BENARKAH YANG DI WILAYAH SENDANG SENJOYO ITU MAKAM, KECAMATAN TENGARAN

DI KOMPLEK SENDANG SENJOYO, ADA MAKAM SEPUHNYA

Komplek Makam Kyai Slamet dan Nyai Asih

Siapa yang tidak tau tentang sendang kuno senjoyo, yang kini di gandrungi dari berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari usia anak anak, usia Remaja dan orang tua. Selain sumber mata air yang bening dan segar, komplek tersebut juga memiliki atau menyimpan berlimpah air bersih. Lokasi sendang juga terdapat tumbuhan pepohonan besar yang mungkin usianya sudah mencapai ratusan tahun. Sehingga menambah suasana semakin teduh dan sejuk. Pemerintah desa yang bekerja sama dengan dinas terkait, memiliki ide dan mengeluarkan gagasan. Dan, mengubah tempat tersebut, kini menjadi tempat pariwisata berupa, Wahana Cagar Alam yang terkenal di berbagai kalangan. Bahkan yang mengunjungi wisata tersebut bukan dari masyarakat sekitar saja. Bahkan sampai di luar daerah pun menyempatkan hadir dan mengunjungi wisata terseut Selain wisata Cagar Alam, Senjoyo juga memiliki jejak sejarah leluhur bangsa Indonesia berupa reruntuhan bangunan Candi yang lengkap dengan beberapa arca di dalam komplek sendang.

Nisan Langgam Pantura, Peiode 1800 an
                                           
Namun, beberapa arca telah di simpan di dalam museum yang berada di kota semarang, hanya menyisakan satu arca ganesha yang masih di dalam komplek sendang. Pengunjung dari berbagai daerah meyakini bahwa, sendang senjoyo merupakan petilasan dari Sultan Kerajaan Pajang yang yang bernama Hadiwijaya atau Jaka Tingkir. Karena, secara kebetulan, tempat keberadaan sendang senjoyo tersebut berada di Desa Tingkir Kecamatan Tengaran, Kabupaten Semarang. Pengunjung yang datang kelokasi, tidak hanya menikmati keindahan alam, mau pun menikmati jernihnya air sendang tersebut. Para pengunjung juga memiliki niat lain yang sudah di sesuaikan dengan niat dan tujuannya, selain wisata wisata yang sudah saya sebutkan di atas, komplek sendang senjoyo juga memiliki wisata religi berupa Makam Kasepuhan, yang berada di atas sendang senjoyo, tepatnya berada di sisi jalan yang menuju Desa Tegalwaton. 

Wisata religi?
Memangnya ada tempat wisata lain, selain wisata cagar alam dan wisata cagar budaya?

Pertanyaan yang sangat keren sekali.

Sejauh ini, saya pun juga baru mengetahui, jika komplek sendang kuno senjoyo terdapat komplek makam kasepuhan. Beberapa kali blusukan ke lokasi sendang ini, dulu pernah menaruh kecurigaan tentang keberadaan makam tersebut. Antara benar dan tidaknya, jika tempat tersebut adalah makam. Kecurigaan saya hanya tentang keberadaan sisa panel bangunan saja, yang kebetulan di alih fungsikan sebagai nisan makam. Dari sebab itulah, yang membuat saya pribadi sempat tidak percaya dengan keberadaan makam kasepuhan tersebut. Semakin kesini, saya pribadi, masih belum bisa membuktikan jika benar komplek tersebut adalah makam kasepuhan. Ada beberapa faktor yang membuat diri saya kurang percaya dengan adanya makam yang saya maksud. 

Yang pertama

Nisan Langgam Pantura Periode 1800 an
                                         

Kurangnya pembuktian terhadap lokasi keberadaan makam, karena pada saat itu, saya pribadi menemukan kesulitan, yaitu akses untuk bisa masuk ke dalam komplek makam tersebut. Apa lagi di tambah temuan panel panel bangunan candi yang di jadikan nisan. Karena, menurut teori saya pribadi kala itu, setiap bangunan makam yang berada di dalam komplek bangunan kuno, seperti candi atau bekas petirtaan, yang di buat secara mendadak karena untuk kepentingan pribadi atau golongan. Kasus kasus seperti itu sering sekali terjadi. Dalam artian, sebenarnya bukan makam, akan tetapi, dari panel panel reruntuhan bangunan kuno, yang disusun ulang, memiliki kesamaan dengan bangunan makam yang asli. Sehingga orang awam pun memberikan penilaian dan mengira bahwa, bangunan tersebut adalah makam beneran. Setelah demikian, tahap berikutnya timbul suatu keyakinan, yang akhirnya, makam palsu tersebut di keramatkan dan dijadikan tempat yang berpetuah. Kasus seperti ini, banyak sekali di temukan di berbagai daerah.

Yang ke dua

Di tambah lagi kabar yang saya dengar dari beberapa teman yang ahli di bidang blusukan situs, yang membuat untuk mempercayai benar dan tidaknya keberadaan makam tersebut semakin berkurang. Informasi tersebut mengabarkan tentang, nisan makam yang berada di dalam cungkup, ternyata menggunakan salah satu panel kemuncak bangunan candi. Nah, dari kurangnya informasi pribadi dan kelebihan informasi yang yang saya terima, yang membuat saya kurang percaya tentang keberadaan makam kasepuhan yang sebenarnya.

Panel Bangunan Candian, Bagian Selasar atau kaki candi
Pahatan Kelopak Padma Atau Pahatan Genta
                                         
Mari kita bahas tentang benar dan tidaknya makam tersebut, benar benar makam atau kah, reruntuhan bangunan yang di jadikan makam.

Seperti pada biasanya, setiap libur kerja, saya menyempatkan diri untuk melakukan kegiatan yang mungkin orang lain tidak menyukainya. Karena, menurutku, kegiatan yang saya lakukan bersama dengan teman yang sehobi ini, sangat bermanfaat bagi diri saya pribadi. Dan semog bermafaat untuk orang lain.

Semakin kesini, rasa penasaran itu semakin pekat. Bahkan, punya keinginan sesekali untuk bisa masuk ke dalam bangunan cungkup yang di anggap makam tersebut. Alkhamdulillah, atas Ijin dan ijabah dari Alloh Subkhanahuwata'ala, siang itu, kita di berikan ijin untuk masuk ke dalam cungkup bangunan makam. Secara kebetulan, kedatangan kita berbarengan dari peziarah dari luar daerah salatiga. Sehingga, kita bisa bertemu dengan para peziarah dan bertemu dengan pakuncen secara langsung. Begitu kita di ajak masuk ke dalam cungkup makam yang kita maksud, Fikiran dan hati ini, seperti di hipnotis dengan keadaan. Seolah tidak percaya dengan apa yang berada di hadapan kita. Ternyata, dugaan saya pribadi selama ini salah besar. Dan di situlah, diri saya mulai timbul rasa bersalah. Tapi, sangat bersyukur dan sekali lagi mengucapkan Alkhamdulillah, dengan kejadian di siang itu, saya pribadi sangat bersyukur dengan pembuktian yang baru saja saja saya alami bersama dengan teman blusukan. Tempat tersebut memang benar benanar makam. Makam kasepuhan, dengan pahatan nisan, dan simbul simbul yang tergurat menunjukan bahwa, beliau yang di makamkan bukan orang biasa. Beliau yang di makamkan ternyata, mempunyai kedudukan dalam jabatan sistem pemerintahan, memiliki derajad tinggi tentang Ilmu Agama yang dan ilmu tasyawuf yang di milikinya. Bahkan, tingkatanya tidak di ragukan lagi.
Kira kira siapakah beliau, tokoh tokoh yang dimakamkan di dalam bangunan cungkup tersebut?

                                      

Dan hal ini pun harus di masukan dalam kategori bahasan dalam tulisan ini. Jika kita melihat pada batu nisan dengan jeli, terdapat beberapa perbedaan nisan pada kedua makam tersebut. Nah, pertanyaannya, mungkinkah komplek makam yang berada di dalam bangunan cungkup lebih dari satu atau dua pusara?

Nisan dengan pahatan pahatan yang istimewa ini, menunjukan dan memberikan jawaban bahwa, tokoh yang di makamkan merupakan orang orang pilihan. Tokoh yang di makamkan, di kenal masyarakat sekitar memiliki gelar sebagai tokoh yang di tuakan, yaitu sosok Kyai. Jika menurut cerita rakyat, tokoh tersebut banyak di kenal dengan sebutan Kyai Slamet dan Nyai Asih. Beliau berdua merupakan kedua tokoh suami istri yang memiliki peranan penting membuka alas atau membuka Desa Tingkir untuk yang pertama kalinya. Kalau menurut saya pribadi, Kyai Slamet adalah tokoh yang memiliki jabatan tumenggung, yang memimpin wilayah setara dengan distrik atau seluas kecamatan. Pada masa itu, para tumenggung di wajibkan memiliki prajurit yang siap tempur sebanyak atau berjumlah 1000 orang. Prajurit prajurit yang siap tempur tersebut, memiliki gelar dengan sebutan pasukan wiratani. Dan pekerjaan tetapnya sebagai petani biasa, yang merawat atau mengolah sawah dan ladangnya. Akan tetapi, jika Kerajaan, Keraton atau Negara sedang membutuhkan tenaga dan pikiran untuk berperang melawan musuh. Di dalam keraton maupun di luar keraton, para prajurit tersebut sudah siap melaksanakan tugasnya sebagai seorang tentara. Kewajiban militer semacam itu, sudah ada semenjak Kerajaan Mataram Islam, dengan Sultan yang memimpin Kerajaan Mataram Islam pertama, yang bernama Danang Sutawijaya, dengan Gelar kehormatannya sebagai seorang Sultan, dengan sebutan Panembahan Senopati Ing Ngalogo, Sayyidin Panotogomo Ingkang Sampean Dalem Kanjeng Sinuhun Prabu Danang Sutawijaya. Bahkan wajib militer itu masih tetap berlaku sampai pasca perang Diponegoro di Tegalrejo, Magelang. Yang terkenal dengan sebutan De Java Oorlog atau perang jawa. Seorang tumenggung yang memimpin wilayah akan mendapatkan sebutan gelar lagi, yang di sebut sebagai panewu. 

                                        

Menurut analisa saya pribadi, dengan meminta pendapat dari beberapa ahli di bidang perkijingan, yang akhirnya memberikan sepakat bahwa, nisan Kyai Slamet dan Nyai Asih memiliki pahatan masa peralihan, dari langgam Mataram Islam Amangkurat ke Langgam Pakubuwono. Saya pribadi berpatokan pada pinggang nisan tersebut. Pinggang nisan yang memiliki kesamaan dengan nisan nisan kasepuhan Langgam Mataram Islam Awal dan Hanyokrokusuman Ageng. Periode tahun 1760an keatas sampai awal periode 1800an. Pasca perjanjian Giyanti, yaitu pecahnya Mataram Islam pada tahun 1755. Selain ukuran pinggang, nisan tersebut juga memiliki pahatan dengan lambang yang tertera pada penampang bagian depan nisan Kyai Slamet. Berupa lambang Purnama Sidi yang menunjukan bahwa, cahaya sebagai pelita penerang dari kegelapan. Pernyataan demikian memberikan penjelasan, beliau yang di makamkan adalah sosok ulama yang menguasai Ilmu Tasyawuf yang tinggi, sosok tokoh pemimpin, dan sosok yang di tuakan. Jadi, pada dasarnya, Kyai Slamet bukan tokoh yang pertama kali membuka desa tingkir. Masa sepak terjang Beliau tidak ada kaitanya dengan Hadiwijaya atau Jaka tingkir. Jika kita hitung masa atau periode tahunnya, selisihnya sangat jauh sekali. Antara kehidupan Kyai Slamet dengan Kehidupan Jaka Tingkir atau Hadiwijaya kisaran 190 tahunan. Jadi, jelas tidak mungkin, usia Kyai Slamet sampai 150 tahun ke atas.

                                             

Perihal mengenahi siapa yang pertama kali membuka desa tingkir bukanlah Kyai Slamet. Posisi Kyai Slamet hanya meneruskan jabatan dari beberapa periode para pendahulunya, dengan tokoh yang berbeda. Kenapa demikian, Karena tokoh yang pertama kali membuka desa tersebut, sudah terlaksanakan, bahkan semenjak periode pemerintahan Kerajaan Demak. Dugaan selanjutnya, sebelum demak berdiri, mungkin sudah ada yang mendahuluinya. Dengan bukti, situs sendang senjoyo itu sendiri.

Kira kira ada berapa, tokoh yang di makamkan dalam bangunan komplek makam Kyai Slamet

Jika kita melihat ke dua makam tersebut, seharusnya memiliki dua pasang nisan yang berbeda. Satu pasang nisan dengan pahatan Sama, sebagai penanda makam salah satu tokoh, dan satu nisan yang sama sebagai penanda makam tokoh lainnya. Dengan pahatan yang berbeda di antaranya. Akan tetapi, bukti yang benar benar terlihat, kedua makam tersebut memiliki tiga nisan yang berbeda. Mungkinkah makam tersebut tidak hanya satu atau dua saja. Mungkinkah, tokoh yang di makamkan di dalam cungkup lebih dari dua.  Di lihat dari perbedaan batu nisan, yang sudah saya paparkan di atas.


                                            

Oke

tugas anda memberikan keterangan selanjutnya, berupa pendapat
Berikan pendapatmu tentang berapakah pusara atau makam yang berada di dalam bangunan cungkup makam tersebut.
.

         

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA