SENDANG SENJOYO

SENDANG SENJOYO, ADA APANYA SAJA, SELAIN RERUNTUHAN BANGUNAN CANDI


Lagi lagi, niat itu muncul lagi. Setelah beberapa tahun yang lalu, merasakan penasaran yang berkelanjutan. Hingga, rasa penasaran itu terjawab, ketika keinginan ini masih terpendam, dan belum pernah tersampaikan. Maka, naluri pun masih bergejolak untuk melakukan suatu pembuktian. Dengan melihat, kunjungi, pelajari, dan lestarikan. Dengan harapan supaya pembuktian dari apa yang di inginkan, dan sampaikan, itu tidak meragukan. Siang itu, kita pun berangkat mengunjungi sendang senjoyo lebih tepatnya. Yang konon katanya, sendang tersebut merupakan petilasan dari Joko Tingkir atau Hadiwijaya Sultan Kerajaan Pajang Kala itu. Hal yang ingin saya ketahui, sebenarnya sangat mudah. Cuma, secara kebetulan, ketika mengadakan kunjungan ke sana, kita tidak mendapatkan kesempatan yang sangat istimewa ini. Kenapa saya menganggapnya sangat istiewa. Karena, jarang sekali, temen temen dari komunitas sejarah, punya kesempatan untuk bisa masuk ke dalam lokasi di mana arca Ganesha itu berada. Benar sekali, arca Ganesha tersebut memang benar, berada di dalam bangunan PDAM. Tapi, bukan cuma arca ganesha saja loh. Melainkan, ada beberapa komponen terpenting dari bangunan candi seperti, kemuncak atau ratna, jaladdwara dan makara. Nanti, panel panel tersebut akan di jelaskan dari pada kegunaan dan fungsinya masing masing.




Arca Ganesha yang berada di dalam lahan PDAM memiliki ukuran tinggi 112 cm dari permukaan tanah, jika di ukur secara enyeluruh, mungkin lebih dari nominal angka di atas. Hanya saja, dari pinggang arca sampai posisi kaki dalam sikap bersila, terkubur dengan material cor sebagai bahan pelindungnya. Kemungkinan, dengan cara seperti itu, wujud perlindungan Arca Ganesha tersebut di lakukan. Arca Ganesha memiliki 4 lengan, dua di antaranya memegang senjata yang berbeda, dengan menghadap ke atas. Tangan yang satu, tepatnya di sebelah kiri, yang mengarah ke atas memegang tasbih. Sedangkan tangan yang kedua, memegang sabut lalat atau camara. Selanjutnya, dua di antaranya, dengan sikap yang berbeda pula. Tangan yang satu memegang belalai, dan tangan yang satunya ikut terkubur bersamaan denga kedua sikap kakinya. Arca Ganesha, menghadap ke arah utara, bagian punggung Arca tidak di temukan panel stela atau sandaran arca. Tanpa mahkota atau tanpa pahatan rambut bergelung di atas kepalanya. Kemungkinan, arca tersebut berdiri sendiri dan tidak menempel pada salah satu dinding sebuah bangunan. Entah itu bangunan patirtaan atau bangunan Candi. Dalam mitologi hindu kuno



Dalam cerita wayang, ia disebut Bhatara Gana, karena berperan sebagai pemimpin para ganaGana adalah pasukan pengawal Siwa. Dalam tradisi pewayangan, Bhatara Gana adalah pahlawan yang mengalahkan para asura yang hendak menduduki kahyangan para dewa.

Dalam beberapa kitab dari India, Ganesa disebutkan mempunyai ciri-ciri pokok sebagai berikut, berkepala gajah, bertangan empat dengan salah satu tangannya memegang ekadanta (gadingnya sendiri yang patah), tangan kiri memegang parasu (kapak perang), dan kedua tangan lainya memegang padma (teratai merah) dan modaka (sweetmeats). Mempunyai trinetra (tiga mata), upavitanya berupa ular, kepalanya merah seperti sindura, tubuhnya merah seperti kunkuma dan duduk di atas seekor tikus, terkadang digambarkan duduk di atas singa.

Pengarcaan Ganesa bervariasi, ada yang digambarkan dalam posisi berdiri (stanaka) dan posisi duduk (Utkutikasana) di atas asana, serta jarang sekali Ganesa digambarkan di atas wahananya yang berupa tikus. Ganesa biasa menempati relung atau bilik belakang candi Hindu maupun diarcakan tersendiri. Atribut yang dibawa di tangan kanan belakang berupa aksamala (tasbih), tangan kiri belakang membawa parasu (kapak perang), tangan kanan depan membawa danta (gading yang patah) dan tangan kiri depan membawa modaka (sweetmeats). Pakaian dan perhiasan yang dikenakan berupa jatamukuta (mahkota dari pilinan rambut) dengan hiasan Ardhacandrakapala, serta prabhamandala dibelakang kepala, kadang memakai kundala (anting-anting), hara (kalung), keyura (kelat bahu), gelang tangan, gelang kaki, upavita berupa ular, ikat pinggang, uncal, dan kain. Lapik arca berupa padma, namun kadang-kadang juga dijumpai Ganesa yang duduk atau berdiri di asana berupa kapala (tengkorak), yang dikenal dengan sebutan kapalasana. Jika digambarkan duduk di atas padmasana, Ganesa digambarkan dalam sikap duduk utkutikasana, yang menjadi salah satu laksana kuatnya.

