BANGUNAN CANDI DAN MAKAM TOKOH MATARAM ISLAM AWAL, DESA RANDUGUNTING, KECAMATAN BAWEN

 MEMVISUALKAN BANGUNAN CANDI DENGAN BUKTI ARKEOLOGI

Saya akan membahas kembali tentang keberadaan Komplek Makam Kasepuhan di Desa Randugunting, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang. Sebenarnya tidak hanya sekali dua kali, saya pribadi mengunjungi komplek makam dengan dua Obyek dalam satu lokasi. Bukan hanya di Desa Randugunting saja, di wilayah Kecamatan Ungaran Barat juga demikian. Terdapat Makam kasepuhan yang keberadaanya tepat di atas komplek bangunan Candi. Komplek makam tersebut sangat di kenal oleh lapisan Masyarakat di Ungaran Khususnya, bahkan sampai luar daerah di Pulau Jawa. Komplek Makam Kyai Hasan Munadi, berada di Dusun Krajan, Desa Nyatnyono, Kecamatan Ungaran Barat.

Makam Sentono, Tumenggung Mayang

Gambaran lokasi kedua obyek tersebut tidak ada perbedaan ketika mendatangi di antaranya, di situ pula kita akan mulai memvisualkan keadaan yang terjadi sekarang dan akan mengeluarkan imajinasi suatu keadaan dengan apa yang kita tidak pernah mengalaminya. bahkan tidak mungkin mengalaminya. Jika saya pribadi menyebutnya situs di atas situs, karena kedua obyek makam tersebut memiliki persamaan dalam penyebutan. Sama sama menggunakan kalimat sentono, keberadaan kedua makam kasepuhan tersebut, sama sama berada di bekas reruntuhan bangunan candi. Namun, disini saya akan membahas tentang bangunan candi yang berada di Komplek Makam Sentono Desa Randugunting, karena pembahasan makam sudah saya selesaikan di alamat ini

Komponen Batuan Candi Yang di kumpulkan

Satu hal lagi

Mungkin ada pertanyaan yang terbesit di dalam hati atupun pikiran, kira kira lebih duluan mana antara keberadaan bangunan candi dengan keberadaan makam kasepuhan tersebut.

Dan jawabannya adalah, keberadaanya lebih dulu bangunan Candi, walaupun saya belum pernah sesekali menemukan referensi atau sumber data yang falid, saya pribadi sangat yakin. Bangunan candi itu sudah di bangun sebelum Keyakinan Muslim masuk ke Bumi Nusantara. Di sini saya juga tidak berani menyebutkan selisih angka tahunnya yang pas. Cuma saya memiliki pendapat dalam penyebutan sebagai dugaan saja. Dugaan, selisih angka tahunnya kisaran 550 tahun setelah berdirinya bangunan Candi dengan keberadaan Makam Kasepuhan Tersebut.

Anak tangga masuk ke makam Sesepuh Tumenggug Mayang, dari sisi sebelah barat

Keberadaan reruntuhan bangunan candi itu tidak jauh dari jalur utama yang menghubungkan antara semarang, solo dan jogja, kisaran 100 meter. Bagi yang ingin berkunjung;, kemungkinan akan kesulitan menemukan lokasi tersebut. Karena, jika ingin memasuki lokasi kita harus menemukan gang dengan lebar kurang lebih  120 cm, dan hanya bisa di lalui untuk 1 unit motor saja.

Anak tangga masuk ke makam Sesepuh Tumenggug Mayang, dari sisi sebelah barat

Ketika kita sudah masuk dan berada di gerbang komplek makam, dan ketika kita melihat kontur tanah yang menyerupai punden berundak dengan 5 teras. Teras pertama dari bawah melebar lalu mengecil pada teras bagian atas atau teras ke 5. Akan lebih jelas lagi, ketika kita memutari bangunan punden tersebut, posisi kita berada di sebelah timur punden. Maka, akan semakin kelihatan kontur tanahnya. Siapa pun yang sudah faham, pasti akan menyebutnya komplek percandian. Apa lagi saat kita mulai berjalan dan melihat batuan candi yang beralih fungsi menjadi nisan makam, pasti akan lebih yakin lagi dan berani mengungkapkan

Anak tangga masuk ke makam Sesepuh Tumenggug Mayang, dari sisi sebelah barat

Disini dulu merupakan bangunan candi yang di jadikan pemakaman

Akan terasa lebih aneh lagi, ketika mendengarkan cerita dari Pak Kadus dan Pak R.T setempat. Bahwa, antara nisan makam dengan batuan candi memiliki kisah dan cerita yang sama. Lokasinya terdapat pada teras pertama dan ke tiga dari bawah, saat mengadakan penggalian tanah untuk tempat pemakaman, bukan hanya batu candi saja yang di ketemukan, melainkan batu nisan berbagai langgam pun, kadang ikut di temukan. Jadi, pada dasarnya, nisan dan batu candi, sama sama terkubur di dalam tanah.

Terkecuali makam sesepuh yang berada di teras ke 4 dan ke 5, memang sudah ada dari dulu. Dan nisan nisannya pun masih asli dan masih di posisi pada tempatnya sampai sekarang. Kedua temuan obyek tersebut, antara Batu Candi dan Nisan makam di letakan pada tempat yang berbeda. Rasa heran itu akan timbul ketika masuk ke komplek makam atau komplek percandian. Karena kita akan di suguhkan dengan pemandangan batuan candi yang terdapat di berbagai sudut, dari berbagai panel yang berbeda, yang dulu pernah menghiasi suatu bangunan.

Anak tangga masuk ke makam Sesepuh Tumenggug Mayang, dari sisi sebelah selatan

Di jalur utama menuju ke makam yang di sepuhkan, tepatnya berada di sisi barat menuju ke  makam yang berada di teras ke 5, di samping kanan kiri anak tangga, bisa di lihat berbagai macam komponen batuan candi yang di alih fungsikan menjadi pipi tangga yang menuju ke makam sesepuhnya. Kemudian, yang dari arah selatan juga demikian, bisa di lihat pula komponen komponen batuan Candi yang di tata secara berjajar di bentuk anak tangga untuk menuju ke teras ke 5.

Masih di komplek makam, perjalanan di lanjutkan ke sisi sebelah timur paling pojok. Nah, disinilah puncak dari keistimewaan tersebut. Berbagai batuan candi dari berbagai panel di tumpuk atau di kumpulkan disini. Bukan sekedar batu candi saja, bah kan di komplek makam sentono ini, kita bisa melihat  banon atau batu bata merah kuno. Selain itu, kita bisa melihat serangkaian konekting dari kemuncak, bah kan sampai panel punggung pagar yang mengelilingi bangunan candi.

Anak tangga masuk ke makam Sesepuh Tumenggug Mayang, dari sisi sebelah selatan

Jika memvisualkan gambaran bangunan candi pada masa itu, melalui berbagai panel yang sudah kita lihat. Dugaan sementara, bangunan candi ini, di bangun menggunakan alas berbahan baku tanah liat yang di bentuk serupa atau sama dengan batu bata dengan proses di bakar. Jadi, peranan batu bata atau banon pada bangunan candi yang di maksud, posisinya sebagai alas bangunan candi saja, letaknya paling dasar sebelum akhirnya denah atau batur candi itu di buat.Makanya, batu bata untuk material bangunan candi berbeda dari segi ukurannya.

Banon atau batu bata yang di pergunakan untuk membangun bangunan candi memiliki ukuran ketebalan 9 cm, pada umumnya memiliki panjang 46 cm dan lebar 36 cm, sangat berbeda ukurannya dengan batu bata yang sekarang. Dan begitulah alasannya, kenapa batu bata kuno atau banon di buat dengan ukuran besar atau jumbo. Bahkan sistem pembakaranya pun di bilang mendekati sempurna, kadar kekerasannya hampir sama dengan material bangunan Candi. Buktinya, batu bata atau banon tersebut tidak hancur karena usia atau faktor alam, terkecuali berbenturan dengan benda keras dan tumpul. Banon tersebut hanya memiliki kesamaan pada bentuknya saja dengan batu bata yang sekarang. Konstruksi bangunan Candi yang seperti ini, tidak jauh beda dengan konstruksi bangunan percandian di Klaten, yaitu komplek candi sewu. Sama sama menggunakan alas dari banon.

Batu Bata merah Kuno atau Banon

Untuk ke istimewaan yang berikutnya, bahwa candi ini dibangun lengkap dengan pagar bumi yang mengelilingi bangunan. Kenapa demikian, karena dalam tumpukan batuan candi yang dikumpulkan, jelas terdapat 1 panel yang merupakan bagian punggung dari sebuah bangunan pagar. Walau pun hanya 1 panel saja, karena sangat mudah untuk di kenalinya. Jika saya pribadi memvisualkan, bangunan Candi dikomplek makam sentono ini, memiliki kesamaan pada denah bangunan Candi Sambisari, Candi Plaosan Lor dan bangunan Candi Plaosan Kidul. Sama sama memiliki bangunan pagar yang mengelilingi bangunan.

Komponen Bagian Punggung Pagar Bangunan

Jika saya pribadi mengacu pada ketiga bangunan candi di Klaten. Dugaan saya pribadi, bangunan Candi di komplek makam Sentono Randugunting memiliki gapura, entah itu Gapura Paduraksa atau Gapura Bentar. Karena sudah jelas tentang temuan panel bagian punggung pagarnya. Jadi tidak mungkin, ketika bangunan Candi jelas jelas memiliki pagar bangunan, tidak di ikut sertakan bangunan gapuranya. Setidaknya ada dua gapura, Gapura pintu masuk percandian dan Gapura pintu keluar dari percandian.

Komponen konecting kemuncak candi

Jika saya pribadi melihat komponen atau konecting kemuncak yang tertata terbalik di dalam tumpukan batuan candi. Konecting kemuncak tersebut memiliki kesamaan dengan konecting kemuncak yang berada di candi gedong songo komplek ke 8 dan komplek ke 9. Untuk lokasi temuan lain, konecting kemuncak dengan profile yang sama, bisa kita jumpai di bekas reruntuhan bangunan candi di Desa Candirejo kecamatan Pringapus. Dan mungkin masih banyak lagi, tentang kesamaan profile konecting kemuncak ini. Dan saya mulai berimajinasi, mungkinkah bangunan candi ini, dulu pernah berdiri dengan sempurna.

Kalau menurut antu bagai mana yaaa Sohib 





Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA