NISAN KYAI SINGOJAYAN
LANGGAM NISAN KYAI SINGOJAYAN
![]() |
Makam Singojayan |
Yang akhirnya sampai ke makam Kyai Singo Jayan, Komplek pemakaman sepuh, yang berada di wilayah salatiga ini, banyak yang menyebutkan makam pule. Lah, makam kasepuhan kok di beri nama makam pule. Kenapa.."??
Sebenarnya, jawabannya sangat mudah, karena komplek makam tersebut berada tepat di bawah rimbunnya pohon pule, yang memiliki diameter lingkar sangat besar dan tinggi menjulang. Pohon ini tergolong tanaman yang sangat langka. Bahkan, banyak pakar ahli spiritual menyebutkan dari pada manfaat kayu pule ini.
Seperti halnya pohon beringin, pohon pule juga dianggap mistis dan memiliki penunggu. Mitos tersebut menyebabkan pohon ini identik dengan tempat tinggal makhluk halus. Beberapa masyarakat percaya bahwa pohon pule menjadi tempat bersemayam 'raja jin'. Bagian tengah pohonnya dipercaya sebagai tempat menyimpan mustika gaib.
Menurut ilmu metafisika, kayu pula dapat berfungsi mengatasi kesurupan. Batangnya dapat mengusir energi negatif di dalam rumah dengan kekuatan supranaturalnya. Daun pule yang rimbun juga dianggap sebagai tempat tinggal arwah nenek moyang.
Berbagai macam mitos yang ada tentang pohon pule menyebabkan pohon tersebut dijuluki sebagai pohon iblis atau devil tree.
Artikel ini ditulis oleh Indah Dwi Hastuti peserta Program Magang Bersertifikat Kampus Merdeka.
Terus, apa kaitannya antara tanaman pule dengan Makam Kyai Singojayan.
Sama halnya dengan pohon beringin, pohon pule juga memiliki peranan atau fungsi sebagai penanda saja, jika tempat yang di naunginya adalah tempat yang di sakralkan. Keduanya memiliki kesamaan dalam segi tingkatan sepiritual . Dan daya magis yang mampu menyerap energi energi negatif dan positif bagi sebagian orang yang mempercayainya. Kebanyakan orang berfikir, energi yang terdapat pada kedua obyek tersebut adalah negatif. Kenapa demikian .. ???" Karena, kebanyakan, bayangan itu sudah tercipta dan sudah terbentuk sebelumnya. Sebab akibat dari doktrin yang sudah melekat, yang sudah di bungkus cerita orang orang terdahulu. Jika harus berfikir di antara keduanya, tergantung bagai mana seseorang menyingkapi akan hal itu.
Dan jika harus di samakan di antara kedua dari sifat ilmiahnya, memiliki sifat yang sama walau pun jenisnya berbeda. Sama sama memiliki daun yang lebat, memiliki batang pokok keras, dan pandai menyimpan air. Tapi, kekurangan dari kedua jenis pohon tersebut, tidak bisa di jadikan bahan untuk mendukung suatu bangunan. Nah, sudah tau kan untuk alasannya, kenapa kedua jenis pohon tersebut memiliki umur sampai ratusan tahun, dan di biarkan hidup berkembang.
Lhaaa wis meh piyeee, di kethok, arep gawe bahan yoo ora mampu kih
![]() |
Nisan Langgam Peralihan |
![]() |
Nisan Langgam Demak |
Kyai Singojayan
Singojayan, merupakan nama dari sebuah gelar yang di sematkan oleh pepundennya, menurut bidang ke ahlian dari tokoh tersebut. Singojayan merupakan dua kalimat suku kata yang berasal dari bahasa Jawa. Yang bermakna
Singo dalam kaidah bahasa Indonesia yang berarti Singa. Merupakan hewan yang berkuasa dalam habitatnya, atau hewan yang menguasai hutan. Selain kuat, hewan ini juga memiliki keahlian dalam bidang berburu. Selain cekatan dan lincah, hewan ini sangat gesit dan mematikan bagi buruannya.
Sedangkan Jayan, kalimat yang mendominasi dari arti kejayaan, Sedangkan kalimat kejayaan memiliki arti yang sangat luas. Jaya bisa di artikan menang, Jayan di artikan sebuah kemenangan mutlak, kejayaan, merujuk pada suatu sifat kebahagiaan, karena meraih sesuatu yang di anggap sangat membanggakan.
Jangan heran ketika nama Singojayan merujuk pada sebuah kemenangan yang mutlak. Dan biasanya, kemenangan itu di jadikan tonggak sejarah, dengan menyematkan gelar yang sesuai dengan keahlian di bidangnya. Bisa juga, gelar Singojayan merujuk ke jabatan yang di embannya. Jabatan sebagai Senopati atau tumenggung dalam peperangan.
Bukannya Gelar tumenggung, hanya di sematkan dalam sistem pemerintahan saja ..
Benar sekali, gelar Tumenggung di sematkan kepada tokoh yang pandai mengatur atau pandai strategi dalam berpolitik di pemerintahan. Misalnya, jabatan tumenggung hanya di pegang oleh salah satu tokoh yang di pilih, di perintahkan dan di percaya oleh pepundennya, untuk membantu, dan mengatur sebuah wilayah yang di pimpinnya. Demi kelancaran jalannya sistem yang di terapkan oleh pemerintahan di Kerajaan. Gelar Tumenggung tidak hanya mengatur pemerintahan dalam wilayah saja. Sama halnya jabatan Penatus dan Panewu, kedua gelar tersebut di wajibkan memiliki Prajurit yang siap tempur. Akan tetapi, prajurit di bawah kendali Penatus dan panewu, tidak sama dengan Prajurit di bawah tumenggung. Karena, kepemimpinan wilayahnya sudah berbeda. Jika Penatus, wilayah yang di pimpinnya seluas Desa atau kelurahan, Untuk Panewu, wilayah yang di pimpinnya seluas Kecamatan, sedangkan Tumenggung, wilayah yang di pimpinnya seluas Kabupaten. Jika Prajurit di bawah Penatus dan Panewu di sebut dengan Pasukan Wiratani. Untuk kesehariannya, prajurit ini bekerja selayaknya petani petani pada Umumnya. Ketika panggilan perang datang, Prajurit Wiratani ini harus siap di perintahkan perang melawan Musuh di dalam mau pun di luar Kerajaan. Ketika Penatus di wajibkan memiliki prajurit berjumlah 100 orang Prajurit, dan Panewu di wajibkan memiliki prajurit berjumlah 1000 orang Prajurit. Kira kira, untuk jabatan Tumenggung, berapa orang Prajurit yang harus di wajibkan.
Terdapat 2 pusara tokoh yang berada di komplek pemakaman Pule. Satu di antaranya merupakan pusara dari Tokoh Singojayan itu Snendiri. Sedangkan, untuk pusara yang satunya, dugaan sementara merupakan Istri dari Tumenggung Singojayan. Dugaan itu saya sematkan karena, saya mendapatkan informasi dari warga sekitar. Menurut cerita, pusara tersebut adalah makam Istri dari Tumenggung Singojayan. Dan saya tidak berani untuk meng-iya-kan cerita tersebut. Karena, bukti nisan yang di duga Istri Tumenggung Singojayan sudah patah pada bagian pinggang ke atas. Jadi, tidak bisa terbaca typologinya.
![]() |
Nisan Langgam Demak |
![]() |
Nisan Langgam Demak |
![]() |
Nisan Langgam Pajang |
Nisan Tumenggung Singojayan masih dalam keadaan utuh, kedua nisan tersebut masih asli, dan tidak ada satu pun yang tertukar atau di ganti sama sekali. Pahatan atau langgam Nisan Tumenggung Singojayan terbaca masa peralihan. Di mana masa peralihan itu merupakan pergantian sistem kekuasaan antara, Kerajaan Demak dalam masa runtuhnya, dan Kerajaan Pajang dalam masa Keemasannya. Ketika pembacaan typologi pahatan nisan kurang jeli, maka, akan salah pula dalam mengartikan dari hasil identifikasi tersebut. Pahatan kedua nisan memang hampir memiliki kemiripan, antara langgam nisan Demak dengan langgam nisan Pajang. Peralihan demak ke pajang hanya memiliki perbedaan tipis yang terletak pada bagian mustakanya. Jika nisan demak masih bertahan dengan mustakanya yang berbentuk tumpul, sedangkan bentuk mustaka nisan pajang, sudah berbentuk lancip. Kiblat nisan Langgam Pajang masih mengikuti langgam Nisan pepundenya terdahulu, yaitu Demak. Terlihat jelas sekali pada pahatan Kaki Nisan, Pinggang dan Tubuh Nisan. Langgam nisan tersebut, di masa keemasan Kerajaan Pajang Periode atau abad ke 16 pertengahan, 1550an ke atas sampai mendekati angka tahun awal 1600an.
![]() |
Nisan Langgam Pajang |
Tumenggung Singojayan adalah tokoh yang mengabdikan dirinya ke kerajaan Pajang, sehingga beliau mendapatkan gelar sebagai Tumenggung, yang memimpin suatu wilayah di bawah kekuasaan Sultan Pajang. Saya tidak berani menceritakan sejarah sepak terjang tokoh tersebut. Karena, catatan atau sumber data yang tertulis atau sumber data dari penelitian, sama sekali belum pernah menemukannya. Bahkan, cerita rakyat pun, tidak ada yang menyinggung tentang ranah itu. Hanya saja, Tumenggung Singojayan merupakan tokoh yang babat alas Desa tingkir tengah, Kota Salatiga.
Komentar
Posting Komentar