MENYINGKAP PERADABAN KUNO YANG TERTIMBUN MATERIAL FULKANIK

SITUS LIYANGAN, PURBOSARI, NGADIREJO, TEMANGGUNG




Saat kita memasuki area perkampungan kuno, kita akan di suguhkan pemandangan berupa struktu berbentuk punden, yang memiliki ketinggian hingga 2 meteran. Dengan denah persegi panjang, berbentuk punden berundak memiliki dua teras. Belum dapat di ketahui mengenahi bangunan tersebut. Tidak jauh dari bangunan tersebut, tepatnya berada di sisi selatan, terdapat petirtaan kuno, dengan panel jaladwara yang berjumlah 5 buah yang masih asli, sedangkan panel jaladwara yang lainnya sudah replikasi atau panel buatan baru. Jika menurut penelitian para ahli, situs liyangan merupakan bekas pemukiman kuno yang memiliki karakter sangat komplek. Peninggalan kerajaan mataram kuno ini, memiliki peranan yang sangat penting, beberapa informasi yang sangat berharga. Mampu memberikan keterangan tentang kondisi di wilayah pemukiman tersebut. Jejak peninggalannya berupa perkampunagn kuno yang sudah tertata, dengan struktur tanah yang di huni berbentuk teras. Bangunan petirtaan dan sistem pertanian kuno kala itu. Di balik itu semua, kita menggambarkan peradaban orang jawa, yang banyak terpahat pada relief bangunan candi candi di jawa tengaha.

 Setiap teras di betengi dengan sistem penguat bangunan dinding berbahan material dari batu. Yang terbagi dua susunan beda tampilan. Di antaranya susunan batu berpola dan terpahat berbentuk kotak, dengan susunan material batu tanpa berpola atau alami.  Keduanya memiliki fungsi yang sama. Yaitu, untuk penahan atau tahanan, supaya tanah tidak longsor ketika musim penghujan. Konstruksi demikian di sebut dengan baturan. Tinggi baturan berfariasi, ada yang 2 meter, dan ada juga yang tingginya mencapai 3 meteran. Selain baturan, komplek situs liyangan juga terdapat dinding tebal, yang di bangun menggunakan  susun material batu terpahat berpola kotak. Bagian pagar tersebut memiliki hiasan berupa kemuncak berbentuk pahatan mutiara, yang terpasang pada bagian punggung bangunan pagar. Di balik bangunan pagar bagian dalam, terdapat dua bidang tanah yang luamyan cukup luas. Kedua bidang tanah tersebut berbentuk teras. Teras pertama dan teras ke dua. Untuk teras pertama terdapat 2 bangunan yang di duga kuat, bangunan tersebut memiliki komponen soko atau tiang, dengan atap dan kerangka yang berbahan baku dari kayu. Sedangkan untuk teras ke dua, terdapat 4 bangunan yang membujur dari timur ke barat.. Bangunan yang pertama dari timur, merupakan tempat pemujaan atau candi sakralkan. Dengan piranti pemujaan Yoni, yang memiliki lubang kotak bujur sangkar sebagai pengunci lingga. Di duga kuat, lingga tersebut juga berjumlah tiga buah, dan sekaligus melambangkan Tri Murti. 

Di sisi barat bangunan candi, jika di tarik garis lurus, terdapat 3 bangunan dengan bentuk denah yang sama. Untuk bangunan yang berada di sebelah utara, terdapat bangunan dengan denah persegi panjang. Dengan susunan material batuan yang terpahat berpola kotak dengan 5 lapis dari permukaan tanah, trap ke duanya, terdapat satu lapis. Bagian lantai atas terdapat umpak, yang di duga kuat merupakan komponen untuk landasan berdirinya tiang atau soko guru. Berdirinya soko guru di fungsikan untuk menyangga kerangka atap yang secara keseluruhan berbahan dari kayu.

Secara administratif Situs Liyangan berada di Dusun Liyangan, Desa Purbosari, Kecamatan Ngadirejo, Kabupaten Temanggung, Provinsi Jawa Tengah. Area ini  terletak di lereng timur laut Gunung Sindoro. Setelah sempat terkubur lama situs ini diketahui keberadaannya kembali saat tidak sengaja ditemukan oleh penduduk yang sedang menambang pasir pada tahun 2008. Situs tersebut terkubur material vulkanik setebal 9 meter.

Penemuan awal adalah berupa struktur kaki candi dengan yoni persegi panjang di atasnya. Struktur tersebut ternyata bukan struktur tunggal. Selanjutnya dalam proses penelitian, banyak ditemukan struktur-struktur lain serta beberapa artefak. Temuan selanjutnya terjadi bersamaan dengan kegiatan penambangan pasir melengkapi penemuan-penemuan sebelumnya yaitu berupa dua buah struktur batu yang terletak bersebelahan. Posisi kedua struktur ini di sebelah tenggara struktur bangunan candi yang telah ada sebelumnya.

Temuan struktur I merupakan terusan dari temuan struktur batu yang pernah ditampakkan dalam ekskavasi Balai Arkeologi bulan April 2010. Posisi kotak ekskavasi Balai Arkeologi berada pada jarak 2 m di barat laut struktur bangunan kayu. Temuan tatanan batu dihasilkan bersamaan dengan kegiatan penggalian pasir pada area tersebut. Saat ini dimensi tatanan batu yang telah tampak adalah panjang 2 m dan tinggi 1,5 m. Belum diketahui kedalaman lapisan batu temuan baru tersebut. Semua batu penyusun merupakan tatanan batu polos.

Pernah menjadi pusat peradaban Hindu terbesar pada masanya, tak heran banyak ditemukan situs sejarah kuno di beberapa wilayah di Indonesia, khususnya di Jawa Tengah. Salah satu situs peninggalan tersebut ada di Situs Liyangan, Temanggung. Peradaban di Liyangan sudah ada sejak abad ke-2. Selanjutnya, pada abad ke-11 Masehi, terdapat erupsi besar Gunung Sindoro yang menghancurkan dan menimbun kawasan permukiman. Bahkan, beberapa sisa batuan dari erupsi tersebut masih bisa dijumpai di area ini. Sementara itu, penamaan 'Liyangan' diambil dari nama dusun. Wilayah tersebut dahulu sangat luas dan sempat menjadi area penambangan batu dan pasir.

Kemudian, pada 2008, penambang pasir menemukan situs ini. Saat itu, ditemukan berbagai macam perkakas, baik yang terbuat dari tanah liat, keramik, logam, batu, hingga serat kain. Banyaknya penemuan penting tersebut membuat kawasan ini diambil alih oleh Balai Pelestarian Cagar Budaya Jawa Tengah.













 SITUS LIYANGAN



Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA