NAPAK TILAS MAKAM TUA DI GUNUNG MUNGGUD PRINGAPUS

MAKAM SYECH BASARUDDIN DAN MAKAM PANGERAN PURWO KUSUMO, CERITANYA MAKAM PUTERA DARI PANGERAN BENOWO, CUCU DARI JAKA TINGKIR

Terdapat Situs Pemakaman Kuno, lebih tepatnya di Desa Pringsari, di puncak sebuah bukit yang mendapat sebutan nama Gunung Munggud. Sebelum mengupas tentang komplek pemakaman tersebut, sedikit memberikan informasi tentang batas atau tata letak wilayah di seputaran Desa Pringsari, Kecamatan Pringapus. Beberapa batas wilayah, pembacaan simbul simbul yang di pergunakan sebagai penanda untuk pembacaan sebuah obyek. 




Ini merupakan Peta buatan belanda, dan di terbitkan pada tahun 1915, dengan gambarat jalan, gambaran sungai, gambaran perkebunan, gambaran penempatan makam, yang benar benar detail, hingga di pergunakan sampai jaman sekarang. Jika kita melihat gambar peta, buatan belanda ini,
terdapat gambar anak panah nomor 1, menunjukan jalan utama Karangjati ke Candirejo. Terdapat jalan  pertigaan. Untuk jaman sekarang, pertigaan itu di sebut dengan pertigaan perpolok. Dari pertigaan Perpolok, jika mengarah dan berbelok ke arah utara, jalan tersebut akan menuju ke wilayah Desa Wonorejo, Candirejo dan sekitarnya. Jika dari pertigaan perpolok lurus, mmerupakan jalan penghubung ke wilayah Desa Pringsari, Desa Kawah dan sekitarnya. Gambar anak anak panah nomro dua, tata letak, atau lokasi berdirinya bangunan Masjid Bsyarudin. Gambar anak panah nomor 3, denah gambaran kali curug, sebuah batas wilayah yang menisahkan Desa Pringapus Kidul dengan Desa Jatirunggo. Gambar anak panah nomor 4, jalur utama penghubung antar desa jatirunggo dengan Desa Derekan. Gambar anak panah nomor 5, Bangunan berupa Rumah dinas, Pabrik pengolahan Cokelat, hingga hingga Gudang buatan belanda. Yang berada di wilayah Desa Jatirunggo. Gambar anak panah nomor 6, dengan simbul bulan sabit berwarna merah, merupakan tata letak, atau asal muasal dimana makam pertama kali Mbah Cogeh berada. Awal letak makam Mbah Cogeh, berada di sisi utara jalan penghubung Desa Jatirunggo ke Derekan. Gambar anak panah nomor 7, jalur utama penghubung desa, dari Pringapus menuju ke Desa Kawah dan Sekitarnya.

Masih di wilayah Desa Pringapus Kidul, terdapat gambar perbukitan, dengan simbul 3 bulan sabit yang saling berjajar. Merupakan 3 tempat pemakaman yang menjadi pusara, kalau dari selatan komplek makam kuno yang belum di ketahui tokohnya, komplek bagian tengah, terdapat komplek makam Syech Basaruddin, dan yang paling Utara, terdapat komplek makam Pangeran Purwokusumo. Lebih tepatnya, Gunung Tosari, yang sekarang berganti nama menjadi Gunung Munggud.  


Untuk bahasan makam yang pertama kali, yang menurut saya agak rancu
Saya akan memilih Makam Pangeran Purwokusumo.

Terdapat tulisan dengan sebutan seorang tokoh yang bergelar pangeran. Sosok Gelar Pangeran, pada umumnya di sematkan kepada Putera Mahkota atau Putera seorang raja yang berkuas di mas itu. Pangeran Purwokusumo, anak dari Sunan Benowo, anak Dari Sultan Pajang yang memiliki Nama Jaka Tinkir atau Hadiwijaya. Mari kita telusuri dengan pembacaan Typologi Nisannya. Jika kita melihat gamabar atau poto nisan Pangeran Purwokusumo, memiliki tampilan bangunan yang sangat lengkap. Poto ini saya ambil ketika blusukan keua kalinya di komplek makam tersebut. Bangunan jirat dan bentuk pahatan nisan terbuat atau berbahan kayu. Tapi, jenis kayu yang di pergunakan untuk konstruksi bangunannya, saya pribadi kurang memahami. Yang jelas dan kelihatan adalah, bahan kayu itu, tidak jenis kayu yang sembarangan. Jenis kayu dengan pokok keras tentunya. Saya teringat dengan bangunan makam yang berada di Puncak Gunung Cantung kota semarang, teringat lagi bangunan makam di puncak gunung sedrojg, desa gedanganak. Ketiga bangunan makam tersebut memiliki kesamaan yang tidak jauh bentuk pahatan dan konstruksinya. Konstruksi bangunan makam yang demikian, sudah populer di abad 19 an. Artinya, bangunan makam dari pangeran purwokusumo, termasuk langgam Pantura periode 1830 an. Sejaman dengan Simbah Kyai Soleh darat, Kyai Bantar Angin, dan Kyai Tanjung atau Syech Dzakir. Masa kehidupan beliau sejaman dengan Pangeran Dipnegoro Susuhan Hamengkubuwono III.


Jika memang benar, Pangeran Purwokusumo adalah Putera dari Sunan Benowo, dan memiliki jalur nasab trah dari Sultan Hadiwijaya atau Jaka tingkir sebagai kakeknya. Berarti, kehidupan Pangeran Purwokusumo di masa kejayaan Kasultanan Pajang yang berdiri pada tahun 1568. Jika memang demikian, ketika beliau wafat, kenapa tidak di makamkan menjadi satu dengan kakeknya, atau ayahnya. Malah di makamkan menyendiri dan jauh dari tempat asal muasal beliau. Jika memang benar Pangeran Purwokusumo merupakan tokoh pangeran dari kasultanan pajang, seharuse bangunan makam beliau tidak sesimpel itu, atau tidak seseerhana itu. Dan, seharusnya, bangunan makam beliau memiliki jirat, lengkap dengan ornamen ornamen sebagai penghiasnya. Bentuk pahatan nisan dengan langgam Pajangnya, Dan semestinya memiliki simbul Purnama sidi atau bulan purnama sempurna. Perihal demikian menunjukan bahwa, Pangeran Purwokusumo memang putera dari tokoh penting kasultanan kala itu. Memiliki gelar pangeran, memiliki nasab keilmuan yang setara dengan ayahnya, memiliki nasab keilmuan yang sama dengan kakeknya. Dan yang jelas, ilmu tasyawuf, dan ilmu ma'rifatnya tidak di ragukan lagi.

Kalau di pelajari dari bangunan jirat dan nisan Pangeran Purwokusumo, yang komplek pesareannya berada di puncak gunung munggud. Bangunan jirat dan typologi nisan beliau terbaca langgam pantura, periode 1830 an. Jika ada pertanyaan, apakah beliau seorang ulama .. ???, Jawaban saya Iya, beliau seorang ulama. Dan apakah beliau seorang tokoh pejabat .. ??? Dan jawaban saya tetap iya. Kenapa demikian .. ??? Berikan alasan atau penjelasan yang menyebutkan bahwa beliau sosok ulama dan tokoh pejabat penting di eranya.


Alasannya adalah, makam beliau berada di puncak bukit, menunjukan bahwa beliau emiliki tingkatan dengan nasab keilmuan yang tinggi. Di bidang keagamaan beliau juga punya, bahkan di bidang tata pemerintahan beliau juga punya. Bisa saja beliau merupakah tokoh penting yang pernah memimpin di pringapus dengan Jabatan yang di berikan dari pepundennya yang di sematkan kepada beliau. Dan jabatan itu sekelas dengan  panewu. Panewu itu, sebuah jabatan yang tingkatanya setara dengan camat. pada masa pemerintahan kasultanan jogja, atau pada masa Pangeran Diponegoro, di wajibkan memiliki Prajurit berjumlah seribu orang. Dan setiap triwulanan, para prajurit berkumpul di Kasultanan Ngayogjokarto, di wajibkan menghadap Sang Sultan, di suatu tempat dan masih di dalam lingkungan Keraton, yang di sebut dengan Siti Hinggil. Dan di luar beteng keraton, para prajurit di haruskan latihan perang secara serentak dan bersama sama. Prajurit di bawah komando dari Panewu, di sebut dengan Prajurit Wiratani. Terus tugas dari prajurit wira tani tersebut apa .. ??? Tugas dari Prajurit Wiratani tetap sebagai petani biasa, yang kesehariannya mengolah tanah di sawah mau pun di ladang. Dan ketika Keraton dalam ancaman, Prajurit Wiratani tersebut harus siap sedia berperang melawan musuh di dalam beteng maupun di luar beteng keraton.
 Jadi, pembacaan Typologi nisa Pangeran Purwokusumo memberikan bukti bahwa, pangeran Purwo Kusumo, yang dimakamkan di puncak gunung munggud, tidak sejaman dengan Sunan Benowo, apalagi pernah bertemu dengan Sultan Pajang Hadiwijaya atau Jaka Tingkir. Rentang waktunya sangat jauh jika harusdi pertemukan, akan menjadi tidak mungkin. Karena, Pangeran Purwo Kusumo, hidup di masa Sepak terjang Pangeran Diponegoro, dengan angka tahun 1800 . Sedangkan Sunan Benowo dan Jaka Tingkir hidup pada masa keemasan Kasultanan pajang pada tahun 1568. Selisih waktunya 232 tahun. Yakin, Pangeran Purwokusumo, memiliki usia 232 tahunan .. ??? Jika menurut kalian bagai mana .. ???


Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA