SENDANG SUROLOYO GUNUNG UNGARAN

Sendang Ini, berada di Gugusan Gunung Suroloyo, Sisi Lain Puncak  U n g a r a n

Sendang Suroloyo

Awalnya hanya sekedar penasaran saja, karena pernah mendengar cerita rakyat, yang mengabarkan tentang keberadaan sumber mata air di dataran tinggi Pegunungan, termasuk dalam satu wilayah dengan Gunung Ungaran.  Pegunungan tersebut masuk dalam catatan belanda atau di sebutkan dalam peta terbitan belanda pada tahun 1915. Dengan sebutan Gunung Suralaya. Masuk dalam wilayah perkebunan kopi peninggalan belanda. Tepatnya di sisi sebelah timur laut Gunung Ungara. Desa Lerep Kecamatan Ungaran Barat Kabupaten Semarang. Wilayah Gunung Suralaya termasuk Ngipik yang kita kenal sekarang ini.    

Di gunung ungaran sebenanya ada beberapa obyek yang seharusnya dapat dijadikan tempat obyek wisata. Karena menurut saya pribadi, kawasan Gunung Ungaran memeiliki banyak potensi wisata yang wajib di kunjungi oleh para turis lokal. Wisata Cagar Alam seperti Curug Lawe, Curug Benowo, Curug Indrakila dan Curug Semirang. Selain Wisata Cagar Alam, Khususnya wilayah Kecamatan Ungaran Barat, juga terdapat wisata Cagar Budaya berupa Jejak Mataram kuno berupa sisa sisa dari bangunan candi. Termasuk Jejak Kolonial Belanda, tepatnya di Desa Lerep, yang mempunyai peranan penting di bidang perkembangan pertanian pada masa itu. Komplek banguna peningalan belanda, yang di bangun pada abad ke-19. Bangunan tersebut merupakan Kantor Administrasi dan Pabrik pengolahan Kopi.

Tidak kalah menarik dengan wisata Religi yaitu, suatu tempat yang dikeramatkan. Berupua makam makam kuno atau makam sesepuh yang di duga, makam salah satu tokoh berpengaruh di masanya. Makam sesepuh ini tersebar di kecamatan Ungaran Barat di Dusun Krajan Desa nyatnyono, ada makam Waliulloh bernama Simbah Wali Khasan Munadi, Makam Syech Cendono, Makam Syech Syekiringan, Makam Simbah Wali Khasan Dipuro, Makam Raden Arifi. Semua itu berada di komplek makam dusun Krajan, Desa Nyatnyono.

Masih di desa nyatnyono, ada Makam lain yang di sepuhkan, beliau bernama Tuan Potro Koesoemo dusun Ngaglik, Makam Mbah Siwo dipo Dusun Gelap, Makam Syech Abdulloh atau simbah Kyai Ceguk Dusun Ngipik Desa Nyatnyono. Dan yang terakhir makam Nyai Ageng Soko di Gunung Suroloyo.

Dari sekian nama nama sesepuh desa, yang di makamkan dalam satu wilayah desa, makam makam tersebut sering di kunjungi dari berbagai daerah dan berbagai kalangan. Bahkan ada yang datang untuk berziarah dari luar kota maupun luar Pulau.

Dari rangkaian kumpulan wilayah untuk tempat berziarah, ada dua tempat yang di anggap paling istimewa diantaranya yaitu :

Makam Kyai Abdulloh atau Kyai Ceguk, asuk wilayah gunung suroloyo.

Makam Simbah Nyai Ageng Soko dan sendang Amanah yang berada di wilayah gunung suroloyo.

Sendang Suroloyo dan Tempat untuk Munajat Simbah wali Khasan Munadi.

Nah, ketiga tempat inilah yang jarang di kunjungi para peziarah dan para pelaku spiritual. 


Ketiga tempat tersebut memang jarang sekali di datangi atau di kunjungi para peziarah dari luar daerah maupun luar jawa. Hanya warga sekitar dan warga dari luar desa nyatnyono saja, yang sudah mengetahui dan niat mengunjungi tempat yang di keramatkan. Ketidak tahuan dan jarangnya publikasi. Alasan berikutnya, perjalanan yang sangat jauh dan susahnya mencapai ke tiga tempat tersebut, karena  harus masuk ke dalam hutan, dan medan yang akan di lalui peziarah sangat extrime dan terjal. Susahnya kalau pas musim penghujan, kondisi jalan licin. Jadi harus harus benar benar safety.

Estimasi perjalanan yang akan di lalui, jika dari dusun Ngipik :

Dari dusun ngipik ke makam Kyai ceguk akan menempuh perjalanan setengah jam. Jika perjalanan standart dan tidak terlalu banyak istirahatnya. Berikutnya, dari makam Kyai Ceguk menuju makam Nyai Ageng Soko estimasi jarak tempuhnya kurang lebih 1,5 jam perjalanan. Dari Makam Nyai Ageng Sok ke Sendang suroloyo dan tempat munajat Mbah Khasan Munadi, estimasi perjalanan jika normal dan lancar kurang lebih 2 jam perjalanan, itu pun jika perjalanan normal dan tidak terlalu banyak istirahat.

Sendang Suroloyo

Belum begitu banyak orang yang berkunjung ke sendang ini, walaupun sendang tersebut di katakan ramai pada hari atau bulan bulan tertentu saja, atau bulan yang di anggap istimewa dalam hitungan hijriyyah. Seperti bulan Muharan dan bulan Ramadhan. Orang yang berkunjung ke sendang tersebut, biasanya melakukan tirakat puasa di bulan dan hari maupun tanggal yang di sunnahkan dari Agama. Dan kegiatan terebut selalalu di barengi dengan istilah bermunajat, atau mendekatka Diri kepada Sang Illahi Robbi. Karena tempat tersebut begitu sejuk, tenang dan nyaman untuk melakukan kegiatan spiritual keagamaan.

Keanehan pada sendang ini, ketika musim penghujan maupun kemarau telah tiba, debit airnya tidak pernah berkurang atau lebih sedikit pun. Padahal, jika kita berfikir dengan logika yang normal, sendang tersebut berada pada ketinggian kisaran 1800 mdpl di atas permukaan air laut. Jika kita telusuri kontur tanah tersebut, tepatnya berada disisi barat, di mana tempat Simbah Khasan Munadi bermunajat, 30 meter jika kita berjalan ke sisi barat, terdapat  bibir jurang yang sangat curam dan dalam. Lantas, Air itu berasal dari mana .. ??? dengan kondisi hujan mau pun kemarau, debit air terebut tetap stabil.

Wallohu'Alam Bissawab, semua itu kehendak dan kuasa Sang Illahi Robbi

Menurut warga sekitar, sendang tersebut memiliki kaitan erat dengan sepak terjang Simbah Wali Khasan Munadi Nyatnyono. Bahwa di ceritakan, sebelum Simbah Khasan Munadi melaksankan Munajad atau mendekatkan diri kepada ALLOH SWT, beliau melaksanakan sesuci di sendang tersebut. Tapi dengan kejadian itu, warga masyarakat meyakini bahwa, sendang suroloyo adalah sebuah bangunan sendang yang berbentuk sederhana, atau sendang peninggalan wali.

Sampai saat ini, sendang tersebut di keramatkan, dan airnya di pergunakan untuk keperluan orang orang yang melaksanakan ritual keagamaan di gunung suroloyo.

Sendang Surolyo

Apakah ada artinya nama suroloyo tersebut, sehingga nama itu sudah di tandai oleh belanda dengan map terbitan tahun 1915.

Mari kita bahas dengan narasumber yang tertulis
Dalam istilah Dunia Pewayangan, Suroloyo merupakan tempat tinggal Bhatara Guru, pemimpin para Dewa di Kahyangan Suroloyo atau Kahyangan Suropodo, dan kadang kadang di sebut juga dengan Svarloka. Jika menurut KBBI, nama Suroloyo memiliki arti Berani Mati

Suroloyo merupakan tempat yang di tinggikan, dalam mitologi Hindu Kuno, istilah tersebut adalah gambaran atau miniatur Gunung Mahameru. Yang di jadikan konsep untuk pembangunan Candi. Kenapa demikian .. ???

Jika istilah suroloyo adalah tempat hunian para dewa, maka tidak jauh beda dengan istilah Svarloka, adalah kalimat yang memiliki kesamaan tentang arti hunian para Dewa. Dan kalimat svarloka, terdapat pada konsep bangunan candi bagian atas atau atap bangunan candi. Konsep bangunan candi merupakan miniatur Gunung Mahaneru.

Jika di pahami, Gunung memiliki tiga tingkatan tertentu, yang di jadikan konsep pembangunan Bangunan Candi di seluruh Nusantara. Beberapa bagian yang masuk dalam konsep tersebut adalah yang pertama Kaki Gunung,  Badan Gunung dan Puncak Gunung.

Kalau dalam konsep Bangunan Candi, bagian yang pertama adalah Kaki Candi atau selasar di sebut dengan Bhurloka, dunia bawah yang menggambarkan kehidupan manusia.

Bhuvarloka, merupakan bagian dari badan Candi, yang menggambarkan orang yang memiliki keinginan untuk naik ke syurga. Maka dari itu, setiap orang yang akan masuk ke dalam bangunan candi untuk melakukan pemujaan, di dalam perilaku tersebut ada istilah manusia yang di sucikan.

Svarloka, atau dunia para Dewa
Nah, Svarloka ini lah yang memiliki kesamaan dengan Arti dari Suralaya.

Konsep ini sebenarnya sudah di terapkan pada masa kejayaan Hindu Buddha. Setiap orang ingin melakukan kebaikan, atau untuk mencapai tingkatan, harus melalui taraf taraf yang harus di laksanakan.

Setiap Gunung memiliki lingkungan yang di dalamnya terdapat berbagai macam kehidupan. Sama halnya dengan miniatur gunung berupa bangunan Candi. Sudah di gambarkan setiap relief relief candi, sama dengan kehidupan seisi alam pegunungan, meliputi Flora dan Fauna, kehidupan manusia, kehidupan bangsa makhluk halus dengan karakter hewan berkepala manusia. Yang berikutnya penghuni kahyangan, yang di maksud bukan Dewa melainkan makhluk kahyangan berupa Bidara dan Bidari, Kinara dan Kinari, Dan yang paling atas terdapat pahatan sosok Dewa yang di fungsikan untuk menjaga Arah mata angin yang berbeda.

Jadi pada dasarnya kalimat Suralaya memiliki kesamaan dengan Svarloka, yang di jadikan konsep bangunan Candi.

Nama atau sebutan tempat yang di keramatkan dengan istilah suroloyo, keberadaanya tidak hanya di gunung Ungaran Saja. Melainkan di berbagai Gunung yang kental dengan cerita rakyatnya. Biasanya cerita tersebut, mengangkat salah satunama tokoh dalam pewayangan atau salah satu tokoh sejarah yang sudah melegenda di kalangan masyarakat. Contoh satu saja, Puncak Suroloyo yang berada di Gunung Menoreh yang terletak di perbatasan DIY dan Jawa Tengah, tepatnya di dusun Keceme, Dessa Gerbosari, Kapanewon Samigaluh, Kabupaten Kulon Progo. Gunung tersebut kental dengan cerita rakyat yang menghadirkan pemeran utama dari kerajaan mataram islam yaitu, Sultan Agung Hanyokrokusumo.

Sendang Suroloyo

Apakah sendang suroloyo dan tempat munajat Mbah Khasan Munadi tergolong situs sejarah .. ???

Jawabanya adalah tidak ada situs sejarahnya, hanya sekedar cerita rakyat yang secara kebetulan di keramatkan oleh beberapa orang, yang memiliki kepentingan Pribadi. karena untuk bisa masuk keranah dalam sebutan situs sejarah harus ada wujud sebuah tinggalannya atau bentuk bangunan kedua tempat tersebut.

Sedikit tentang kisah kearifan lokal nusantara, mungkin dengan cara seperti demikian, warga atau lapisn masyarakat luas ikut peran serta melindungi ekosistem di suatu tempat.










Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI