BANGUNAN CANDI YANG HAMPIR SEMPURNA
 |
Candi Watu Pawon, Desa Kawengen
|
Bersyukur sekali, ketika masih di beri kesempatan untuk melihat dan mempelajari warisan cagar budaya tinggalan leluhur kita. Nah, disini saya akan menerangkan tentang kenapa menyebutnya kok leluhur kita supaya lebih jelasnya. Sebelum muslim datang dan berkembangi pesat di Nusantara. Mayoritas penduduk kala itu masih memegang keyakinan dengan istilah animisme dan dinamisme. Nah, kira kira animisme dan dinamisme itu apa. Hayuk kita kupas dengan data atau sumber sumber yang tidak blawur.
Pengertian Animisme cukup banyak sekali. Kata Animisme berasal dari bahasa latin yaitu, ANIMA yang berarti Roh. Animisme adalah suatu kepercayaan terhadap akhluk halus dan roh. Serta, keyakinan deperti ini sudah banyak di anut oleh bangsa bangsa yag belum bersentuhan atau pun belum pernah menerima ajaran yang berdasarkan dari pada agama samawi atau wahyu. Adapun karakteristik masyarakat yang mmenganut paham ini antara lain adalah, mereka selalu emohon perlindungan dan permintaan sesuatu kepada roh roh. Misalnya, untuk menyembuhkan penyakit, sukses dalam bercocok tanam, terhindar dari gangguan hama yang terjadi pada tanaman, hidup rukun, berhasil dalam perburuan, selamat dari perjalanan jauh dan perang, terhindar dari bencana alam gunung meletus dan banjir, gempa bumi, kebkaran hutan, dan perubahan pada cuaca yang sangat extrime.
Sedangkan untuk istilah Dinamisme yang berasal dari bahasa Yunani yaitu, Dunomos, jia dalam bahasa inggris di sebut dengan dynamic. Yang mempunyai arti daya, kekuatan dan kasiat. Dalam hal ini, Dinamisme adalah percaya terhadap benda benda di sekitar manusia, karena di yakini memiliki kekuatan yang gaib. Dengan kata lain, Dinamisme adalah keyakinan terhadap kekuatan yang berada dalam zat suatu benda dan di yakini mampu memberikan suatu manfaat dan marabahaya. Kesaktian itu berasal dari api, batu batuan, air, pohon, binatang, bahkan manusia. Unsur dinamisme lahir dari rasa ketergantungan terhadap ddaya dan kekuatan lain yang berada di luar dirinya. Setiap manusia akan selalu merasa butuh dan berharap kepada zat lain yang di anggapnya mampu memberikan berbagai pertolongan dengan kekuatan yang dimilikinya. Manusia tersebut akan mencari zat lain yang akan mereka sembah. Karena, akan timbul rasa nyaman dan tenang ketika mereka berada dan dekat dengan zat yang mereka sembah.
Nah, mulai dari situlah Nusantara terbentuk dan menjadi Sebuah negara yang benar benar bermartabat dan berwibawa.
Tidak lepas dari itu saja,setelah kemajuan dan berkembangnya zaman pada masa itu. Cara berfikir manusia mulai menunjukan ide kreatif dan gagasannya. Di mulainya zaman Prasejarah hingga ke zaman Sejarah. Di mana orang orang pada masa itu belum mengenal tulisan, hingga pada waktunya orang orang mrngenal tulisan. Hingga mencetak sejarah tentang berkembangnya suatu peradaban yang sangat moderen. Pola fikir pada masa itu, hingga menunjukan perkembangan dari segi pembangunan berupa candi untuk tempat pemujaan.
Sama halnya dengan perkembangan di suatu wilayah, yang di pilih sesuai dengan karkter yang sudah di sesuaikan.
Contoh sedikit saja
Bangunan Candi berdiri diatas lahan atau tanah yang subur, dan selalu dekat dengan sumber mata air.
Setiap wilayah memiliki keistimewaan tersendiri, keistimewaan itu yang akhirnya di pilih dan di manfaatkan oleh leluhur kita untuk mendirikan bangunan yang sangat megah. Yang akhirnya akan menjadi tonggak sejarah suatu wilayah. Di perhitungkan dari tekstur tanah yang yang memiliki kandungan mineral yang tinggi. Sehingga, memungkinkan lokasi calon berdirinya bangunan candi tersebut, benar benar subur dan dekat dengan sumber mata air. Kenapa harus dekat dengan sumber mata air. Karena, dalam mitologi hindu kuno, sumber mata air merupakan tempat berkumpul atau tempat bermainnya para Dewa.
Candi memiliki kata lain atau candi adalah Candi adalah istilah dalam Bahasa Indonesia yang merujuk kepada sebuah bangunan keagamaan merupakan tempat ibadah peninggalan purbakala yang berasal dari peradaban hindu buddha. Bangunan ini digunakan sebagai tempat Ritual ibadah pemujaan dewa dewi, penghormatan terhadap leluhur ataupun memuliakan Sang Buddha Akan tetapi, istilah 'candi' tidak hanya digunakan oleh masyarakat untuk menyebut tempat ibadah saja, banyak situs-situs purbakala non-religius dari masa Hindu-Buddha Indonesia klasik, baik sebagai istana (k keraton ), pemandian (petirtaan),gapura, dan sebagainya, disebut dengan istilah candi.
Candi merupakan bangunan replika tempat tinggal para dewa yang sebenarnya, yaitu Gunung Mahaeru. Karena itu, seni arsitekturnya dihias dengan berbagai macam ukiran dan pahatan berupa pola hias yang disesuaikan dengan alam Gunung Mahameru. Candi-candi dan pesan yang disampaikan lewat arsitektur, relief serta arca arcanya tak pernah lepas dari unsur sepiritualitas, ddaya cipta, dan keterampilan para pembuatnya. Beberapa candi seperti Candi Borobudur dan Prambanan dibangun amat megah, detail, kaya akan hiasan yang mewah, bercitarasa estetika yang luhur, dengan menggunakan teknologi arsitektur yang maju pada zamannya. BAngunan bangunan ini hingga kini menjadi bukti betapa tingginya kebudayaan dan peradaban nenek moyang bangsa Indonesia
Istilah "Candi" diduga berasal dari kata “Candika” yang berarti nama salah satu perwujudan Dewi Durga sebagai dewi kematian. Karenanya candi selalu dihubungkan dengan monumen tempat pedharmaan untuk memuliakan raja anumerta (yang sudah meninggal) contohnya Candi Kidal untuk memuliakan Raja Anusapati. "Antara abad ke-7 dan ke-15 masehi, ratusan bangunan keagamaan dibangun dari bahan bata merah atau batu andesit di pulau Jawa, Sumatra, dan Bali. Bangunan ini disebut candi. Istilah ini juga merujuk kepada berbagai bangunan pra-Islam termasuk gerbang, dan bahkan pemandian, akan tetapi manifestasi utamanya tetap adalah bangunan suci keagamaan."
Soekmono, R. " Candi: Symbol of the Universe ".
 |
Candi Watu Pawon, Desa Kawengen
Benda ini diiedentifikasi sebagai arca Nandi. Arca Nandi merupakan penggambaran dari sapi Brahman jantan. Nandi ini digambarkan dalam posisi mendekam serta memiliki punuk dan gelambir di bawah leher. Nandi atau Nandiswara adalah lembu yang menjadi kendaraan Dewa Siwa dalam mitologi Hindu. Keberadaan Nandi seringkali dipresentasikan sebagai keberadaan Dewa Siwa itu sendiri. Candi yang mempunyai arca Nandi biasanya dikategorikan sebagai candi untuk pemujaan agama Hindu aliran Siwa, dewa tertinggi Hinduisme. Arca Nandi ini terlihat gagah yang membuatnya istimewa dan berbeda dengan temuan lainnya. Kondisinya sama dengan fragmen arca, fragmen yoni dan beberapa fragmen komponen batuan candi lainnya. |
 |
Candi Watu Pawon, Desa Kawengen
Ilmu pengetahuan tiada habisnya walaupun digali. Itulah makna dari modaka, mangkuk berisi cairan ilmu pengetahuan yang menjadi laksana dari Ganesha. Modaka digenggam oleh Ganesha di tangan bagian depan dan terdapat belalainya yang masuk ke dalam modaka. Dengan begitu, Ganesha dikenal sebagai dewa ilmu pengetahuan dan kebijaksanaan. Modaka juga dikisahkan berisi cairan manis kesukaan Ganesha karena Ganesha melambangkan anak-anak. Selain modaka, sikap duduk Ganesha layaknya balita yang telapak kakinya saling berhadapan (utkutikasana) dan badannya agak tambun. Ini mencerminkan dirinya seperti anak-anak, karena Ganesha ialah anak dari Dewa Siwa dan Dewi Uma atau disebut pula Dewi Parwati. Ganesha juga dikenal sebagai dewa penghalau rintangan, baik gangguan fisik maupun magis. Ini karena tikus (musaka) merupakan kendaraan tunggangan atau wahana dari Ganesha. Diharapkan musaka yang menyimbolkan keangkuhan diri dapat dikendalikan, serta lincah dalam melewati segala rintangan di lokasi manapun. Maka dari itu, arca Ganesha seringkali diletakkan di daerah yang rawan bahaya, seperti di pinggir sungai berarus deras, dekat bendungan atau di tempat penyeberangan. Sosoknya berkepala gajah dengan empat tangan menandakan kemampuan Ganesha yang melebihi manusia biasa. Penggambaran Ganesha pada arca antara lain memegang patahan gadingnya (ekadanta), kapak perang (parasu), tasbih (aksamala), teratai merah (padma) dan modaka. Sebagai anak dari Dewa Siwa, maka keperawakan Ganesha serta laksana yang digenggamnya pun mirip sang ayah. Oleh karena itu, Ganesha juga memiliki trinetra, memakai upawita berbentuk ular, mahkota dari pilinan rambut (jatamakuta), hiasan bulan sabit dan tengkorak (ardhacandrakapala). Alas duduknya berupa teratai berwarna merah jambu (padma) terkadang tengkorak (kapala). Sumber Musium Nasional |
 |
Candi Watu Pawon, Desa Kawengen
Yoni, sebagai simbulis Dewa yang di muliakan pada masa itu, benda ini diciptkan dan di gunakan untuk sarana pemujaan hindu dari sekte Siwa, buah karya dari tangan leluhur kita di masa itu, buah karya yang menunjukan suatu kewibawaan, kejeniusan, kemandirian di dalam kehidupan masa itu, yang sangat jauh rentan waktunya sebelum kita hidup di jaman sekarang ini.
Sering di sebutkan dengan Yoni, benda tersebut seharusnya memiliki pasangan berupa lingga. Karena Lingga dan Yoni adalah simbul Trimurti untuk sebutan Ke tiga Dewa dalam mitologi hindu.
Lingga di lambangkan sebagai Dewa Siwa atau dewa maha dewa. Karena mempunyai kedudukan dalam yang paling tinggi di atas penampang yoni. Karena Dewa siwa dianggap sebagai dewa pelebur dan Dewa yg mengawali. Dewa siwa sering juga di lambangkan sebagai Lingga dan di simbulkan sebagai alat kelamin laki laki.
Yoni merupakan simbul dari Dewa Brahma Dan Dewa Wisnu. Dalam keyakinan hindu kuno, Dewa Brahma adalah Sebagai dewa pencipta, Sedangkan Dewa wisnu sebagai Dewa Pemelihara.
Yoni pada umumnya berbentuk kotak bujur sangkar, memiliki dua bagian penampang atas dan penampang bawah. Penampang bawah di gambarkan sebagai dewa brahma dan penampang atas di gambarkan sebagai dewa wisnu.
Penampang atas Yoni memiliki lubang kotak persegi berbentuk bujur sangkar, yang di fungsikan sebagai pengunci lingga. Memiliki penampang berbentuk kotak bujur sangkar sama dengan bentuk yoni itu sendiri. Penampang tersebut mirip dengan bingkai bebentuk cekungan. tetap berbentuk bujur sangkar setelah penampang luar bagian atas. Memiliki alur yang di hubungkan dengan lubang cerat bagian tengah. Penampang tersebut berfungsi untuk menampung air susu supaya tidak meluber keluar saat berlangsunganya pemujaan kepada Dewa. Lubang cerat di buat untuk di fungsikan sebagai jalan keluarnya air susu, sebab akibat dari lingga yang di lumuri mentega dan disiram menggunakan air susu.
Setiap sisi yoni mempunyai pelipit di bagian tepinya, setiap dinding atau badan yoni mempunyai profile dengan garis lurus yg mengelilingi bentuk yoni, mungkin di fungsikan sebagai pembatas simbul ke dua dewa atau hanya penghias saja.
Pada umumnya yang sering saya jumpai, di bawah cerat yoni ada dua buah arca fauna atau hewan, berupa Naga Kobra dan Kura kura. Dengan posisi, naga kobra menyangga Kura Kura tepat di atas kepalanya, dan posisi kura kura menyangga cerat yoni tepat di atas punggungnya. Tapi beda dengan yoni Watupawon ini, di bawah ceratnya tidak nampak pahatan naga kobra dan kura kura. Yoni merupakan lambang dari dewi Uma ( Sakti ) Istri dewa siwa, dan di simbulkan sebagai alat kelamin Wanita. Kondisi yoni dalam ke adaan aus secara meyeluruh, haampir mendekati 75% keausan tersenut. Lamanya usia dan rentam waktu yang membuatnya demikian, di dukung pula dengan material yang di pergunakan sebagai bahan yoni tersebut. Bahan material yoni, sama dengan bahan yang di pergunakan untuk membuat arca dan komponen komponen panel bangunan candi. Ssama sama menggunakan batuan jenis wadas atau Padas. Karakter bahan material batu yang demikian, notabenya sangat rapuh dan rentan terhadap cuaca dan benda keras.
 | Candi Watu Pawon, Desa Kawengen
Banyak sekali jika kita au mengumpulkan dari beberapa sebaran batuan yang di duga panel bangunan candi. Beberapa di antaranya sudah kita kumpulkan beberapa tahun yang lalu. Kisaran dua tahun, komponen yang di duga batuan candi yang berhasil kita kumpulkan. Itu pun masih mmelewati beberapa penilaian yang menurutku bentuk dan profile nya masih bisa terlihat. Jika kita mengacu pada beberapa pernyataan yang saya tulis, lokasi keberadaan benda cagar budaya tersebut merupakan tempat yang paling istimewa jika menurut pendapat saya pribadi. Kenapa demikian
Jarang sekali, ketika mengadakan blusukan situs bersama teman dalam satu komunitas, kita bisa menemukan atau menjumpai bangunan candi yang terbilang masih komplit. Pada Ummumnya, ketika kita mengadakan blusukan ke lokasi yang kita tuju, hanya menemukan atau hanya bisa menjumpai beberapa panel kmponen batuan candi. Tanpa adanya temuan arca, atau batuan yang memiliki hiasan. Sangat beda dengan Situs watupawon
Situs watupawonmemiliki beberapa temuan arca yang masih dapat kita lihat, antara Arca Ganesa dengan Arca Nandi atau arca lembu. Dengan melihat beberapa arca yang berada di lokasi atau masih dalam komplek keberadaan situs bisa di pastikan. Jika bangunan candi di dusun watupawon tidak berdiri sendirian, melainkan ada bangunan candi lainnya. Dugaan sementara, bangunan candi di situs watupawon ada terdapat tiga bangunan candi diantaranya 1. Cani Induk, jelas adanya yoni 2. Bangunan Candi Perwara, jelas adanya arca nandi atau arca lembu 3. Adanya arca ganesa bisa saja menjadi penghias relung kulit luar bangunan candi apit. Bisa juga sebagai pengisi relung kulit luar bangunan candi induknya. Jika benar Arca Ganesa merupakan arca pengisi relung kkulit luar bangunan candi apit, berarti bangunan candi tersebut ada tiga bangunan. Akan tetapi, jika memang keberadaan Arca Ganesa sebagai pendukung isian relung kulit luar bangunan candi induk, berarti bangunan candi di situs watupawon hanya ada dua saja. Antara Candi Induk, Candi Aperwara atau Candi Induk, Candi Perwara dan Candi Apit. Jika penasaran dengan Konsep bangunan candi tersebut, bayangkan saja anda berada di omplek candi gedong songo komplek ke tiga. Atau, berada di komplek bangunan candi di komplek Arjuna di Dieng Banjarnegara.
Tunjukan kekagumanmu tentang karya leluhur kita, yang mampu brtahan hingga ribuan tahun lamanya.
|
|
Komentar
Posting Komentar