KEISTIMEWAAN KOMPLEK KE TIGA, CANDI GEDONG SONGO

CANDI INDUK, CANDI PERWARA, DAN CANDI APIT KOMPLEK KE TIGA GEDONG SONGO

Jika kita berbicara tentang keindahan alam gunung ungaran tidak akan ada habisnya. Karena Gunung Ungaran, selain menyimpan ke indahan dan kekayaan alamnya, Gunung Ungaran juga menyimpan berbagai kisah sejarah tentang terbentuknya suatu bangsa. Jika harus dipaparkan satu persatu, menurut saya pribadi, disinilah tempat yang paling tepat untuk mencari sumber jawaban yang akan kita cari, dan kita dapat membuktikan tentang keberadaan sumber tersebut. Mulai dari jejak Klasic sampai perang kemerdekaan, semua dapat kita cari di lereng gunung ini.
Candi Geong Songo Komplek Ke Tiga

Candi Geong Songo Komplek Ke Tiga


Jadi tidak ada salahnya kan, ketika kalimat istimewa tersematkan untuk Gunung tersebut.

Lokasi yang saya maksud berada pada lereng gunung ungaran, tepatnya berada di sisi barat daya kota Ambarawa. Di bangun pada kontur tanah yang tinggi, subur, dengan pemandangan alam yang terbuka. Dengan akses jalan yang sangat mudah. Komplek percandian Gedong Songo, merupakan jejak atau warisan cagar budaya dari leluhur Nusantara. Yang masih berdiri dengan kokoh, berwibawa dan penuh dengan makna. Untuk rute perjalanan dari pusat kota Ambarawa, di perlukan sekitar 40 menit untuk bisa mencapai ke sana. Jika perjalanan tersebut lancar, dalam arti tidak ada hambatan atau tersendat karena macet. Dengan kontur tanah yang berbukit, tingkat kemiringan rata rata 40 derajat, dengan hiasan pesona alam terbuka yang dapat memanjakan setiap penglihatan mata kita.

Candi Geong Songo Komplek Ke Tiga

Sebelum membahas atau mengunjungi percandian gedong songo komplek ke tiga. Saya beserta teman blusukan, menikmati sauna alam terbuka, yaitu pemandian air panas. Tempat pemandian tersebut berada di sebelah utara Kawah Candradimuka, di antara gugusan tebing yang memisahkan komplek percandian ke tiga dan komplek percandian 4 dan 5. Bahkan air panas yang kita gunakan untuk berendam, merupakan sumber air panas dari kawah candradimuka. Untuk segi kesehatan dan sterilisasi airnya sangat terjamin. Karena, air yang masuk kedalam tampunagn kolam tersebut selalu berganti dan mengalir dari 4 titik sudut kolam. Bahkan aliran tersebut mengalir dengan debit sesuai dengan kapasitas alirannya. Ada yang unik di bangunan kolam ini, sebelum di adakan pembangunan kolam yang baru, kolam yang sekarang ini, dilokasi ini pernah terdapat panel komponen yang di duga pemandian kuno, kabar ini saya dapat dari teman blusukan. Dengan bukti panel sebuah jaladwara yang di temukan disamping luar bangunan kolam. Panel jaladwara tersebut, sekarang ini di simpan dimusium gedong songo.

Bangunan Candi Gedong Songo Komplek Ke Tiga

Untuk mengawalinya dalam tulisan ini, saya pribadi tidak akan membahas secara keseluruhan. Karena, semua itu sudah terangkum dalam uraian jejak sejarah yang pernah terjadi. Dan terlalu sering adanya karya yang muncul dari buah pemikiran, membahas sejarah diseputaran Gunung ini. Hanya satu pilihan untuk ulasan, mengupas tentang bangunan pemujaan masa Klasic. Berupa bangunan Candi Hindu dengan sekte Siwa pada masa Kerajaan Mataram Kuno. Bentuk bangunan yang mengusung tentang gambaran kehidupan pada masa itu. Sebuah tema yang sudah dipaparkan pada tiap bagian bagiannya masing masing. Banyak yang menceritakan tentang keindahan Bangunan Candi tersebut, mulai dari arsitektur hingga mengulas tentang sejarahnya. Kalau dari diri saya pribadi, saya akan memilih dan akan mengulas tentang kemegahan dan keunikan dari pada arsitektur bangunan tersebut.

Bangunan Cani Gedong Songo Komplek Ke Tiga

Sepeti halnya, bangunan Candi memiliki tiga bagian terpenting. Ketiga bagian tersebut memiliki nama nama tersendiri sesuai dengan makna dan tingkatannya. Tingkatan dasar, tingkatan menengah dan tingkatan ke atas. Bahkan, secara keseluruhan bagian bagian tersebut memiliki arti tersendiri. Tingkatan Dasar adalah kaki candi atau Bhurloka memiliki arti dunia bawah atau dunia manusia yang penuh dengan salah dan dosa
Tingkatan menengah adalah tubuh candi atau Bhuvarloka, memiliki arti orang yang di sucikan
Tingkatan atas atau Svarloka, memiliki arti dunia atau hunian para dewa. Bangunan pemujaan yang tersusun menggunakan material batu andesit ini, yang terpahat secara rapih, mengandung arti dari susunan yang paling rendah hingga ke puncaknya. Susunan susunan tersebut merupakan proses penggabaran kehidupan manusia dari lahir, hingga meninggalkan dunia fana, hingga sampai di sucikan dan terima ke svarloka. Begitulah kiranya, tentang gambaran gambaran dari arti konstruksi bangunan candi menurut mitologi hindu kunonya.

Bangunan Cani Gedong Songo Komplek Ke Tiga

Sejarah nama gedong songo berasal dari bahasa jawa yaitu, gedong yang memiliki arti sebuah bangunan, songo yang memiliki arti sembilan, atau sembilan bangunan. Terletak pada ketinggian 1200 mdpl di atas permukaan air laut, Thomas Stamfort Raffles adalah orang yang menemukan kembali bangunan candi ini sekitar tahun 1804. Ketika itu, bangunan candi dalam kondisi miring dan komponen materialnya sudah tidak teratur penempatannya. Pada bagian atap di tumbuhi rumput liar dan tanaman pohon yang mejalar, semacam pohon beringin.

Bangunan Cani Gedong Songo Komplek Ke Tiga

Exotis
Menawan
Megah
Istimewa

Pujian yang pantas di tuangkan, untuk sebuah Karya Leluhur Kita.
Penampilan Komplek Candi Gedong Songo Yang ke tiga. Jika di hitung secara keseluruhan, tata letak Bangunan candi yang terlihat utuh hanya di komplek candi pertama, kedua, ketiga, ke empat dan ke lima saja. Masih banyak ketika kita mengunjungi beberapa bangunan yang sudah runtuh dan kemungkinan sudah tidak dapat di bangun kembali. Tentunya, akan sangat kesulitan untuk membuat sketsa dan tiruan dari panel panel yang sudah rusak, dan sudah pasti akan membutuhkan biaya yang sangat banyak.

Bangunan Cani Gedong Songo Komplek Ke Tiga

Di Candi Gedong Songo komplek ke tiga, yang terlihat masih utuh, jika harus di koreksi dari berbagai sudut pandang yang berbeda. Dari depan pintu masuk, dari samping kanan dan samping kiri bahkan dari belakang tiap bangunan candi, akan terlihat mempesona. Dapat kita amati dengan seksama, ketiga bangunan megah saling berdampingan, seolah olah saling membutuhkan dalam segi kesempurnaan. Kesempurnaan tersebut di perlihatkan dengan adanya Bangunan Candi Induk, Bangunan Candi Perwara dan Bangunan Candi Apit. Walaupun sama sama di sebut dengan bangunan candi, akan tetapi ke tiga bangunan memiliki peranan yang berbeda. Dari Ketiganya, satu bangunan yang meiliki perbedaan sangat menonjol dari bentuknya. Perbedaan itu terletak pada bangunan candi Perwara. Bangunan candi yang tidak memiliki kaki atau selasar, tidak memiliki hiasan berupa antefiks, tidak memiliki anak tangga dan pipi tangga, tidak memiliki makara, tidak memiliki beberapa arca yang menempel pada bagian bilik luar dinding.

Bangunan Cani Gedong Songo Komplek Ke Tiga

Bangunan Cani Gedong Songo Komplek Ke Tiga

Untuk Perbedaan berikutnya, antara bangunan candi induk dan candi apit, walaupun memiliki bentuk yang sama, perbedaan itu sangat mencolok dan sangat terlihat dengan jelas dari segi ukurannya. Candi Induk terlihat besar dan tinggi, sedangkan untuk bangunan candi apit terlihat agak ramping dan tidak terlalu tinggi. Bangunan candi apit memiliki tiga arca yang terletak pada bagian selasar atau kaki candi, yang menghadap ke arah mata angin yang berbeda. Arah mata angin selatan, barat dan utara, arca dengan perwujudan seekor gajah kecil dan mungil yang di sebut dengan gajah jerum. Bangunan Candi Induk dan candi perwara menghadap ke arah timur, berdiri saling berdampingan. Sedangkan bangunan candi Perwara menghadap ke arah barat, antara pintu bangunan candi induk dan candi perwara saling berhadap hadapan. 

Bangunan candi Induk dan candi apit memiliki bentuk denah bujur sangkar, sedangkan bangunan candi perwara memiliki bentuk denah persegi panjang.

Keunikan pada bangunan candi induk dan apit, walaupun memiliki perbedaan dari segi ukuran, namun kedua bangunan candi tersebut memiliki kesamaan dalam penempatan arca yang melekat pada bilik dinding bagian luar. Diantaranya memiliki arca Durga Mahisasuramardini yang menghadap ke arah mata angin selatan, Sama sama memiliki arca Ganesha yang menghadap arah mata angin Barat, dan sama sama memiliki arca Agastya yang menghadap ke arah mata angin utara. Sama sama memiliki Dua arca penjaga pintu bangunan candi berwujud Arca Mahakala dan Arca Nandiswara.

Bangunan Cani Gedong Songo Komplek Ke Tiga
Arca mungil Gajah Jerum

Ketika kita melihat penempatan dan bentuk bangunan candi tersebut, sekilas kita akan teringat komplek percandian di Dieng banjarnegara. Bangunan yang memiliki kesamaan dalam bentuk dan penempatan, namun memiliki perbedaan dalam segi ukuran. Bangunan Komplek ke tiga gedong songo memiliki ukuran agak gemuk, sedangkan komplek percandia arjuna di Dieng memiliki postur agak Ramping.

Bangunan Cani Gedong Songo Komplek Ke Tiga
Arca Agastya

Di antara komplek Candi Gedong Songo, bangunan yang mendekati normal hanya di lokasi ke tiga saja, Untuk yang lainya hanya meninggalkan bangunan utama, untuk perwara dan apit sudah runtuh.
Semua konsep bangunan Candi di buat sebagai Replika yang menyerupai Sebuah Gunung. Di mana Gunung tersebut tempat tinggal para Dewa dan Dewi, yg di sebutkan dalam mitologi Hindu kuno adalah Gunung Mahameru. Istilah Isi dan penghuni Gunung, Sama halnya dengan gambar relief pada Bangunan Candi. Sebuah Gunung yg lengkap dengan sumberdaya Alam dan kehidupan di dalamnya. Gunung mempunyai penjaga, Mempunyai tumbuh tumbuhan yang hidup di permukaannya, dan gambaran kehidupan di dalamnya berbagai macam jenis hewan hewan dan sumber Air sebagai lambang kehidupan. Sama halnya dengan Bangunan Candi, memiliki kaki kaki Candi sama dengan perumpamaan Kaki Gunung Mahameru. Badan atau dinding Candi Sama halnya dengan Lereng Gunung Mahameru. Atap bangunan Candi Sama halnya dengan puncak Gunung Mahameru, Sama sama memiliki arti atau sebuah makna dalam Mitologinya, yaitu tempat berkumpulnya para Dewa dan Dewi.

Gedong Songo Lokasi tiga

Gambar di atas, Merupakan perwujudan Dari kaki Candi, dalam bahasa sansekerta bernama Bhurloka, atau memiliki persamaan denga kaki Gunung Mahameru, Dunia paling bawah yg di huni para manusia, yang tidak luput dari kata salah dan banyak dosa, mempunyai jiwa penguasa, masih di liputi Amarah dan Nafsu, Angkara, Murka.

Gedong Songo Lokasi tiga

Bagian Dari kaki Candi atau Bhurloka, memiliki perangkat sebuah Fasilitas, Yaitu berupa Anak tangga lengkap dengan Pipi anak tangga, yang berada tepat di depan Ambang pintu Banguan Candi yang menghubungkan ke ruangan Candi. Di bagian ujung dengan anak tangga tersebut memiliki Ukuran 0,5 meter.

Gedong Songo Lokasi tiga

Bagian Badan atau Dinding bangunana candi, Terdapat beberpa relung diantaranya. Relung di kanan dan kiri, yang terdapat pada bagian sisi ambang pintu Bangunan Candi. Dan beberapa relung di setiap arah mata angin yang berbeda, bernaung beberapa arca di dalamnya.

Gedong Songo Lokasi tiga

Pada bagian badan atau dinding Candi, terdapa dua buah bilik yang berada di samping kanan dan samping kiri Ambang Pintu. bernaun dua buah Arca di antaranya, Arca Mahakala dan Arca Nandiswara

Arca Mahakala

Arca Nandiswara

Yang di fungsikan sebagai arca penunggu atau penjaga pintu Ambang Candi. Disamping penempatan Arca Mahakala dan Nandiswara, Bangunan Tembok Luar atau Yang di sebut dengan Bhuvarloka, terdapat tiga buah relung yang berada di setiap muka tembok yang menghadap ke beberapa arah mata angin. Jika Candi Induk yang berada di lokasi ke tiga menghadap ke Barat Daya. Maka, Beberapa Arca yang menjaga Arah mata Angin dari kiri memutar ke kanan.
1. Dari Sisi Arah mata angin Barat laut terdapat Arca Dewi Durga Mahisasuramardini.
2. Dari Sisi Arah Mata Angin yang menghadap ke timur laut, berada tepat di belakang Ambang pintu utama, terdapat Arca Ganesha.
3. Dan dari sisi arah mata angin yang menghadap ke Tenggara, Terdapat Arca Agastya.

Arca Dewi Durga Mahisasuramardini

Gambaran Arca Dewi Durga bertangan delapan, setiap tangan memegang satu buah senjata. Berdiri i atas punggu seekor kerbau, tangan kanan memegang Ekor kerbau atau menariknya ke atas, Sedangkan Tangan kiri Menarik Rambut atau menjambak Rambut sosok raksasa yg menjelma menjadi kerbau.

Durga Mahisasuramardini berarti
Durga Adalah Sakti ( Istri ) dari Dewa Siwa.
Mahisa Artinya Kerbau
Sura Artinya Raksasa
Mardini Artinya Perang.

Arca Ganesha

Menghadap ke Arah mata angin Timur Laut.

Arca Agastya Atau Siwa Maha Guru

Adalaha Seorang Resi berasal Dari India Selatan. Lahir di kasi ( Benares ) sebagai Penganut Hindu Siwa Yang Taat.
Oleh Karena keabaran dan kesucian Resi Agstya, Dirinya juga di sebut sebut sebagai Maha Guru atau Siwa Maha Guru. Atau sebagai perwujudan Siwa Di Dunia yang mengajarkan Dharma. Candi Apit, Adalah Bangunan Candi yang mendampingi Candi Induk. Bangunan Candi ini hampir mirip dengan Bangunan Candi Induk, untuk ukuran bangunan juga lebih kecil dari  Candi induk.

Candi Apit, Gedong Songo Komplek ke tiga

Gajah Jerum

Candi Apit tidak memiliki relung yang berada di kanan dan kiri Ambang Pintu Candi. Sepi akan Relief seperti halnya Candi Induk. Hanya terdapat Arca Gajah Kecil, Mungil, Yang berada di tepi sebelah tenggara, berposisi di bagian Kaki Candi atau Bhurloka. Di Hadapan Candi Induk Dan Candi Apit, Terdapat sebuah bangunan Candi, Berbentuk beda dengan Bangunan Bangunana Candi pada umumnya.

Candi ini di sebut Candi Pervara, Candi Yang berdenah Persegi Panjang, tanpa tangga dan selasar, Tidak Sama halnya dengan Bangunan candi pervara pada Umumnya. Candi Ini menghadap ke Arah timut laut, dan Saling menghadap ke Candi Induk Dan candi Apit. Jika pada Umumnya, Candi perwara yang pernah saya kunjungi, di dalam candi tersebut terdapa Arca Nandi Dan Lapik Sajen, lokasi Candi Yang Pernah saya lihat di komplek Candi Ijo Sleman.
Akan tetapi di lokasi Komplek Candi Gedong songo, khususnya lokasi Candi Yang ke Tiga, tidak terdapat Arca Nandi dan lapik Sajen.
Apakah Memang sengaja di simpan di dalam Musium.
Mungkin Juga dengan Alasan, Arca Nandi Dan lapik sajen tersebut terlalu kecil ukuranya, Untuk sebuah bangunan Candi pervara, dan di khawatirkan rawan hilang. Fungsi dari Candi Pervara, di fungsikan untuk menyimpan Peralatan pemujaan saja.

Banyak sedikitnya sumber informasi yang kita terima, akan tetapi bisa berbanding balik dengan upaya yang kita lakukan. Ketika kita mengadakan pembuktian secara mendalam, dengan cara mendatangi atau mengunjungi salah satu obyek yang kita pilih. Banyak sedikitnya dengangan pembuktian, akan leluasa mengartikan, akan banyak mengembangkan pengetahuan yang kita dapat. Semakin percaya, semakin kagum, semakin membuka lebar peluang yang akan kita dapat, sehingga mengerti apa arti dari kewibawaan Nusantara. Jika di perhitungkan, kira kira kurang seperti apa lagi, yang harus di perlihatkan tentang keindahan alam indonesia. Kurang apa lagi, yang harus di perlihatkan tentang kebudayaan yang di miliki negeri ini. Kurang kaya apa lagi, yang harus di perlihatkan tentang sumberdaya alam Indoenesia. Kira kira, bagai mana caranya supaya kita menjaga dan mengembangkan potensi potensi yang menguntungkan tersebut.

Bukankah secara keseluruhan, leluhur kita sudah mengajarkan semuanya, melalui pesan yang di tinggalkan, yang di pahat menggunakan media batu, seperti relief relief yang berada pada setiap bangunan candi. Jika kita mau mengenal atau mempelajari relief tersebut, kita akan menjadi faham tentang pelajaran yang kita dapat, atau manfaat yang dapat kita petik. Karena, dalam goresan tersebut, semua sudah di paparkan. Mulai dari pesan moral maupun sebuah tindakan. Jangan bosan untuk mempelajari pengetahuan dari ragam kebudayaan, karena dari situlah kita dapat mengerti apa arti dari kewibawaan kehidupan.  

TTD

Geos'eDancoex  

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI