SITUS UMPAK KERATON WURUNG
RERUNTUHAN BANGUNAN CANDI, ATAU KAH RERUNTUHAN BANGUNAN LAINNYA
Oke, untuk kesempatan kali ini, saya akan melanjutkan pembahasan tentang makam kasepuhan sentono dowo lagi. Konon ceritanya, makam tersebut ada kaitanya dengan situs umpak yang berada di samping kanan dan samping kiri akses jalan yang menghubungkan antara kabupaten semarang dengan kabupaten Temanggung. Lebih di kenal dengan sebutan situs keraton wurung. Masih berada di desa gandulan, kecamatan kaloran. Dulu, tahun 2020 pernah melakukan blusukan ke lokasi tersebut, untuk mengetahui tentang apa saja yang terdapat di lokasi sekitar situs keraton wurung. Dan ketika kita turun ke sawah, mengadakan penelusuran selanjutnya, begitu herannya saat itu. Ternyata banyak sekali sebaran batu bata kuno dengan ukuran yang tidak pada umumnya. Bahan material tersebut banyak sekali di temukan dalam area persawahan, ada pula yang di jadikan pematang sawah. Ketika itu, kita menduga, komponen komponen tersebut merupakan reruntuhan bangunan candi yang sudah menjadi puing puing. Bahkan, komponen tersebut sempat kita ukur menggunakan alat pengukur, dan menunjukan hasil ukuran komponen dengan ketebalan 9 cm, panjang 46 cm dan lebar 36 cm. Dan ukuran itu sama persis dengan komponen bahan bangunan candi yang berada di wilayah lainnya.
Nah, dari sini pemikiran saya itu mulai berubah, setelah mengetahui cerita dari warga setempat, tentang riwayat situs keraton wurung, yang konon katanya memiliki kaitan erat dengan makam kasepuhan sentono dowo. Yang semula berfikir tentang temuan banon di sawah, dan meyakini bahwa sisa material bangunan tersebut merupakan reruntuhan bangunan candi. Sekarang pikiran itu berubah, dan memikirkan tentang berdirinya sebuah bangunan yang megah, Dan, bangunan tersebut banyak memiliki soko yang berbahan kayu dan beratap. Yang jelas bukan bangunan candi, melainkan semacam bangunan pendopo.
Jika ada pertanyaan tentang kenapa demikian cara berfikirnya, kira kira bisa dibuktikan atau tidak, dari segi pemikiran itu ..
Maka, saya akan jawab dengan uraian dari penelitian kecil yang saya lakukan. Saya akan menjawab dari apa yang saya ketahui tentang kondisi dan keadaan di sekitaran situs tersebut. Bahkan, dengan beberapa kajian dengan beberpa bukti, lalu saya kembangkan dengan cara dan secara pribadi. Juga termasuk, adanya keterkaitan antara situs makam dowo dengan situs keraton wurung tersebut.
Jika menurut cerita rakyat, tokoh yang di makamkan dalam komplek sentono dowo memiliki kaitan erat dengan situs keraton wurung. Di ceritakan, salah satu tokoh bernama Joko Kliwon, tokoh tersebut berasal dari Kasultanan Demak. Yang di utus oleh Raden Fattah untuk membangun sebuah keraton. Namun dengan durasi waktu yang sudah di tentukan keraton tersebut harus sudah jadi dan berdiri megah sebelum matahari terbit dari sebelah timur. Cerita itu, akan mengingatkan saya tentang legenda pembangunan candi prambanan, yang harus di selesaikan dalam waktu satu malam saja. Ending dari kedua cerita tersebut memiliki kesamaan. Setelah matahari atau fajar menyingsing dari ufuk timur, terdengarlah suara lesung dan alu yang saling berbenturan, sehingga menimbulkan suara yang nyaring. Dan suara itu sangat mudah sekali untuk di kenali. Bahwa, suara nyaring tersebut adalah aktifitas orang sedang menumbuk padi. Dan menunjukan bahwa, malam hari sudah saatnya berganti dengan pagi dan berganti hari. Dengan adanya kejadian demikian, maka, niat dari Joko Kliwon untuk membangun keraton yang megah, pupus sudah. Karena, batas waktu yang sudah di tentukan berakhir dengan kegagalan. Maka dari itu, situs tersebut kental sekali dengan sebutan Keraton Wurung. Karena dengan adanya cerita dari sebuah kejadian, dengan adanya bukti yang terlihat dengan nyata, warga sekitar mewari cerita tersebut secara turun tenurun. Entah, siapa yang memulai cerita tersebut.
Jika memang benar, material banon tersebut di pergunakan untuk membangunan candi. Pertanyaanya, adakah bangunan candi yang di bangun dan berdiri kokoh, memiliki umpak berjumlah 24 buah. Yang mungkin bisa di nyatakan sebagai pendukung berdirinya suatu bangunan tersebut.
Kalau memang ada bangun candi dengan konstruksi demikian, bangunan candi di wilayah mana, yang memiliki komponen umpak berjulah 24 buah.
Mari kita uraikan secara logika
Jika kita melihat umpak dengan jumlah 24 buah, di antaranya berjumlah 20 buah dengan ukuran diameter yang sama, dan 4 buah di antaranya, dengan ukuran diaeter yang berbeda. Jika kita melihat pahatan umpak tersebut, sengaja di buat untuk landasan komponen yang di sangganya. Jika menurut saya pribadi, komponen tersebut bukan berbahan baku dari batu, melainkan berbahan baku dari kayu. Dan, bangunan yang menggunakan material kayu tersebut, biasanya berupa pendopo, masjid, dan bangunan lainnya yang memiliki atap berbentuk tajuk mau pun berbentuk limasan Joglo. Kenapa saya punya pendapat demikian. Begini, bangunan bangunan yang memiliki panel umpak, yang di fungsikan sebagai penyangga material kayu, hanya bangunan bangunan yang sudah saya sebutkan di atas. Dan material atau komponen kayu tersebut di fungsikan sebagai soko atau tiang penyangga bangunan berikutnya.
Mari kita wedar atau kita kupas bersama, kita ambil contoh konstruksi bangunan masjid terlebih dahulu. Dan kiblat kita adalah konsep Bangunan Masjid Agung Demak. Bangunan Masjid Agung Demak memiliki 4 Soko Guru utama, yang berfungsi sebagai penyangga tajuk bagian atas. Sedangkan soko guru tersebut berdiri di atas umpak berjumlah 4 buah. Dan setiap satu soko guru di kelilingi 3 soko pengapit.
Berdirinya soko guru utama bagian depan sisi utara, di dampingi 3 batang soko pengapit.
Berdirinya soko guru utama bagian depan sisi selatan, di dampingi 3 batang soko pengapit.
Berdirinya soko guru utama bagian timur sisi selatan, di dampingi 3 batang soko pengapit.
Dan, berdirinya soko guru utama bagian timur sisi utara, juga di dampingi 3 batang soko pengapit.
Jadi, jika di hitung secara keseluruhan, antara soko guru dan soko pengapit berjumlah 16 batang. Semua panel soko berdiri di atas umpak. Ke 16 umpak dan ke 16 soko, berada di bagian ruangan utama yang di sebut dengan Ndaleman ruang utama untuk sholat.
Di lanjutkan dengan soko pengarak, yang berjumlah 8 batang, yang berada di bangunan serambi masjid. Fungsi dari ke 8 soko pengarak tersebut adalah, untuk menyangga atap bangunan serambi dengan denah persegi panjang berbentuk limasan. Dan konstruksi bangunan tersebut memiliki 8 upak dan 8 soko pengarak penyangga atap bangunan.
4 soko guru utama di tambah, 12 soko pengapit, di tambah 8 soko pengarak, jadi jumlahnya 24 soko. Dan, umpak yang berada di situs keraton wurung berjumlah 24 buah.
Kalau menurut kajian saya pribadi, dengan adanya umpak yang berjumlah 24 buah, yang berada di situs keraton wurung, dugaan sementara, umpak umpak tersebut masuk dalam konsep kontruksi bangunan Masjid.
Bagai mana kalau bukan konsep bangunan Masjid, melainkan bangunan emacam kedaton berbentuk joglo limas.
Nah, mari kita bahas sekalian
Jika pikiran tersebut mengarah ke bangunan kedaton, kalau menurut saya pribadi kurang mendukung. Kenapa, dalam konsep bangunan kedaton, memang memiliki jumlah umpak dan tiang yang saling berpasang pasangan. Tidak ada bedanya dengan konsep bangunan Masjid Agung Demak. Sisi letak perbedaannya pada bangunan atap dan sistem penempatan soko penyangga atap. Pada penempatan bagian soko guru utama, mungkin ada kesamaan dengan penempatan soko guru utama yang terdapat pada bangunan masjid agung demak. Akan tetapi, soko guru utama bangunan masjid, di dukung dengan berdirinya soko pengapit. Sedangkan untuk pemasangan umpak dan soko guru utama bangunan kedaton, tanpa pendukung komponen soko pengapit. Denah bangunan atap berbentuk bujur sangkar, dengan kuda kuda atap berbentuk limasan. Soko pengarak berdiri di atas umpak, di tatata sejajar dan mengikuti kerangka bangunan atap bagian tepinya. Jika di hitung, keseluruhan umpak dan soko yang berada pada bangunan kedaton masing masing berjumlah 4 umpak dan 4 soko guru, 12 umpak dan 12 soko pengarak. Jadi, total keseluruhan umpak dan soko yang terdapat pada bangunan kedaton ada 16 umpak dan 16 soko. Jika konsep pembangunannya seperti yang sudah di jelaskan di atas. Maka, bahan komponen umpak masih sisa 8 buah. Sedangkan, umpak yang berada di situs keraton wurung ada 24 buah.
Kalau ketentuan tersebut merujuk ke konstruksi bangunan candi, mala kurang mendukung menurut analisa saya pribadi. Banyak sekali kekurangannya, walaupun berpatokan pada material komponen yang berwujud banon, tetap saja tidak mendukung. Kurang mendukungnya karena, sama sekali tidak di jumpai komponen penghias seperti antefiks, kemuncak, dan panel panel lainnya, yang sekiranya bisa menyatakan, reruntuhan tersebut bekas bangunan candi. Dan ingat, bangunan bangunan masa transisi hindu ke muslim, memiliki ukuran dan pahatan yang hampir sama. Walau pun beda ukuran dan beda penyebutannya.
Jika kembali pada awal narasi yang menyampaikan tentang cerita rakyat. Dengan di utusnya Joko Kliwon oleh Sultan Fattah, dalam membangun Keraton di Desa Gandulan. Namun, menemui kendala. Yaitu, dengan adanya durasi waktu yang di tentukan yang menyebabkan pembangunan keraton tersebut menemui kegagalan. Di kemaslah cerita rakyat itu dan menyebutkan tentang keterkaitan antara situs Keraton Wurung, dengan tokoh yang di makamkan dalam komplek Makam Sentono Dowo. Apakah memang benar ada kaitan di antara keduanya
Begini, apa sih yang di maksud dengan cerita rakyat itu, apakah sama dengan legenda
Mari kita bahas
Cerita rakyat adalah Cerita yang di pahami sebagai sebuah kisah atau cerita yang berasal dari masyarakat jaman dahulu, dan berkembang secara luas dari mulut ke mulut. Hingga, pada akhirnya di kenal secara luas. Dan cerita rakyat tersebut, jika untuk kajian sejarah atau sebagai sumber sejarah, di nilai sangat kurang akurat kebenarannya.
Sedangkan untuk legenda adalah cerita prosa rakyat yang di anggap oleh pemilik cerita, sebagai suatu kejadian asli dan benar benar terjadi. Legenda yang bersifat sekuler dan terjadi pada masa yang belum lampau, sehingga bertempat di dunia yang kita kenal sekarang ini. Jadi, cerita rakyat dan legenda, jika untuk di jadikan sumber sejarah benar benar kurang akurat kebenarannya. Akan tetapi, sumber sejarah, ketika tidak mendapati cerita rakyat dan legenda, akan sangat kesulitan untuk pengembangannya. Menurut saya pribadi, di antara keduanya sangat memiliki arti dan bisa di jadikan bahan pertimbangan.
Jadi, ketika pertanyaan yang di maksud pada tulisan video ini, saya kemas melalui cerita rakyat, dan di simpulkan melalui kajian atau pun penelitian kecil yang saya lakukan.
Mari kita bahas cerita rakyat yang menyebutkan keterkaitan antara keraton wurung dengan makam sentono dowo.
Pada narasi di atas, saya sudah membahas tentang konstruksi bangunan keraton wurung, di dalam narasi tersebut sudah saya jatuhkan ke 3 obyek sebagai pembandingnya. Ketika pilihan tersebut jatuk ke obyek bangunan masjid. Maka, saya pribadi punya alasan lain tentang keterkaitannya kedua obyek tersebut. Antara keraton wurung dengan Makam Sentono dowo.
Makam sentono dowo, sebenarnya makam tersebut memiliki bangunan jirat berbahan baku banon atau bata merah kuno dengan ukuran besar. Serta, beberapa panel bagian sabuk jirat, berbahan baku batu andesit. Panjang Makam mencapai 20 meter. Jarak nisan sisi sebelah utara, bagian mustaka atau kepala, dengan jarak nisan sisi selatan pada bagian kaki mencapai 18 meter. Dengan nisan keduanya memiliki ukuran, tinggi keseluruhan 100 cm, tebal nisan 30 cm, dengan pahatan nisan berlanggam Demak periode 1500an. Atau, masa ke emasan Kerajaan Demak. Ketika mendengar cerita rakyat yang menyebutkan Joko Kliwon dari demak. Maka bagi saya, antara cerita rakyat dengan langgam batu nisan tokoh yang di makamkan dalam komplek sentono dowo, sangat pas dan akurat informasinya.
Mungkinkah cerita rakyat tersebut ada kebenarannya tentang keterkaitan situs di antara keduanya. Dugaan sementara, mungkin tokoh yang berpusara dalam komplek pemakaman sentono dowo memiliki gelar atau penyebutan Joko Kliwon. Dan tokoh tersebut memang di utus untuk membangun sebuah bangunan yang besar dan megah. Untuk di fungsikan sebagai tempat dalam mengatur kelancaran sistem pemerintahan. Atau mungkin, situs keraton wurung tersebut, justru akan di berdirikan bangunan Masjid jaman Wali Songo, ketika kita mengacu pada umpak yang berjumlah 24 buah.
Coba cermati narasinya dari atas secara teliti dan hati hati. Dan, kira kira adakah keterkaitan antara kedua situs tersebut. Antara situs keraton wurung, atau situs watu tumpuk, atau situs umpak, dengan makam kasepuhan Sentono Dowo. Bagai mana jika menurut pendapatmu
Mari kita bersama sama mengenali jejak jejak tinggalan dari leluhur nusantara. Supaya, negara ini mendapatkan wibawanya kebali, dan di akui oleh dunia.
Ikuti penelusuran Komplek Makam Sentono dowo di Desa Nglibak, Kecamatan Kaloran. Adakah hubungannya dengan ke dua situs di atas
Komentar
Posting Komentar