EXPEDISI GUNUNG GIRI KUSUMO, BANYUMENENG, MRANGGEN, DEMAK

 ADA APA SAJA DI PUNCAK GUNUNG GIRI KUSUMO MRANGGEN, DEMAK, SELAIN MAKAM SEPUH

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Siapa yang tidak kenal dengan kota Wali, sebutan untuk Kabupaten Demak. Merupakan wilayah di pesisir pantai utara memiliki sejarah masa klasic sampai sejarah penyebaran Islam yang di syiarkan oleh Tokoh Wali Songo. Masih Ingatkan siapa saja tokoh Wali Songo tersebut

Jika masih bimbang dan masih ragu untuk menyebutkan, di sini akan saya paparkan nama nama beliau

Untuk yang pertama

Kanjeng Sunan Gersik atau  Syech Maulana Malik Ibrahim

Kanjeng Sunan Ampel atau Raden Rahmad

Kanjeng Sunan Giri atau Muhammad Ainul Yaqin atau Joko Samudro atau Prabu Satmata

Kanjeng Sunan Bonang atau Raden Makdum Ibrahim

Kanjeng Sunan Derajad atau Raden Qosim atau Raden Syarifuddin

Kanjeng Sunan Kalijaga atau Raden Sahid terkenal dengan sebutan Brandal Lokajaya

Kanjeng Sunan Muria atau Raden Umar Said

Kanjeng Sunan Kudus Syech Ja'far Shodiq

Kanjeng Sunan Gunung Jati atau Syech Syarif Hidayatulloh

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Kala itu di pimpin seorang Sultan penguasa Demak yang bernama Raden Fattah, Sultan Senopati Jimbun Ningrat Ngabdurrakhman Panembahan Palembang. Sedangkan menurut Serat Pranitiradya, bergelar Sultan Syah Alam Akhbar dan dalam Hikayat Banjar di sebut Sultan Surya Alam. Perkembangan Islam di Demak sangat pesat, masih terlihat  peninggalan jejaknya berupa bangunan Masjid Agung Demak dan Komplek Makam Kasepuhan.

Disini saya hanya menyampaikan sedikit peranan Dewan Wali Songo, saat penyebaran Islam di Bintoro.

Masih membicarakan tentang jajak para wali di Kabupaten Demak, tapi untuk kali ini saya akan membahas sedikit, saat melakukan kegiatan blusukan kemarin bersama rekan rekan yang sudah senior di bidangnya.

Temanya adalah Explore tentang ada apa di Puncak Bukit Giri Kusumo, yang berada di kecamatan Mranggen. Kok banyak sekali di kunjungi orang orang dari luar daerah. Bahkan, ada pula yang nekad sampai menginap di puncaknya.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Nah, disini nanti saya akan menampilkan beberapa sumber untuk melengkapi sedikit data yang mengupas tentang Bukit Giri Kusumo. Dan saya akan menampilkan Sejarah yang mengupas tentang Desa Giri kusumo.

Daerah paling selatan kecamatan mranggen ini, ternyata menyimpan beberapa tempat yang memiliki nilai sejarah sangat tinggi. Mulai dari masa klasic, masa kolonial, masa penjajahan. Terletak di sisi selatan Kecamatan Mranggen, ada sebuah desa yang bernama Girikusumo. Secara bahasa, kalimat Girikusumo memiliki dua arti yang berasal dari bahasa Jawa

Giri artinya Gunung

Kusumo artinya Kembang

Jadi, Kalimat Girikusumo jika di artikan menjadi Gunung Kembang. Ada pula yang mempunyai pendapat tentang nama desa tersebut, Nama sebuah wilayah yang menggunakan toponimi seorang tokoh penyebar Agama Islam, sekaligus tokoh Ulama yang pertama kali membuka desa tersebut. Letak makamnya berada didataran tinggi, sebuah bukit yang berada disisi utara Pondok Pesantren Ki Ageng Girikusumo.

Masih setia dengan ulasan mengenahi tentang Bukit Giri Kusumo, dan masih penasaran ada apa di puncak bukit Giri Kusumo tersebut.

Faa InsyaALLoh, jika ada kesempatan, kita akan sowan ke makam Ki Ageng Girikusumo, untuk mengupas sedikit kisah sejarah perjuangan beliau dalam bidang penyebaran islam di kecamatan Mranggen.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Jarak tempuh untuk mencapai ke puncak Bukit Giri Kusumo, estimasi waktu yang di butuhkan kisaran 45 menit. Itu pun bagi pemula yang belum pernah sama sekali mengadakan perjalanan kaki menuju puncak. Tapi tenang saja, ada bangunan gasebo di dekat sendang Giri. Selain gasebo, para peziarah juga di fasilitasi air bersih, yang sumbernya di ambil dari Sendang tersebut. Di bangunkan bak penampungan air yang bisa di gunakan bagi siapa saja sesuai dengan kebutuhannya. Jika di lihat dari sumber sendang tersebut, airnya sangat bening dan jernih. Bangunan sendang berbentuk lingkaran hampir menyerupai bangunan sumur. Dengan Konstruksi dinding menggunakan rangkaian material dari batuan berjenis padas putih. Ukuran diameter lingkar sendang kurang lebih 120 cm dengan kedalaman 2 meter. Tumbuhan yang merimbuni keberadaan sendang berjenis pohon beringin. Dalam karya ilmiah, pohon beringan merupakan jenis tanaman yang sangat pandai menyerap dan menyimpan air.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Setelah melalui sendang, terlihat akses jalan yang sudah mendapatkan sentuhan dalam segi perbaikan, supaya mebantu mempermudah perjalanan menuju puncak bagi para peziarah. Memang, secara keseluruhan belum merata untuk sentuhan perbaikan akses jalannya. Bagi saya pribadi, mungkin akses jalan tersebut lumayan extrime. Selalu mendapatkan peringatan bagi para peziarah, untuk tetap waspada dengan kondisi jalan, sebelum melakukan pendakian harus menjaga kondisi fisik. Supaya, perjalanan tidak terganggu atau tersendat.

Sesampainya di atas, kita melihat keadaan puncak bukit tersebut, ternyata, di puncak Bukit Girikusumo ada dua obyek yang benar benar mengejutkan.

Oke, kita akan bahas obyek yang pertama dahulu, sumber dari DinDikBud Kabupaten Demak, dengan penelitiannya

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asmoro

DINDIKBD 07/06/2021 Tim Regristasi Cagar Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Demak mengadakan Investigasi dan Ziarah ke Makam Raden Sayyid Ibrahim di Puncak Bukit Girikusumo Desa Banyumeneng Kec. Mranggen Kab. Demak. sebagai berikut :

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

1. Makam Raden Sayyid Ibrahim Berada di puncak bukit Girikusumo. R. Syeh Ibbrohim merupakan seorang ulama pada masa puncak kejayaan Kasultanan Demak adalah Guru dari mbah Kyai Hadi  mana beliau leluhur dari KH. Munif pengasuh ponpes Girikusumo.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

2. Situs megalitik yang terletak di puncak lereng Timur Tenggara, yang terdapat bekas kehidupan budaya masa lalu yaitu Budaya prasejarah, terdapat peninggalan tempat upacara, batu tempat duduk, batu menhir dan patung pemuja roh nenek moyang, termasuk kubur batu di lereng selatan Bukit Girikusumo.

3 Bukit Girikusumo adalah tanah perbukitan yang masuk dalam kawasan Perhutani, jenis pohon yang terdapat di sana adalah, Pohon mahoni, jati, dan bambu kuning, semuanya bertebaran dari dari kaki bukit sampai puncak.

Kondisi kemiring jalan mencapai 30 derajat sampai 45 derajat. Untuk mencapai puncak, banyak batu tersusun rapi yang, di fungsikan sebagai anak tangga pijakan kaki menuju puncak. Dugaan analisa, Puncak bukit giri kusumo sebelum ada makam auliya, sudah ada kehidupan manusia dengan latar belakang budaya prasejarah, di mana orang belum mengenal tulisan. Keberadaan tempat tersebut merupakan lokasi untuk mengadakan upacara pemuja roh nenek moyong bagi masyarakat di masa prasejarah.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Untuk pembahasan Obyek yang kedua, mengupas tentang tulisan angka tahun yang tertera pada batu nisan. 

Dalam batu nisan terpahat angka tahun yang menyebutkan, angka tahun wafatnya Raden Sayyid Ibrohim Kusumo Asmoro kurang lebih 587. Dalam penulisan angka, tidak di sebutkan nama tahunnya, antara saka, masehi atau hijriyah.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Jika pahatan angka tahun 587, menyebutkan angka tahun saka, maka kehidupan di jawa kala itu masih memeluk hindu siwa atau aliran hindu bersekte siwa. Jadi, tidak mungkin, ketika Sayyid Ibrahim Meninggal dunia pada tahun tersebut. Karena, Agama Islam belum masuk dan belum berkembang di tanah Jawa.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Jika pahatan angka tahun 587 tersebut menyebutkan angka tahun masehi, jelas tidak mungkin lagi. Karena, perbedaan angka tahun saka dengan asehi selisih 78 tahun. Ketika ingin mengetahui berapa angka tahun masehi, untuk di jadikan saka. Maka, 587 masehi di kurangi 78 tahun dan hasilnya 509 masehi. Jadi, semakin tidak mungkin, ketika angka 587 islam belum masuk, apalagi tahun 509, jelas semakin jauh untuk mendekati angka tahun saat islam masuk ke tanah jawa.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Jika pahatan angka tahun 587, menyebutkan angka tahun hijriyah maka, hasil dari penjumlahan angka tahun masehi sekarang di kurangi angka tahun Hijriyah yang sekarang. Jadi, tahun 2024 masehi di kurangi tahun 1445 hijriyah menghasilkan angka 579. Hasil angka atas pengurangan tersebut di tambahkan dengan angka yang tertera pada pahatan batu nisan. 579 di tambahkan dengan 587 hasilnya 1166 masehi. Jatuh pada tahun tersebut, dalam hitungan masehi atau saka, islam belum masuk ke tanah Jawa.

Nisan Makam Sayyid Ibrahim Kusumo Asmoro

Oke, saya cantumkan sumber lagi dengan kajian berbagai teori masuknya islam ke tanah jawa. Sumber dari Program Study Peradaban Islam. Dari Fakultas Ushuluddin, Adab, dan Dakwah UIN Sayyid Ali Rahmatulloh, Tulung agung JAwa Timut.

Dalam Kajian teori meyebutkan ada 5 kajian

1.Teori Gujarat menghasilkan keputusan, Teori ini berasal dari india. Islam datang ke nusantara pada abad ke 13 kisaran tahun 1300 masehi. Di Perkuat dengan temuan nisan Malik As saleh, yang bertuliskan angka tahun 1297, entah masuk saka atau masuk masehi.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

2. Teori Arab menghasilkan keputusan, Teori ini berasal dari mekah yang menyatakan Islam masuk ke nusantara pada abad ke 7, kisaran tahun 600 an.Perkampungan Islam di pesisir pantai Sumatera Utara atau Pekojan,

3. Teori Persia dengan hasil yang meyatakan, islam masuk ke Nusantara pada abad ke 12 masehi atau tahun 1100an masehi. Dengan bukti kesamaan budaya dari persia yang mewarnai kehidupan di Nusantara.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

4. Teori China, dengan keputusan hasil, Islam datang ke Nusantara lewat jalur perdagangan pada abad antara 7 masehi sampai 8 masehi, atau tahun 600 san masehi sampai dengan tahun 700an masehi

5. Teori turki, menurut para pecendikiawan, islam masuk ke nusantara lewat sarana perkawinan dan sarana perdagangan. Untuk angka tahun tidak di sebutkan. Dan, tempat atau wilayah yang di tuju adalah aceh. Selain di sebutkan di atas, Islam masuk ke Nusantara dengan media seni pahat, dan seni tasyawuf.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Sumber yang berikutnya Islam Masuk Ke Nusantara 

Pengaruh penyebaran agama islam di nusantara berpusat di samudera pasai, hingga meluas ke aceh dipesisir sumetera, semenanjung malaka abad ke 7. Nama nama wilayah yang di sebutkan bukan di pulau jawa, melainkan luar pulau jawa dan malaysia.

Sedangkan Islam asuk di tanah jawa pada abad ke 13 yang berousat di Gersik dan surabaya.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

jadi tidak mungkin, ketika angka tahun yang tertera pada nisan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asmoro di jadikan patokan tahun wafat beliau. Sangat jauh sekali denga masuknya islam di nusantara. Ketika beracuan pada abad ke 7 masehi, yang berpusat di aceh pesisir sumatera atau semenanjung malaka. Pertanyaannya, ketika Raden Sayyid Ibrahim Asmoro Kusumo memiliki peranan penting tentang penyebaran islam di wilayah yang di sebutka, kenapa saat beliau meninggal tidak di makamkan di wilayah tersebut. Dan kenapa beliau malah di makamkan di Pulau jawa. Jika mengingat perjalanan dari pulau Jawa ke wilayah yang di sebutkan tidak mungkin dengan singkat waktu sehari, dua hari, atau tiga hari. Yang jelas, perjalanan dari Luar jawa seperti Aceh mau pun semenajung malaka harus menyeberangi lautan, pastinya butuh waktu berminggu bahkan sampai berbulan.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Kajian ilmiah dari saya pribadi

Jika kita melihat Nisan dari Kayu yang berukir, pahatan nisan tersebut merupakan nisan pakubuwono langgam Pantura. Nisan tersebut sudah populer pada abad ke 19 masehi. Saya menduga, Raden Sayyid Kusumo Asmoro, Pernah memiliki sepak terjang semasa dengan Pangeran Diponegoro, kisaran tahun 1800an sampai 1830an. Dengan syarat nisan masih pada aslinya dan belum pernah di ganti.

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro

Tapi, jika nisan sudah pernah di ganti, dugaan saya sementara, sepak terjang pada masa kehidupn beliau kemungkinan pada masa ke emasan kerajaan Demak tahun 1450 an. Saya pribadi melihat dari bangunan makamnya yang memiliki ukuran 4 meter. Jarak nisan satu dengan nisan satunya. Biasanya, bangunan makam dengan konsep memanjang dapat kita jumpai pada masa kerajaan demak, pajang, mataram dan islam awal.

Kalau Menurut Antum Bagai Mana Sob

Makam Kasepuhan Raden Sayyid Ibrahim Kusumo Asoro



Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI