MAKAM TOKOH MATARAM ISLAM AMANGKURAT

 KOMPLEK MAKAM KASEPUHAN DI DUSUN KUNCEN DESA KARANGDUREN, KECAMATAN TENGARAN

Makam Kaepuhan Mataratam Islam Amangkurat

Seperti biasa, ketika libur bekerja, saya selalu menyempatkan diri untuk melakukan kegiatan blusukan bersama teman teman yang memiliki hobi yang sama. Yaitu blusukan makam makam kasepuhan di berbagai daerah yang kita tuju, dan sudah kita agendakan waktunya.

Pagi itu, saya bersama saudara menuju ke beberapa komplek makam kasepuhan di Kecamatan Tengaran. Makam yang pertama kali kita kunjungi adalah, makam kasepuhan Simbah Kyai Hadi yang memiliki langga nisan Demak, periode tahun 1500an. Untuk kunjungan lokasi yang ke dua  adalah, di komplek makam kasepuhan dengan langgam mataram islam amangkurat. Letak komplek makam kasepuhan tersebut berada di sisi utara Dusun Kuncen, Desa Karangduren, Kecamatan Tengaran. Makam tersebut jadi satu dengan makam makam warga setempat. Bahkan, makam Lurah pertama sampai periode berikutnya, berkumpul menjadi satu di komplek makam tersebut. Makam kasepuhan itu, memiliki toponimi dengan sebutan Sentono Kuncen. Tokoh dari Kerajaan Mataram Islam tersebut, tidak ada yang tau tentang penyebutan namanya atau gelarnya. Karena, kabar atau informasi dari beberapa warga setempat satu pun tidak ada yang mengetahuinya. Bahkan narasumber itu sendiri belum tau tentang siapakah nama tokoh utama yang di makamkan, dan apa jabatan yang di sandangnya. Hanya nama gelar atau nama penyebutan baru dari Warga setempat. Kyai Kuncen di sematkan pada nama tokoh yang di makamkan, sama dengan toponimi Dusun tersebut.

Sebenarnya siapakah tokoh, yang di makamkan dalam komplek makam kasepuhan sasonoloyo tersebut

Sebenarnya, jika kita amati banyak sekali makam makam sepuh yang berada di komplek makam ini, hanya saja ada beberapa makam yang notabenya tetap di sebut makam sepuh walaupun berbea masanya. Seperti makam langgam pakubuwono, periode 1800an, langgam tembayat periode 1800an, periode 1830, bahkan ada langgam tembyat dengan periode 1900an. Nah di komplek makam kasepuhan ini, langgam tembayat mengikuti dari beberapa periode yang sudah saya sebutkan. Sebenarnya sangat istimewa jika makam langgam tembayat tiga periode itu di kupas. Kenapa demikian, karena hanya nisan langgam tebayat yang pahatanya memiliki kesamaan. Namun, ketika kita mempelajarinya, sangat membutuhkan pemahaman yang sangat jeli. Ketika pemahaman kita tidak jeli, akibat dari kegiatan kita akan menjadikan hal yang di anggap suatu kecerobohan.

Akan tetapi, ranah bahasan kita tidak mengupas nisan yang memiliki langgam tembayat tersebut, kita akan berusaha memvisualkan kedua nisan makam, dengan pahatan yang berbeda, tokoh yang berbeda, akan tetapi, beliau berdua memiliki sepak terjang pada masa atau periode yang sama. Sama sama tokoh dari kerajaan mataram Islam Amangkurat.

Jika kita mengingat toponimi sebuah wilayah, yang sekarang menjadi kecamatan dengan sebutan tengaran. Sebenarnya, ada keistimewaan apa di wilayah tersebut. Sehingga, banyak sekali di jumpai makam makam kasepuhan, makam makam para punggawa ataau tokoh kerajaan islam di jawa. Yang notabenya beliau beliau adalah seorang tokoh yang berpengaruh di masanya. Sosok tumenggung, sosok Ulama dan sosok pejabat pemerintahan yang di anugerahi gelar oleh pepundennya. Karena kepiawaiannya dalam sistem tata pemerintahan. Nah, di dalam tulisan ini, saya akan mencoba memvisualkan dua nisan tokoh, yang sekiranya memiliki peranan penting dan berpengaruh di pemerintahan kerajaan mataram islam.

Kita bisa melihat gambar awal di bawah ini, dengan pahatan nisan mataram islam amangkurat periode 1700an. Makam tokoh tersebut masih memiliki komponen jirat dan nisan yang di bilang sangat komplit sekali. Hanya saja, beberapa komponen jirat bagian penutup atas, atau bagian punggung sudah terlihat ada yang rusak, kondisi pecah pada bagian tengahnya. Pahatan nisan tersebut memiliki kembang awan pada bagian sisi samping kanan dan sisi kiri. Pahatan kembang awan tersebut hampir setara dengan bahu nisan. Mustaka tirus ke atas, di ikuti dengan tumpal keris di bagian penampang depan dan belakang. Pada pahatan bagian pinggang nisan, tidak terlalu besar dan tidak terlalu tebal untuk ukurannya, cenderung agak pendek tidak seperti pada pahatan nisan Mataram Islam Hanyokrokusuman Ageng. Sebenarnya, ciri ciri tersebutlah yang membedakan antara tingkat kesepuhannya. Pahatan tumpal keris, telah memberikan jawaban atas tokoh yang di makamkan tersebut. Beda dengan tumpal sodo lanang. Tokoh yang di makamkan merupakan seseorang yang memiliki gelar yang di berikan oleh pepundennya kala itu, menurut keahlian dalam bidang yang di kuasainya. Apakah gelar tersebut harus mengikuti bibit, bebet dan bobotnya. Jawabanya adalah, ada yang di pilih dengan melalui tahap tahap yang demikian. Dan ada pula, yang di pilih karena meneruskan sebagaai seorang pewaris tahta jabatan. Hal demikian sering terjadi, jika mengingat sistem pemerintahanya berbentuk monarki. Beliau adalah seorang tokoh yang memiliki jabatan sebagai Tumenggung.

Kok yakin dengan pendapat yang anda utarakan, dengan menyebut beliau, tokoh yang di makamkan sebagai seorang tumenggung.

Memangnya, Jabatan tumenggung itu sekelas apa, dan kira kira memiliki kepentingan apa di bidang tata negara 

Begini, 

Tumenggung adalah, gelar yang di sematkan dari Raja atau Sultan, kepada seorang tokoh yang mampu memimpin wilayah. Kalau jaman kolonial, wilayah tersebut seluas kecamatan atau disebut dengan distrik. Bahkan, tumenggung di sini, di dalam pemerintahan mataram islam ini, di wajibkan beliau memiliki 1000 prajurit yang siap tempur. Nama Prajurit tersebut adalah Wiratani, yng memiliki tugas dan bekerja sebagai petani. Dalam triwulanan, Prajurit wiratani tersebut, telah di jadwalkan dan di wajibkan untuk bertemu dengan Raja atau Sultan yang di sebut dengan seban. Pertemuan tersebut di terima oleh Raja atau Sultan, dan di jamu dalam Pasebanan yang di sebut dengan sitihinggil. Setelah menerima beberapa pesan dari Sang Raja atau Sultan, Para prajurit Wiratani mengadakan latihan bersama di alun alun kerajaan. Pelaksanaan kegiatan tersebut sudah ada semanjak Mataram Islam Awal, denga Raja atau Sultan yang bernama Panembahan Senopati Ing Ngalogo Sayyidin Panotogomo, Ingkang Sampean Dalem Sinuhun Danang Sutowijoyo atau Panembahan Sutowijoyo. Selain gelar yang di sandang sebagai seorang tumenggung, tokoh tersebut juga mendapatkan gelar lagi. Nah, gelar yang di sandangnya di sebut dengan Panewu, Seorang tumenggung yang memiliki 1000 prajurit. Jika jabatan setinggkat seorang tokoh yang setingkat dengan Kepala Desa di sebut dengan Penatus. Penatus adalah, seorang tokoh yang di tuakan dalam satu wilayah setingkat desa, atau kepala desa, di wajibkan memiliki Pasukan Siap tempur berjumlah 100 prajurit. Kegiatan tersebut memiliki kesamaan dengan prajurit yang di komandoi oleh Panewu.

Yang berikutnya, konsep pemakaman beliau, atau tata letak pemakaman beliau berada di ujung paling barat, dan paling utara jika di banding dengan pemakaman tokoh tokoh lainnya. Karena, dalam konsep penataan makam pada jaman Kerajaan, ketika tokoh tersebut wafat, maka, tempat yang di pilih sudah di sediakan terlebih dahulu. Jadi, ketika ada tokoh yang gelar atau jabatannya lebih rendah dari beliau meninggal duluan, tempat tersebut tidak boleh di pakai untuk pemakaman tokoh yang di maksud. Dan, tempat tersebut sudah paten untuk pemakaman tokoh yng lebih tinggi jabatan dan gelarnya.

Terus, kenapa makam tokoh tersebut berjajar dengan tokoh tokoh yang lainnya

Itu bukan makam tokoh yang memiliki gelar dan jabatan yang sama, atau tokoh yang memiliki  jabatan dan gelar di bawahnya. Makam yang berjajar deng an beliau merupakan makam dari keluarganya. Makam dari Istri dan juga anak anaknya.

Makam tokoh yang berikutnya adalah, Makam Sosok ulama yang notabenya sebagai penasehat Tumenggung. Bukan hanya Raja atau Sultan saja yang memiliki penasehat. Jabatan sekelas Tumenggung pun, juga memiliki penasehat. Setahu saya pribadi, penasehat tersebut ada dua golongan. Golongan pertama adalah tokoh seorang Ulama, dan golongan kedua adalah, penasehat yang membantu dalam sistem pemerintahan.

Dalam komplek makam tersebut, terdapat satu makam dengan pahatan yang menurutku sangat istimewa. Bangunan jirat makam dan pahatan batu nisannya memiliki hiasan wulan tumanggal tertusuk tumpal. Memberikan informasi bahwa, beliau yang di makamkan adalah seorang ulama lokal. Dalam arti lokal, ulama sekelas wilayah yang di pimpin oleh tumenggung, bukan ulama setingkat Kerajaan. Nisan ulama tersebut tanpa hiasan kembang awan pada bagian sisi kanan dan sisi kirinya. Melainkan, pada bagian atas pinggang terdapat pahatan patran. Pahatan patran tersebut menunjukan, beliau yang di makamkan sudah masuk kealam kelanggengan. Dan orang yang memiliki spiritual yang tinggi.

Sedikit ulasan tentang pahatan batu dengan langam Mataram Islam Amangkurat atau Hanyokrokusuman Alit.

Makam Tokoh Mataram Islam Amangkurat
Nisan Tokoh Ulama











Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA