DUSUN JAMBANGAN

 JEMBANGAN, KENANGKAN, BERGAS, MAKAM CANDI

Dusun Jembangan, Desa Kenangkan Kulon, Kecamatan Bergas, Merupakan sebuah wilayah yang berada di lereng Gunung Ungaran Sebelah timur. Tidak heran ketika mendengar wilayah tersebut terkenal dengan kesuburan tanahnya. Bahkan ada bukti bukti yang mendukung tentang kebenaran dari pernyataan itu. Bukti yang pertamma, kita ambil yang umum dan masuk logika saja. Wilayah kecamatan Bergas, memiliki kontur tanah yang mudah di tanami tanaman yang menghasilkan atau lahan produktif. Karena saking banyaknya dan mudahnya di temukan sumber mata air diberbagai daerah. Jadi, saya pribadi tidak heran, ketika lapisan masyarakat di wilayah tersebut, memiliki mata pencaharian sebagai Petani.  Dan lebih di tekunkan untuk bisa menggarap lahannya masing masing. Upaya tersebut terus di tingkatkan dan di kembangkan karena, para petani lokal sudah mempunyai pemikiran kedepan tentang perkembangan jaman dan pastinya semakin sempit dan kurangnya lahan pertanian yang harus di garap. Keterampilan menggarap lahan secara tradisional, tidak bergantung dengan alat alat moderen, untuk bisa menghasilkan, termasuk dalam kategori mempertahankan kearifan lokal nusantara. Sebagai mana, leluhurnya telah memberitahukan, mengajarkan, dan mendidik sedari dulu hingga bertahan sampai sekarang. Lebih mengedepankan, hidup mandiri dan tidak terlalu bergantung pada ketetapan, ketentuan yang sudah berlaku dan berjalan. Sedangkan, leluhur kita telah mengajarkan, tentang suatu hal terpenting, yang akan tetap berjalan dan di terapkan dimasa depan. Bahkan, perihal tersebut tidak hanya di lakukan dengan perilaku mau pun perbuatan saja. Akan tetapi, perihal atau tindakan yang di sampaikan lewat pesan yang terwariskan lewat guratan pada media batu. Yang mudah di pahami dan dilaksanakan dengan semestinya. Satu hal yang sampai saat ini bertahan adalah tentang pengolah tanah pertanian, yang sudah ada sejak Kerajaan Mataram Kuno. Bukti tersebut bisa kita lihat pada relif candi Borobudur. 

Kehidupan Masyarakat Jawa Kuno, sudah memanfaatkan binatang untuk membantu mengolah tanah pertanian. Hal ini dapat kita lihat kegiatan tersebut, yang terpahat pada media batu, sebagai Relief Jataka panil ke 336. Di mana terlihat petani memanfaatkan dua ekor sapi untuk membajak sawah lengkap dengan alat bajak dan tongkat untuk membantu menggerakkan sapi. Relief ini merupakan relief dekoratif pada bangunan Candi Borobudur di Magelang. Yaitu, relief yang menggambarkan pemandangan, tapi bukan relief cerita dengan tema tertentu. Namun, dari relief ini, kita dapat mengetahui bahwa, pada masa itu, di abad 9 sampai 10 masehi, telah mengenal bagai mana caranya membajak tanah dengan menggunakan ternak sapi, lengkap dengan menggunakan alat bajaknya. Dari relief ini juga, kita dapat mengetahui  tumbuhan atau pepohonan yang ada pada masa itu.

Selain relief yang terdapat pada banguan candi, yang menceritakan tentang kehidupan masyarakat jawa kuno dalam meningkatkan kesuburan tanah. Bukti lain untuk memperkuat hal itu adalah, dengan adanya bukti berdirinya bangunan Candi, kecuali bangunan candi kutukan. Loh, kenapa dengan bangunan candi. Terus, ada keterkaitan apa tanah subur dengan bangunan Candi. Sedikit ulasan dari tentang keterkaitan banguan candi dan kesuburan tanah, Sumber BPCB Jateng atau BPK Wilayah X.

Berdasarkan kitab Manasara Silpasastra, tata cara pembangunan candi meliputi perencanaan bentuk candi, mencari lokasi untuk membangun candi, menguji tanah, menyiapkan tanah, pembuatan vastupurusamandala (denah suci), membuat denah dan menempatkannya sesuai rencana ruang pada mandala serta pengerjaan fisik, seperti penumpukan batu dan membuat ornamen.

Tahapan dari tata cara tersebut diperlukan, mengingat pentingnya fungsi Candi pada masa klasik. Candi adalah bangunan yang berfungsi untuk memuliakan dewata atau tokoh yang telah diperdewa.

Penentuan lokasi merupakan bagian yang penting. Lahan calon lokasi candi harus suci, keramat, tenang dan jauh dari keramaian. Lahan juga dipandang menyimpan kekuatan dewa, atau lokasi tempat kekuatan supernatural senang bersemayam.

Penentuan lahan ini memerlukan kajian yang mendalam oleh kaum brahmana. Lahan yang biasa digunakan untuk candi misalnya hutan yang lebat, lereng gunung, dekat rangkaian pegunungan, di tepian persawahan yang subur, atau juga dekat sumber-sumber air, seperti mata air, kolam, danau, sendang, sungai, dan pertemuan dua sungai. Candi di Jawa biasa ditemukan di lokasi-lokasi tersebut.

Proses Pembangunan Candi

Pada proses pembangunan candi, ada beberapa profesi yang terlibat. Mereka adalah Yajamana (orang yang mempunyai gagasan, bisa jadi seorang raja atau tokoh lainnya), Sthapaka (ketua pendeta, pendeta senior yang mahir dalam ilmu bangunan suci), Sthapati (arsitek-perencana), Sutragrahin (ahli perhitungan teknis), Taksaka (ahli pahat: relief dan arca), dan Wardhakin (ahli hiasan arsitektural ataupun ornamental).

Profesi inilah yang berperan mulai dari ide awal pembangunan hingga bangunan candi tegak berdiri. Figur Sthapaka adalah pilihan dari Yajamana.

Soekmono dalam Candi Fungsi dan Pengertiannya menyebutkan bahwa Sthapaka haruslah seorang Brahmana yang memenuhi sejumlah syarat, di antaranya tahu benar akan sari serta makna kitab-kitab suci, selalu memperhatikan langkah lakunya sesuai dengan kasta dan tingkatan hidupnya. Sthapaka juga harus benar-benar mahir dalam ilmunya, mampu mempersatukan dirinya dengan pekerjaannya, dan percaya pada tuah dari tradisi pembangunan kuil tersebut.

Sementara profesi Sthapati, Sutragrahin, Taksaka, Wardhakin disebut juga sebagai Silpin (seniman). Keterlibatan profesi dan tahapan yang beragam menunjukkan jika pembangunan candi membutuhkan waktu yang tidak singkat. Pembangunan candi tidak akan rampung dalam semalam seperti legenda Roro Jonggrang.

Nah, sekarang sudah tau kan, tentang keterkaitan antara bangunan candi dengan tanah yang subur. Jadi, menurut saya pribadi, wilayah Kecamatan Bergas sangat istimewa. Selain jajaran perbukitan yang membentengi wilayah tersebut dengan lahan atau tanah subur menjadikan Kecamatan Bergas sebagai basis jejak Hindu Klasik pada masa kejayaan Kerajaan Mataram Kuno. Banyaknya temukan situs situs bangunan Candi, Petirtaan dan beberapa Arca Ganesa dengan bentuk sikapnya. Kira kira, dimana saja, wilayah wilayah sekecamatan Bergas yang terdapat jejak leluhur masa itu.

Pertama, Desa Kenangkan Kulon ada dua tempat, termasuk Dusun Jembangan itu sendiri, dusun pendem, Makam Sentono, Candi Ngempon, Patirtaan Kali Pucung Ngempon, Kenangkan Wetan berupa Lapik Arca, Sendang Kalijaro Karangjati, Arca Ganesa Mbah Gono, Arca Ganesa Mbah Dul jalal, Arca Ganesa Dusun Pondansari, Sendang Kuno Silowah, Sawah Gogo Pagersari, Sawah Reco Sikunir, Gumug Grumbul Desa Wujil, Wujil Kolang kaling ada dua tempat, Arca Ganesa Sidomuncul, Dusun Kebonan, Derekan, Dusun Watu Agung, Komplek makam umum Bergas Kidul, Desa Bergas Kidul, Candi Lawang Sekunir, Watu Lembu Gembongan dan Sendang Kuno Wringinputih. Seara keseluruhan, tentang keberadaan situs yang berada di wilayah Kecamatan Bergas, berada pada kontur tanah yang subur dan banyaknya sumber mata air. Mungkin, masih ada yang belum sempat di jelajahi.

Kehidupan masa itu, sudah mengajarkan berbagai macam kedisiplinan tentang menjalani kehidup, yang tergurat dalam relief relief bangunan candi dan yang tercatat dalam isi prasasti.

Jejak klasik yang berada di Desa Kenangkan kulon merupakan sebagai bukti bahwa, leluhur memberikan warisannya ke pada ahli warisnya. Supaya di kenal, di pelajari, dan di lestarikan dengan harapan, supaya tidak putus benang merah antara leluhur dengan generasi berikutnya. Warisan itu bisa berbagai obyek yang di wariskan. Misalnya berupa bangunan candi, watu lumpang, watu lesung, sistem pertanian dan masih banyak obyek obyek lainnya. Demikian pula yang ada di Desa Kenangkan kulon, warisan itu tampak dan terlihat jelas di lokasi pemakaman uum milik warga. Buktinya, sebaran batuan candi yang muncul di permukaan tanah. Yang awalnya terkubur, dan kini telah nampak di atas permukaan tanah. Di karenakan unsur ke tidak sengajaan dalam melakukan suatu pekerjaan penggalian tanah untuk pemakaman jenazah. Dan itu pun, terjadi berulang ketika kegiatan tersebut berlangsung mau pun secara berkala. Jika kita mencermati tentang nama pemakaman tersebut menggunakan kalimat Candi atau makam Candi. Pastinya, yang terngiang dalam telinga, dan yang terpikirkan, sudah pasti, komplek makam tersebut pernah berdiri bangunan candi. Pernyataan yang di raba leawat pemikiran itu sangat benar. Dengan temuan panel panel batuan candi, sudah di tetapkan, komplek makam umum desa kenangkan kulon, sebelum ada pemakaman sudah ada bangunan candinya. Walau pun, dengan faktanya, panel panel tersebut di temukan ulang oleh warga masyarakat sekitar. Terlihat komponen batuan candi tersebut, memiliki berbagai banyak profil. Dan banyak pula komponen batuan kotak polos tanpa profile atau batuan pengisi. Pahatan tersebut sangat halus, dan memiliki berbagai macam Profile ybahkan ada yang memiliki guratan relief yang menggambarkan tumbuhan berbentuk suluran. Dugaan sementara, komponen yang emiliki relief tersebut berada pada bagian komponen kemuncak. Yang berfungsi sebagai penghias bangunan atap. Jika di kaji secara mendalam, pastinya bangunan candi tersebut akan menimbulkan rasa penasaran yang begitu besar. Untuk sementara ini, sedikit kajian yang saya dapat dari lokasi. Untuk kajian berikutnya, tunggu ulasannya.

Dari persyaratan pembangunan candi, sudah di sebutkan dalam silpasastra, kenapa desa kenangkan kulon di bangun komplek percandian yang mendominasinya. Jawabannya adalah, karena desa kenangkan kulon khususnya, dan kecamatan bergas pada umumnya, memiliki aset yang sangat berharga, berupa tanah yang subur dan jika di olah akan lebih mudah untuk menghasilkan. Ketika tanah subur, sudah di pastikan rakyatnya makmur. 







Ij






Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA