JEJAK PERADABAN KUNO KARANGAWEN, DEMAK
SUMUR KUNO DENGAN BAHAN KAYU
Kedua sumur tersebut, berada di area lahan produktif milik warga yang di tanami jenis kacang kacangan. Kedua bangunan sumur berbentuk bujur sangkar. Mulai dari bibir sampai ke dasar galian sumur. Namun anehnya, ke dua sumur tersebut, di bangun atau di gali, tidak sama dengan bentuk sumur pada umumnya. Yang cenderung berbentuk lingkaran, mulai dari bibir hingga dasarnya. Memang sangat aneh, dan saya pribadi melihat bangunan sumur yang demikian, baru pertama kali ini. Di mana bangunan sumur tersebut berbentuk bujur sangkar, dengan tidak menggunakan material batu terpahat, atau pun bata merah kuno dengan ukuran besar. Yang, pahatannya menyerupai komponen bangunan Candi. Melainkan, ke dua bangunan sumur tersebut menggunakan material Berbahan kayu. Yang menggunakan konsep salang pantek. Konsep salang pantek adalah, sebuah bangunan yang menggunakan bahan kayu yang berbentuk bujur sangkar memanjang. Atau berbenntuk kotak balok memanjang. Sedangkan Cara menyambungnya, kedua sisi balok kayu tersebut, di lubangi sampai tembus ke bawah. Setelah di lubangi, diantara kedua ujungnya di paku hingga saling mengaitkan. Bahkan, paku yang di gunakan tidak berbahan baku dari besi, melainkan, bahan baku paku tersebut, juga terbuat dari kayu juga. Susunan kayu tersebut di pasang dan di fungsikan sebagai penahan dinding sumur, supaya tidak runtuh atau longsor ke dalam. Susunan kayu di pasang mulai dari bibir hingga ke dasar sumurnya.
Sebelum mengalami perubahan pada bangunannya, Ke dua sumur tersebut masih dalam posisi yang aslinya. Atau, bentuk bangunan masih asli. Entah kenapa, berjalannya waktu, separuh dari ke dua bangunan Sumur tersebut, sudah berubah dan di ganti dengan bahan material Cor Permanen. Ketika air sumur penuh, maka, susunan bangunan yang terbuat dari kayu, tidak kelihatan dari atas. Namun sebaliknya, ketika air sumur agak surut, konstruksi bangunan yang aslinya, yang masih terpasang di dalam, akan terlihat dari luar bibir sumurnya.
Ukuran bibir sumur sampai ke dasar sumur, di perkirakan mencapai 120 cm kali 120 cm. Informasi untuk kedalamannya, hanya mencapai 6 meter saja.
Tidak jauh dari kedua obyek sumur terasebut, twrdapat gundukan tanah yang menyerupai perbukitan, dengan tanaman endemik jenis pokok keras. Yaitu kayu jati. Jika di fahami, kontur tanah tersebut berbentuk punden dengan beberapa teras, dugaan sementara memiliki 5 teras. Hampir sama strukturnya, dengan bangunan Punden Berundak.
Setelah kita datangi, memang benar adanya, ternyata di dalam tanah dan di atas permukaan tanah, terdapat susunan batu bata merah kuno dengan ukuran yang tidak seperti batu bata jaman sekarang. Jika di amati, batu bata merah kuno tersebut memiliki ketebalan hingga mencapai 9 cm. Sama persis dengan komponen susunan bangunan Candi.
Informasi yang saya terima, tempat ini, yang terdapat sebaran batu bata merah kuno, pernah di adakan proses eskavasi oleh ahli cagar budaya dari Kabupaten Demak. Entah kenapa, eskavasi tersebut tidak di lanjutkan. Selain komponen banon, yang terduga memang sebaran komponen candi, Di komplek tersebut juga di temukan pecahan gerabah atau tembikar yang masih bisa di ketahui dari bahan dan bentuknya. Dengan demikian, dugaan sementara, lokasi tersebut merupakan pemukiman kuno, yang lengkap dengan tempat pemujaan, lengkap dengan sumber mata airnya, walau Pun sudah di bangun dan berwujud sumur. Dan mungkin, wilayah sekitar juga pernah terdapat sistem pertanian kuno, dengan skema berbentuk teras siring. Cuma, untuk lokasi keberadaan pertanian tersebut, belum dapat di ketahui secara pasti dari letak posisinya. Jika di amati secara keseluruhan, dari kelengkapan atau sarat berdirinya dari sebuah pemukiman sudah cukup kuat. Jika di lihat dari beberapa analisa dan bukti yang ada di seputaran komplek tersebut.
Ketika Sumber mata air sudah ada, tempat pemujaan sudah ada, bukti pecahan gerabah sudah ada, sekarang tinggal melanjutkan perjalanan untuk menuju ke lokasi, yang di duga kuat bekas vondasi dari sebuah bangunan rumah kala itu.
Yang di duga bekas rumah peradaban kuno, tidak jauh dari lokasi titik temu bangunan candi. Kisaran, 100 meter kearah utara. terdapat gundukan tanah yang membentuk persegi panjang yang membujur kearah selatan ke utara. Dugaan, lokasi tersebut pernah berdiri sebuah bangunan rumah kuno di jamannya. Cuma, untuk memastikan antara benar dan tidaknya, bukti yang kita kumpulkan masih di anggap lemah. Hanya dugaan saja yang dapat di gali lewat mengumpulkan sumber yang di kaji lewat pengamatan singkat.
Semoga saja, kajian yang di dapat bisa di benarkan.
Komentar
Posting Komentar