CANDI LOSARI
KOMPLEK PERCANDIAN INI, TELAH TERTIMBUN LAHAR DINGIN DARI LETUSAN GUNUNG HINGGA RIBUAN TAHUN LAMANYA
Rasa penasaran itu muncul ketika, mendengar ada komplek bangunan candi yang tertimbun lahar dingin, sebab akibat dari letusan gunung berapi. Pagi itu, seperti biasa, setelah pulang dari piket, saya mengadakan perjalanan untuk mengunjungi obyek yang di maksudkan. Lama mencari tempat keberadaan obyek tersebut, akhirnya ketemu juga. Setelah memahami tentang obyek yang di maksud, saya pribadi menyimpulkan. Dan tidak mungkin hanya sekali atau dua kali saja, letusan gunung berapi itu terjadi. Kenyataanya, mampu mengubur secara keseluruhan dari komplek bangunan yang megah dan istimewa itu. Berjarak kisaran 20 kilo meter, letak antara bangunan candi losari, dengan lokasi keberadaan gagahnya Gunung Merapi. Gunung berapi yang masih aktif hingga sampai saat ini. Komplek bangunan candi losari terkubur material vulkanic, terdiam, dan tersimpan di dalam tanah, dengan rentang waktu yang tidak sebentar.
Melainkan, candi losari terkubur dengan kurun waktu ribuan tahun lamanya. Ketika bangunan candi ini di temukan, panel yang pertama kali terlihat adalah, bagian penghias atap bangunan candi. Dan apakah, komplek bangunan candi losari, dulu di bangun pada dataran yang rendah. Karena, jika di amati, bangunan candi tersebut, terkubur sangat dalam. Sehingga, disaat Gunung Berapi erupsi, mampu mengeluarkan material vulkaniknya, yang mampu mengubur komplek percandian tersebut secara keseluruhan. Hingga tak terlihat komponen bagian atap paling puncak, bahkan rata dengan tanah. Jika di bayangkan, pastinya, letusan gunung berapi tersebut, maha dahsyat. Tentunya, tidak hanya mengubur komplek percandian itu saja, mungkin, komplek komplek percandian yang berada di sekitarnya pun, ikut terkubur. Pikiran dan keyakinan pun mulai timbul, sehingga menciptakan bayangan, dan membayangkan, tentang hiruk pikuknya suasana kelam kala itu. Sebuah musibah besar datang, menghampiri nenek moyang kita. Berapa perkampungan kuno, dan berapa nenek moyang yang ikut terdampak atas kejadian itu. Hingga sampai saat ini, mungkin masih banyak yang belum di ketemukan. Dengan adanya bukti ini, betapa istimewanya leluhur kita kala itu. Mampu membangun bangunan percandian, menggunakan material batu, dan mampu bertahan hingga sampai saat ini. Sehingga, kita masih bisa melihat, menikmati kemegahanya, dan mampu membayangkan dan larut dalam lamunan. Sehingga memiliki keinginan kembali ke masa itu.


Pahatan pahatan relief pada bangunan candi, menunjukan suasana kala itu, yang berada di seputaran komplek percandian losari. Pahatan relief seperti tanaman suluran, bunga bungaan, dan yang paling istimewa pahatan hewan gajah. Yang berada pada bagian dinding bilik luar bangunan candi. Terlihat, gajah tersebut dalam posisi di bawah makara, yang berbentuk tunas pakis atau rumah siput. Pahatan gajah menunjukan bahwa, Hewan tersebut mendominasi existensinya, sebagai hewan endemik yang berada di lereng gunung merapi kala itu. Secara garis besar, hewan gajah tersebut liar dan tidak di pergunakan sebagai alat transportasi darat. Kenapa demikian, jika gajah di gunakan sebagai alat transportasi darat, sudah pastinya, leluhur kita akan memahatnya dengan kelengkapan seperti pelana, tali yang mengikat leher dan hiasan penutup kepala hewan. Dengan demikian, sudah dapat di pastikan bahwa, nusantara kala itu memang kaya raya akan sumberdaya alamnya. Kaya akan hewan hewan endemiknya, kaya akan banyaknya jenis tanaman yang tumbuh di kala itu. Leluhur kita selalu mencatat setiap laporan dari kegiatan kegiatannya di masa itu. Catatan tersebut lewat media batu dengan huruf jawa kuno yang di sebut dengan prasasti. Laporan kegiatan yang di ukir pada dinding dinding candi berupa relief. Supaya apa, Supaya kita tau kehidupan hiruk pikuknya di masa itu. Sangat tradisional, dan sangat alamiah.
Situs Candi Losari terletak di Dusun Losari, Desa Salam, Kecamatan Salam, Kabupaten Magelang, Jawa Tengah. Situs ini berada pada koordinat 110º 11’ 07” BT dan 07º 34’ 38,1” LS. Situs Candi Losari ditemukan tanggal 12 Mei 2004 di sebuah kebun salak milik Muhammad Badri, guru SMP Negeri 12 Magelang. Situs ini ditinjau oleh tim penelitian Balai Arkeologi Yogyakarta pada bulan Juli 2005 ketika sedang melakukan penelitian di Situs Mantingan yang terletak sekitar 2 km di sebelah barat Situs Losari. Temuan pertama di situs ini berupa batu-batu andesit berhias yang merupakan bagian puncak sebuah bangunan candi. Temuan-temuan yang lain antara lain berupa balok-balok batu berpelipit dan berhias ceplok bunga, antefiks-antefiks, serta kemuncak candi. Komponen-komponen bangunan ini diyakini merupakan bagian dari atap candi. Temuan-temuan batu candi itu di tata rapi di rumah Badri yang lokasinya tidak jauh dari situs tersebut. Di lokasi situs sendiri juga ditemukan struktur batu-batu candi di sebuah lubang bekas galian yang terletak di tengah kebun salak, yang berukuran 1,5 x 1,5 m² dengan kedalaman sekitar 1,5 m. Berdasarkan pengamatan dapat diperkirakan bahwa candi tersebut relatif masih utuh karena yang terangkat baru sebagian dari atap candinya. Untuk dapat mengungkap keberadaan situs candi ini harus dilakukan ekskavasi karena sebagian besar candi masih tertutup tanah. Dengan penjelasan di atas, terdapat beberapa struktur bangunan kuna pada sebuah lingkungan sehingga dapat disebut sebagai situs yang kemudian dapat dikelompokkan untuk menjadi satu kesatuan yaitu Situs Candi Losari. Bangunan di Situs Candi Losari merupakan candi dengan gaya sama yang dapat dimungkinkan memiliki hubungan atau dahulu memang dibuat bersamaan.
Sebagai salah satu candi yang tersebar di sekitar kawasan Borobudur, Candi Losari tentunya akan mempunyai peran yang sangat penting dalam melengkapi informasi mengenai data sejarah budaya terutama di kawasan Poros Kedu – Prambanan yang merupakan salah satu kawasan pusat kekuasaan kerajaan Mataram Kuno yang berkuasa di Jawa Tengah antara abad VII sampai dengan X Masehi. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya tinggalan arkeologis yang ditemukan berupa candi-candi besar di wilayah eks karesidenan Kedu khususnya bagian utara serta wilayah di sekitar Candi Prambanan. Candi Losari merupakan sebuah kompleks candi agama Hindu yang terdiri dari sebuah candi induk yang menghadap ke arah timur dengan tiga buah candi perwara yang masing–masing menghadap ke arah barat. Candi perwara I terletak paling utara, sedangkan candi perwara II, candi perwara III terletak di sebelah selatan candi perwara I yang hanya berjarak 3 meter. Sementara candi Induk berada di depan atau di sebelah barat candi perwara II dan mengahdap ke arah timur pada jarak 8 meter. Namun demikian, luasan Situs Losari belum dapat ditentukan secara pasti mengingat sampai saat ini pagar keliling candi belum dapat ditemukan
Secara umum Candi Losari merupakan kompleks candi yang tidak terlalu besar, akan tetapi ragam hias serta seni arsitekturnya sangat indah. Diatas pintu masuk candi perwara I dan Candi Perwara II terdapat hiasan kepala kala yang masih utuh. Ragam hias juga terlihat apik yakni berupa antefik pada komponen atap hiasan sudut atap berupa ratna atau keben. Relief arca Mahakala juga dapat ditemui di kiri pintu masuk candi induk, kemudian juga relief Gajah di bawah pipi tangga dinding belakang candi induk.Candi Losari di Magelang telah menjadi perhiasan budaya yang tak terduga, tersembunyi di dalam perut bumi sebagai akibat dari erupsi Gunung Merapi yang dahsyat. Tanggal 7 juli 2024 menjadi tonggak bersejarah ketika candi ini mulai diulas dengan penuh kagum. Ditemukan secara tak sengaja pada tahun 2004, Candi Losari mengejutkan dunia dengan keindahannya. Terletak di bawah tanah dengan kedalaman sekitar 4 meter, candi ini terdiri dari empat bangunan yang memukau. Dua di antaranya adalah candi perwara yang megah, sementara dua lainnya adalah candi induk yang menjadi pusat perhatian.

Tak terbendung oleh cobaan alam, Candi Losari telah berdiri kokoh meskipun pernah terkena erupsi dan gempa. Struktur candi yang kuat menjadi bukti ketangguhan arsitektur zaman dahulu. Namun, bukan hanya keberadaannya yang memikat hati. Artefak-artefak bercorak yang tersembunyi di dalamnya juga menceritakan kisah kejayaan masa lampau. Lokasi Candi Losari bukan hanya sekadar situs bersejarah. Ia memiliki peran penting dalam memperkaya pengetahuan kita tentang kawasan Borobudur. Sebagai bagian dari pusat kekuasaan kerajaan Mataram Kuno pada abad VII hingga X Masehi, candi ini adalah tautan vital dalam alur sejarah. Tak diragukan lagi, Candi Losari telah mengukuhkan diri sebagai destinasi wisata budaya yang menarik di Magelang. Menyandingkan diri dengan kepopuleran Candi Borobudur, candi ini menawarkan alternatif yang tak kalah menarik. Wisatawan dapat mengeksplorasi keindahan arsitektur kuno dan merenung dalam jejak-jejak sejarah yang diabadikan di dalamnya. Jadi, jika Anda mencari pengalaman budaya yang otentik, Candi Losari adalah pilihan yang tak bisa dilewatkan. Dengan keindahan alam sekitarnya dan pesona sejarah yang memikat, candi ini akan memikat hati dan meresapi jiwa setiap pengunjung yang datang.
'' MUTIARA DUNIA ''
'' CANDI LOSARI ''
Komentar
Posting Komentar