(Sumber Tulisan dan Foto: Buku “Dewa-dewi Masa Klasik” Terbitan BPCB Jateng)

Selain Arca Ganesha, di dalam kompek PDAM masih bisa di temukan panel sebagai penghias suatu bangunan, dugaan sementara, penghias tersebut salah satu panel yang terdapat pada bagian punggung pagar yang mengelilingi sebuah bangunan. Entah bangunan petirtaan atau mengkin juga bangunan Candi. Panel tersebut berada tepat di depan Arca Ganesha. Keberadaan panel penghias itu hanya satu saja. Jika panel bangunan itu komplit, maka jumlah tersebut lebih dari 8 panel. Kemungkinan bisa lebih lagi.

Selain Panel kemuncak, ada lagi yang bisa membuat pemikiran semakin membayangkan kemegahan banguan sendang senjoyo di masa keemasannya. Karena, di sini kita akan di perlihatkan panel Jaladdwara dengan Makara. Kedua panel tersebut fungsinya untuk apa, dan berada pada bangunan apa. Kita bahas panel jaladdwara dulu. Jaladdwara sebutannya, merupakan bagian panel sebuah bangunan yang di fungsikan untuk jalannya aliran air. Biasanya, panel tersebut berada pada bangunan petirtaan kuno atau sendang yang sumbernya di tampung lalu di alirkan lewat panel tersebut, dan mengalir seperti pancuran. Apakah panel jaladdwara ini hanya ada pada bangungunan petirtaan saja. Tentu tidak, panel Jaladdwara, tentunya tidak hanya terdapat pada bangunan petirtaan saja. Melainkan, Panel Jaladdwara juga bisa kita temukan pada bangunan candi yang memiliki selasar. Contohnya, Bangunan Candi Prambanan, Bangunan Candi Roro Mendut atau bangunan Candi Mendut, Bangunan Candi Borobudur, dan bangunan candi candi lainnya. Fungsi dari pada panel Jaladdwara itu sendiri apa, jika panel panel tersebut berada pada bangunan Candi. Fungsi dari pada panel jaladdwara yang terdapat pada bangunan candi itu sendiri adalah. Sebenarnya sistemnya sama, yaitu, panel yang di fungsikan sebagai jalan pembuangan air yang tergenang pada selasar atau atap Bangunan Candi. Saat musim penghujan. Supaya, material yang sudah tersusun menjadi atau berwujud sebuah bangunan tidak rusak karena terjadinya korosi atau pelapukank pada bahan bakunya.



Yang selanjutnya adalah makara, merupakan panel sebuah bangunan yang di fungsikan sebagai penghias pipi tangga sebuah bangunan. Entah itu bangunan Candi atau pun bangunan petirtaan kuno. Apakah ada, komponen makara penghias pipi tangga terdapat pada bangunan petirtaan. Dan jawabannya adalah ada, kompenen tersebut bisa kita jumpai pada bangunan petirtaan kuno Candi Umbul, Grabag, Magelang.



Untuk komponen penghias yang berikutnya, Mau bilang jaladdwara tapi bukan, melainkan, panel tersebut memiliki kesamaan dengan pahatan jaladdwara. Mau bilang panel kemuncak, juga bukan. Karena, panel ini memiliki pahatan yang berbeda dengan bentuk muncak. Pahatan ini cenderung berbentuk seperti buah Sukun, karena mirip sekali dengan buah tersebut. Jadi, konsep pahatannya mirip sekali dengan Mahkota yang di jadikan ageman di kepala oleh raja raja kala itu. Hampir menyerupai kala, akan tetapi bukan kala. Melainkan, pahatan ini di sebut dengan kepala Naga Raja. Gabaran pahatan tersebut sangat bisa terbaca. Memiliki mata bulat yang melotot, hampir menyerupai Singo Barong. Memiliki hiasan di kepala berupa mahkota, dengan rambut yang terurai tidak beraturan. Memiliki gigi taring yang di gambarkan keluar dari mulutnya. Di atas kepalanya, terdapat pahatan berbentuk buah, dugaan sementara, pahatan tersebut adalah buah sukun. Karena, baru pertama kali ini, saya melihat panel dengan pahatan demikian. Panel tersebut biasanya terdapat pada sebuah bangunan pagar yang mengelilingi bangunan.

Untuk panel berikutnya, terdapat di dalam sebuah bangunan yang berbahan kayu, tepatnya berada di atas sendang yang sudah di jadikan kolam berendam atau kolam renang. Ada panel bangunan kemuncak yang sangat komplit dengan mercunya. Panel panel tersebut sudah bisa di pastikan terdapat pada bangunan pagar yang mengelilingi petirtaan kuno. Kenapa sangat yakin sekali, panel panel tersebut memiliki kesamaan dengan panel panel petirtaan yang berada di desa Cabean Kunti, cepogo, boyolali, sendang kali tanggi, tengaran kabupaten semarang, panel bangunan petirtaan yang di temukan di desa candirejo, ungaran barat, semarang. Mungkin, masih banyak lagi panel panel yang berada di komplek sendamg senjoyo yang belum kita lihat.



Begitu kiranya, leluhur meninggalkan jejaknya untuk kita, untuk di pelajari tentang kearifannya. Tidak banyak waktu, ketika kesempatan ini mulai menghapirimu. Akan sangat menyesal ketika kita lupa dengan jati diri bangsa kita. Kita adalah bangsa yang besar, bangsa yang bermartabat, bangsa yang memiliki nilai nilai dari moral, yang tercatat dalam butir butir panca sila. Yang tercatat dalam Bhenika Tunggal Ika












Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI