tokoh tersebut memiliki langgam Demak masa peralihan. Artinya masa peralihan itu adalah, Akhir Demak awal Pajang. Nisan tersebut terpahat masih mengikuti pepundennya dengan berbagai imbuhan pahatan baru, yang terdapat pada bagian bahu. Kalau pahatan mustaka masih tetap pada pendiriannya, papak, tumpul atau tidak lancip. Kaki nisan dan pinggang, masih dengan pahatan mengikuti nisan nisan pepundennya. Transformasi ini di sebut dengan Nunggak Semi. Selain pahatan nunggak semi, ternyata nisan ini menyimpan sebuah pahatan artistik yang menyimpulakan identitas tokoh yang di makamkan. Bahwa, penyampaian dari pahatan nisan ini memberitahukan, tokoh yang di makamkan berasal dari cirebon. Kenapa demikian .. ??? Pahatan ornamen, memberitahukan ciri khas nuansa cirebonan, yang terdapat pada bagian penampang tengah.
Selain itu, pahatan ornamen tersebut juga terdapat pada bagian sisi tubuh nisan, disamping kanan dan disamping kiri tubuh. Berbentuk tumpal segi tiga dengan posisi terbalik atau menghadap ke bawah. Pahatan ini sudah menjadi ciri khas langgam cirebonan. Apa lagi pahatan tumpal diukir dan menusuk Purnama sidi ( bentuk bulan sempurna ). Memberikan keterangan bahwa, yang di makamkan merupakan seorang tokoh atau pejabat yang dekat dengan Kerajaan. Dan tokoh tersebut menyadang gelar dan memiliki sanad keilmuan yang setingkat dengan ulama ulama besar dimasa itu. Mungkin ada pertanyaan seperti ini ..!!! Padahal Demak merupakah wilayah jawa tengah, sedangkan cirebon masuk wilayah jawa barat, kenapa tokoh tersebut di makamkan di jalur pantura yang notabenya, wilayah ini dekat dengan Kerajaan Demak .. ??? Jawabanya seperti ini, mungkin benar, beliau yang di makamkan tokoh dari cirebon wilayah jawa barat. Tidak ada salahnya, ketika tokoh dari cirebon mengabdikan dirinya ke kerajaan Demak. Soal Jabatan dan Gelar yang di berikan dari Sultan demak kepada tokoh tersebut, tidak mudah dan tidak segampang yang di fikirkan, ketika tokoh dari cirebon ingin mengabdikan dirinya menjadi punggawa pemerintahan kerajaan demak. Ada tahapannya, tahapan itu di nilai dari Bibit, bebet dan bobotnya, termasuk Katuraanggan. Bukan hanya burung derkuku atau perkutut saja yang memiliki katuranggan, manusia juga punya. Nah, ketika penilaian itu memenuhi syarat, barulah tokoh dari cirebn tersebut di beri amanah atau surat perintah dari Sang Sultannya.
Berarti, tokoh yang di makamkan, berasal dari cirebon ya .. ??? Jelas banget kalau itu, kan sudah ada identitas yang melekat pada batu nisannya.
Kondisi nisan dari makam keduanya, hanya satu yang dapat di baca typologinya. Sedangkan nisan di antaranya patah pada bagian tubuh, tepat di atas pinggang nisan. Nisan dari Ki Ageng Gontro Singo patah satu, nisan yang bertempat di bagian kepala. Sedangkan untuk nisan Nyai Ageng Suweng patah secara keseluruhan. Jika kita amati secara detail, nisan di antara keduanya tertukar satu. Dimana nisan Ki Ageng Gontro Singo, yang satu di tempatkan pada pusara Nyai Ageng Suweng, tepat berada pada bagian kaki. Sebaliknya, satu nisan Nyai Ageng Suweng di letakan pada pusara Ki Ageng Gontro Singo, tepat berada pada bagian kepala.
Nah, siapakah sebenarnya, atau siapakah detailnya Ki Ageng Gontro Singo tersebut .. ???
Ki Ageng Gontro Singo merupakan Tokoh dari cirebon, yang mengabdikan dirinya ke Kerajaan Demak. Dan beliau di nobatkan sebagai pejabat dari pemerintahan Kerajaan Demak untuk memimpin suatu wilayah.
Komentar
Posting Komentar