MAKAM SESEPUH DUSUN GINTUNGAN, MBAH WIRO SORO, UNGARAN BARAT
MAKAM MBAH WIRO SORO ( KYAI DEMAK ) DUSUN GINTUNGAN, DESA GOGIK, KECAMTAN UNGARAN BARAT
Mengawali blusukan di wilayah Desa Candirejo, di lanjutkan ke wilayah Dusun Gintungan Desa Gogik, Kecamatan Ungaran Barat. Kali ini, saya mendengarkan sebuah kisah yang menceritakan tentang bumi perkemahan yang berada di Dusun tersebut. Cerita yang beredar dan tersebar luas di kalangan masyarakat. Yaitu, tentang kesurupan masal yang terjadi pada siswa siswi yang sedang melaksanakan pramuka, dan membuka tenda untuk perkemahan. Dan anehnya, kesurupan masal hanya berlaku kepada siswa siswi yang berasal dari Kabupaten Demak saja. Warga juga kurang begitu faham, kenapa hal demikian terjadi kepada siswa siswi dari wilayah tersebut. Sedangkan untuk sekolah sekolah yang lainnya, yang bukan berasal dari Kabupaten Demak, tidak pernah mengalami kejadian seperti itu. Ada satu alasan yang menarik dari cerita tersebut.
Lebih tepatnya, berada di tengah perkebunan Cengkeh, yang di apit oleh Perkebunan Pala. Terdapat komplek makam yang terdiri dari dua pusara. Makam yang satu menggunakan nisan batu alam biasa, tanpa bangunan jirat, beliau yang di makamkan bernama Mbah Sidiq. Sedangkan makam yang satu menggunakan nisan dengan bahan batu cadas yang di ukir, juga memiliki bangunan jirat, beliau bernama Mbah Wiro Soro. Konon ceritanta, Mbah Wiro Soro adalah seorang tokoh yang berasal dari Demak. Yang, secara kebetulan beliau mengabdikan dirinya ke keraton Jogja. Sehingga, beliau di berikan tugas untuk memimpin satu wilayah yang berada di Distric Ungaran. Ketika cerita itu muncul menimbulkan berbagai macam pertanyaan. Antara benar dan tidaknya, jika beliau adalah tokoh pertama kali yang membuka wilayah Dusun Gintungan. Sehingga tumbuh peradaban kala itu, yang menjadi ramai hingga sampai saat ini.
Mari kita kupas cerita itu, benar dan tidaknya kalau Mbah Wiro Soro itu merupakah punggawa atau pejabat dari keraton Jogja. Yang di tugaskan untuk memimpin wilayah yang berada di Distric Ungaran.
Yang pertama, yang akan kita bahas adalah, tentang siapa tokoh yang pertama kali membuka dusun gintungan.
Sebelum islam masuk ke nusantara, dusun gintungan sudah tumbuh peradaban masa klasik. Yaitu, masa hindu siwa. Dengan berbagai bukti yang masih kelihatan sampai saat ini. Di antaranya reruntuhan dari tempat pemujaan berupa candi, alat piranti pemujaan berupa Yoni, bukti adanya batu lumpang. Dan mungkin bukti bukti lainnya yang bisa di jadikan acuan ketika ada pertanyaan.
Yang ke dua
Mbah Wiro soro, merupakan tokoh yang melanjutkan dari peradaban sesudahnya, dan itu pun rentan waktunya kurang lebih ratusan tahun lamanya. Telah melalui berbagai masa dari pemerintahan, kepemimpinan, dari mataram kuno, hingga sampai ke pakubuwono.
Bahasan ke tiga, tentang langgam nisan makam Mbah wiro Soro
Jika kita amati, pahatan batu nisan memiliki langgam pantura, Periode 1830 an. Guratan yang terdapat pada batu nisan beliau, membentuk dua cabang pupus daun, yang membujur ke kanan dan kekiri. Dengan guratan sodo lanang yang berada di antara dua daun pupus, sebagai tumpalnya. Memiliki pinggang dan memiliki kaki nisan. Menunjukan beliau yang dimakamkan berjenis kelamin laki laki.
Dan apakah beliau benar berasal dari wilayah demak
Mari kita cari tau, dengan menggunakan sumber cerita rakyat dan hasil pembacaan typologi batu nisan.
Memang benar adanya, cerita rakyat menyebutkan beliau yang di makamkan berasal dari wilayah Demak.
Periode tahun 1800 an awal, nisan langgam pakubuwono mengikuti perkembangan jaman. Semakin maju periodenya, nisan nisan tersebut mengalami transformasi, yang bisa di bilang cukup cepat. Khususnya pakubuwono langgam pantura, berbentuk gada. Nisan nisan tersebut, memang mendominasi wilayah di jalur pantura, seperti demak dan semarang. Jadi, ada benarnya, ketika cerita rakyat menyebutkan, mbah wiro soro adalah tokoh dari demak. Karena, nisan beliau memiliki langgam pantura, yang mudah di temukan keberadaannya di wilayah Demak dan Semarang.
Akan baik baik saja, ketika acara pramuka dan kemah bersama di gelar di area camp kebon polo. Kususnya siswa dan siswi dari kabupaten Demak, harus berziarah dan mendoakan beliau, sebagai wujud permintaan ijin atas tempat yang akan di pergunakan untuk aktifitas perkeahan. Sebagai wujud, hormat kepada leluhur Dusun Gintungan yang berasal dari Demak. Apakah ada keterkaitan antara kesurupan masal, dengan tokoh dari Demak, yang meninggal, dan di makamkan didusun Gintungan tersebut. Percaya tidak percaya, memang begitu kenyataanya.
Komentar
Posting Komentar