MAKAM SUNAN TEMBAYAT DAN MAAJID TIBAN GOLO
BANYAK CERITA, AWAL MULA MAKAM SUNAN TEMBAYAT SEBELUM DI PINDAH OLEH KANJENG SUNAN KALIJAGA
Masjid Tiban Golo, Paseban, Bayat, Klaten |
Malam itu, mengadakan kunjungan ke komplek makam Sunan Tembayat yang berada di Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten. Baru diketahui, tentang keberadaan makam Sunan Tembayat atau Sunan Pandanaran yang di ceritakan ada dua tempat. Sunan Tembayat, atau Pangeran Mangku Bhumi, Susuhunan Tembayat, Sunan Pandanaran ll, atau Maulana Agung. memiliki dua tempat pemakaman. Mendengar akan hal yang demikian, yang menginformasikan bahwa, komplek makam Sunan Tembayat ada dua tempat. Maka, untuk memastikan kebenarannya, harus mengunjungi Komplek pemakamannya. Komplek pemakaman yang satu ada di belakang Masjid Tiban Golo. Tepatnya Berada di lereng Gunung Jabbalkat, di sisi sebelah selatan tepatnya. Merupakan tempat, Sunan Tembayat di makamkan untuk yang pertama kalinya, sebelum Jazadnya di pindah ke tempat pemakaman yang kedua, yang sekarang ini sering di ziarahi para pengunjung wisata religi.
Ada dua cerita rakyat yang menyimpan berbagai maca pertanyaan, dan membuat takjub akan hal itu. Menciptakan rasa penasaran yang tinggi, untuk ikut berperan serta mengembangkan kearifan lokal di antaranya. Berupa Obyek Masjid Tiban Golo dan Komplek Makam Sunan Tembayat.
Masjid golo, atau lebih di kenal dengan sebutan Masjid Agung Sunan Pandan Aran, di Dusun Golo, Desa Paseban, Kecamamatan Bayat, Klaten.Masjid tersebut merupakan bangunan masjid bersejarah, terkait adanya aktifitas penyebaran Agama Islam Periode Kasultanan Demak.Bangunan Masjid yang berdiri pada kontur tanah yang berbukit, tepatnya berada di pinggir jalan utama Sunan Pandanaran, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Klaten. Disini kita akan mengupas sedikit tentang bangunan masjid tiban golo. Banyak yang menceritakan tentang bangunan Masjid tiban golo, di antaranya dua fersi cerita tersebut.
1. Masjid tersebut dulu berdiri di atas puncak gunung jabalkat, dan di pindahkan oleh Sunan Pandanaran dengan menggunakan seutas benang. Namun, versi lain menyatakan bahwa, masjid tersebut di pindah dengan menggunakan jari yang di acungkan. Bangunan tersebut di geser menuruni bukit atau gunung jabbalkat, dengan jarak tempuh di perkirakan, kurang lebih sekitar 1,5 km dari posisi aawalnya. Di geser ke bawah dengan alasan, ketika suara adzan yang di lantunkan oleh Syech Domba, salah satu Mursyid dari Sunan Tembayat berkumandang, suara adzan tersebut terdengar hingga ke Masjid Agung Demak. Sehingga, Salah satu dari Para Wali Sembilan mengingatkan Sunan Tembayat untuk memindahkan Masjidnya ke bawah. Sehingga bergesernya bangunan Masjid tersebut, ketika Syech Domba mengumandangkan Adzan, sudah tidak terdengar lagi sampai ke Masjid Agung Demak. Lokasi berdirinya Masjid Tiban Golo, menempati tempat yang sekarang ini berdiri, dan penggeseran itu di lakukan dalam watu kurang dari satu malam.
Masjid tiban golo terkenal dengan keunikannya, cerita ini bermula dengan keberadaan lahan kosong. Dahulu, di mana bangunan masjid Golo yang berdiri sekarang ini, merupakan tempat atau lahan kosong tanpa bangunan. Tidak tau kenapa, dalam waktu satu malam, tanah atau lahan kosong tersebut sudah berdiri bangunan masjid lengkap dengan mustaka, lengkap dengan tajuknya, dan lengkap dengan fasilitasnya untuk beribadah. Tidak tau yang membangun siapa, tau tau, pagi harinya, warga masyarakat sekitar menyaksikan, bangunan tersebut sudah ada. Karena berdirinya bangunan Masjid tersebut tidak ada yang mengetahui, dan di bangun dalam tempo kurang dari satu malam, warga masyarakat sekitar memberi nama dengan sebutan Masjid Tiban Golo. Kalimat tiban merupakan penamaan fenomena berdirinya bangunan masjid tersebut. Tiban, teko teko ono, preikat dalam bahasa jawanya. Bangunan Masjid ini berdiri di atas kontur tanah yang berbukit, dengan bentuk punden berundak yang memiliki 5 teras, jika dari sisi sebelah timur, dan empat teras jika di lihat dari sisi debelah utara. Dengan berbahan material dari banon, atau berbahan baku bata merah kuno. Memiliki 3 pintu masuk yang menghadap ke arah 3 penjuru mata angin, Timur, Utara dan selatan. Mempunya Dua tajuk, yang di atasnya terdapat satu mustaka yang berbahan gerabah, atau tanah liat yang di bakar. Bagian dalam Ndaleman masjid terdapat 4 soko guru utama, yang menopang komponen atau kerangka tajuk bagian atas. Bagian tajuk yang ke dua, di topang 12 soko pengapit, yang terbagi atas 4 soko guru utama. Ke 12 Soko pengapit tersebut bersanding dengan ke empat soko guru utama, yang berada di belakang pengimaman, sisi Barat membujur ke utara, sisi timur membujur ke utara, sisi timur membujur e selatan dan sisi selatan membujur ke barat. Ke Empat Soko Guru utama, berdiri di atas Lapik yang terpahat Hampir menyerupai Balai Pita. Yaitu, Sebuah Benda Cagar Budaya yang berada di dalam bangunan Candi Perwara. Benda yang di maksud adalah, sebuah Piranti yang di pergunakan untuk sarana menaruh sesaji saat pelaksanaan pemujaan Dewa. Lapik itu berjumlah 16 Buah, 4 di antaranya lapik untuk menopang ke 4 soko guru utama, dan 12 buah lapik lainnya, menopang soko Pengapit yang berdiri mendampingi ke empat soko Guru di Antaranya.
Keseluruhan soko soko tersebut berfungsi untuk menopang serangkaian kerangka atap, yang berbentuk tajuk yang berjumlah 3 tingkat
Denah bangunan masjid tiban golo berbentuk bujur sangkar. Dengan denah bangunan Pengimaman menonjol keluar. Hapir menyerupai kura kura. Setiap bangunan tembok memiliki 2 jendela, tembok sisi barat dengan 2 jendela, tembok sisi utara dengan 2 jendela, tembok sisi timur memilii dua jendela, dan tebok sisi selatan memiliki 2 jendela. Secara keseluruhan, bangunan masjid tiban golo memiliki jendela berjumlah 8 jendela. Bagian batur, atau kaki atau selasar masjid memiliki profile berbentuk genta atau kelopak padma yang di sambung dengan belah rotan. Komplek bangunan masjid golo di kelilingi makam makam sepuh dengan langgam tembayat, dan memiliki perbedaan denagn masanya. Jika kita perhatikan, konstruksi bangunan Majid Tiban Golo, memiliki konsep yang sama dengan Bangunan Candi. Memiliki Kaki atau selasar, Tubuh bangunan, dan Mustaka.
Setelah mengadakan explore dan mengenal dengan detail bangunan Masjid Tiban Golo, ada satu keunikan lagi yang terdapat pada salah satu komplek makam, yang berada tidak jauh dari belakang Masjid Tiban Golo. Jarak komplek makam yang di maksud dengan bangunan Masjid Tiban Golo kisaran 100 meter, dengan kondisi jalan melalui anak tangga yang menanjak. Banyak yang mengisahkan. Komplek makam tersebut merupakan, tempat pusara atau pemakaman Sunan Tebayat yang pertama kalinya. Sebelum jazadnya di pindak oleh Kanjeng Sunan Kalijaga dipuncak Gunung Jabalkat. Dan menjadi Tempat pemakaman Sunan Tembayat hingga sampai saat ini. Di dalam bangunan cungkup yang tidak terlalu luas ini, di sinilah Jazad pertama Kali Sunan Tembayat di kebumikan. Sebelum akhirnya di pindah ke Puncak Gunung Jabbalkat yang sekarang ini. Di dalam ruangan cungkup makam terdapat 6 pusara dengan bangunan Jirat dan Nisan langgam Tembayat, dengan pahatan simbul Wulan tumanggal dan Purnama sidi. Memberikan keterangan bahwa, Tokoh tokoh yang di makamkan, merupakan dari kalangan pejabat pemerintahan dan Tokoh Agama yang memiliki sanad keilmuan yang setara dengan Para Wali 9.
Nah, mari kita bahas, antara benar dan tidaknya, komplek makam di belakang Masjid Tiban Golo itu, merupakan pangkal awal pemakaman Sunan Tembayat.
Kita mencari data dari pembacaan Typology Langgam Nisannya
Jika kita mengamatinya, memang benar, komplek makam tersebut memiliki bangunan jirat dan bentuk pahatan nisan langgam Tembayat. Dari pinggang nisan memiliki sabuk yang menonjol keluar, Sebagai pembatas antar kaki dan tubuh nisan. Juga di fungsikan sebagai penanda atau peberi informasi bahwa, tokoh yang di mkamkan berjenis kelamin laki laki. Di atas pinggang, terdapat pahatan daun waru, dengan tangkai mengarah ke atas. Di sebut juga dengan tumpal sodo lanang yang menusuk bulan sempurna, atau Purnama Sidi. Memiliki hiasan kembang awan, yang berada pada bagian sisi kiri dan sisi kanan tubuh nisan. Bentuk bahu memiliki kesamaan dengan mustaka. Nisan dengan pahatan demikian, merupakan jenis nisan mataraman periode 1700 an, atau nisan mataram islam amangkuratan.
Jika memang benar, komplek makam tersebut merupakan awal dari pusara Sunan Tembayat, lalu, bagai mana dengan langgam nisan yang terbaca periode mataram islam amangkurat. Mari kita pikirkan bersama. Jika kehidupan Sunan Tembayat seera denga para Tokoh Wali Songo, periode masanya masuk ke pemerintahan Kasultanan Demak 1500 an. Padahal, pahatan nisan yang berada di dalam bangunan cungkup makam, menunjukan Mataram Islam Amangkuratan periode 1700 an, berarti selisih watunya 200 tahun. Pertanyaanya, benarkah Sunan Tembayat memiliki usia lebi dari 200 tahu, jika perjalanan Hidup beliau sampai ke Mataram Islam Amnagkurat.
Komentar
Posting Komentar