Konsep Bangunan Masjid Agung Demak
Masjid masjid di Jawa abad ke 15 - 16 mempunyai bentuk yang sangat spesific. Arsitektur abad ke 15 dan 16 merupakan transisi dari arsitektur Jawa Hindu Buddha ke arsitektur Jawa Islam. Masa transisi tersebut melahirkan bentuk bentuk bangunan masjid yang sangat speifik. Masjid Jawa sebagian tempat ibadah kaum Muslim, tentunya sangat erat hubungannya dengan awal masuk dan berkembangnya Agama Islam di Nusantara. Masjid Tradisional Jawa yang memiliki denah dengan koposisi pilar pilar utama dan pendukung menyatu menjadi satu kesatuan bentuk, baik pada ruang utama dan ruang pendopo atau selasar Masjid Jawa.
1. Denah dengan komposisi pilar pilar utama pada pusat ruangan ( soko guru )
2. Prinsip struktur dan prinsip prinsip ruang sholat, soko guru dan penutup atap
3. Aksonoetri struktur masjid Jawa. Struktur ruang sholat utama ( soko guru ) dan struktur pendopo merupakan bangunan penembahan setelah struktu bangunan induk.
Masjid Agung yang di bangun oleh seorang sultan merupakan bangunan yang sangat penting bagi kesultanan dalam wilayahnya. Yang selalu berada di sisi sebelah barat alun alun ( open square ) dan dekat keraton dalam pusat kekuasaan politik kesultanan. Umumnya Masjid Agung berukuran paling besar di banding asjid masjid dalam kategori lainnya. Sehingga dapat di pahami bahwa masjid masjid jawa cenderung mengikuti typologi Masjid Agung Demak, jenis ini adalah yang paling banyak jumlahnya.
|
Masjid Agung demak
Sejarah Masjid Agung Demak
Masjid Agug demak mmerupakan salah satu masjid tertua di Indonesia. Masjid ini memiliki Nilai Historis yang sangat penting bagi perkembangan agama islam di nusantara. Masjid Agung demak di dirikan oleh Raden Fattah berama Dewan Wali Songo.
Menurut babad Demak, masjid ini di dirikan pada tahun 1399 saka atau 1477 M dengan di tandai candra sengkalan " Lawang Trus Gunaningjanmi ). Sedangkn candra sengkalan bulus yang berada pada Mihrab masjid terdapat sengkalan angka tahun 1401 saka dan menunjukan bangunan masjid ini di didrikan pada tahun 1479 M.
Pendiri masjid agung demak ini berdiri dalam tiga tahap pembangunan. Tahap pertama terjadi pada tahun 1466, ketik itu masih bangunan pondok pesantren Glagahwangi, di bawah asuhan Sunan Ampel dan Raden Fattah. Tahap kedua, pada tahun 1477, di bangun kembali sebagai masjid kadipaten Glagahwangi Demak. Sedangkan pada tahun 1478 ini, saat raden fattah di angkat sebagai Sultan Demak, dan bangunan Masjid Agung Demak di renofasi.
Delapan Soko Guru Pengarak
|
Tipologi Bentuk Bangunan Masjid Agung DemakSebagaimana di ketahui bahwa entitas bentuk masjid agung demak di bentuk dengan unik dan khas. Membedakan majid masjid wilayah lain di dunia. Tampak bangunan masjid memiliki atab tumpang bersusun tiga, yang merupakan bagian mustaka Masjid. Menapilkan fasade bandunan masjid yang khas dan membedakan dengan jenis dan tipe bangunan masjid jawa lainnya. Dengan bentuk atap geometris piramida tersusun tiga semakin ata semakain mengecil pada bentuk bangunan induknya ( dalem ) dan atap limasan pada bangunan serambi atau pendopo, masjid ini dinamakan masjid dengan tipe tajuk yaitu atap dengan model piramida, meskipun pada bangunan serambinya beratap limasan.
Tipe tajuk adalah tipe masjid jawa merupakan dasar bangunan ibadah yang sangat spesifik pada bangunan masjid agung demak.
|
Soko Guru Pengarak Dari Majapahit
Masji Agung Demak yang memiliki karakter bangunan bangunan sebagaimana yang ada pada arsitektur Jawa memiliki typologi tertentu yang mendasari dan menjadi ciri ciri khas bangunan masjid tersebut. apa bila di bagi menjadi tiga bagian yaitu :
1. Vondasi berbentuk persegi dan perjal ( massive ) yang agak tinggi. 2. Tidak berdiri di atas panggung, tetapi di atas dasar yang padat. 3. Meiliki atap berbentuk piramida yang meruncing ke atas, terdiri dari tiga tingkat yang di sebut dengan tajuk, dan di akhiri puncaknya dengan mahkota. 4. Mempunyai tambahan ruang di arah barat untuk mihrab. 5. Mempunyai serambi dengan ke delapan soko pengaraknya. 6. Halaman di sekeliling Masjid, di batasi oleh tembok yang melingkupi wilayah masjid. 7. Penempatan bangunan masjid di sebelah barat alun alun. 8. Dibangun menggunakan bahan yang alami yaitu kayu, mekipun kini telah mengalami perubahan dan tambahan material moderen. 9. Awal di bangun tanpa bangunan serambi, melainkan hanya bangunan Induk saja. 10. Bangunn Induk lebih tinggi lantainya jika di banding bangunan serambi. 11. Pada bangunan serambi tidak ada dindingnya, dengan keadaan terbuka, dan bangunan atap berbentuk limasan.
Denah pada Masjid Agung Demak meiliki unsur unsur ruangan yang terbagi menjadi dua ruangan yang mendasar. Yaitu, ruang induk atau daleman, yang merupakan ruang utama sholat yang sifatnya ruang tertutup, dan ruang serambi atau pendopo yang erupakan ruang terbuka, yang berfungsi sebagai temat sholat juga sebagai ruang untuk kegiatan seperti pengajian dan musyawarah. Konfigurasi denah masjid membentuk tatanan linier, memiliki oposisi binner serta tambahan orientasi ke kiblat yang di tandai dengan ruang mihrab. Secara linier, rung ruang pada bangunan masjid agung demak memiliki kesamaan dengan ruang ruang rumah jawa, namum memiliki komplksitas ruang yang lebih sederhana. |
|
Duplikasi Pintu Bledeg, pintu Utama Masjid Agung Demak |
Simbul dan ornamentasi
Pintu Bledeg di dominasi dengan warna merah dan di lengkapi dengan ukiran termasuk dua kepala naga. Pintu bledeg buatan Ki Ageng Selo yang merupakan condrosengkolo yang berbunyi " Nogo Mulat Saliro Wani " yang berarti angka tahun 1388 saka atau 1466 masehi atau 887 Hijriyyah. Pintu tersebut berbahan baku kayu jati dengan ukiran tumbuh tumbuhan, suluran, mahkota, dan kepala naga dengan mulut terbuka. Menampakan gigi giginya yang runcing.
Terdapat beberapa ragam hias dan ornamen yang menghiasi masjid agung demak, yang sebagian besar terdapat pada ruang bangunan masjid.
Mahkota Masjid atau Mustaka Masjid
mahkta yang berada di ujung atau berada di puncak tajuk masjid sebagai simbul sekaligus ornamen yang memberikan makna khusus pada masjid. Dengan adanya mahkota pada ujung tajuk menandakan bahwa atap tajuk bersusun tiga memiliki sakralitas yang semakin kuat, terutama dalam citra wujudnya sebagai Masjid.
2. Surya majapahit
Lambang tersebut terletak pada bagian dinding atas tempat pengimaman dan pada dinding atas barisan shaf ruang dalam masjid. Secara umum bentuknya seperti matahari yang memancarkan sinarnya dengan sempurna ke segala arah hampir mirip denga lambang penjuru arah mata angin.
|
Masjid Agung Demak
Soko Pengarak dari Majapahit
Pada pendopo bangunan Masjid Agung Demak terdapat delapan tiang yang di namakan dengan sko mjapahit. Yang di percya kedelapan soko tersebut merupakan hadiah dari Raja Majapahit. Ke delapan soko pengarak tersebut berdiri di atas umpak yang menopangnya. Dengan cara menanam umpak tersebut ke dalam tanah. Arsitek Jawa tidak mengenal pondasi yang di tancapkan tapi hanya di letakan di atas permukaan tanah. Dengan alasan, disaat gempa yang terjadi adalah mampu bertahan karena dan mampu mengikuti getaran gempa tersebut.
pada bagian soko pengarak majapahit, terdapat umpak penyangga yang memiliki motif kelopak bunga padma. Sedangkan pada bagian soko pengarak itu sendiri terdapat berbagai macam ukiran berbentuk sulur gelung dan suluran yang membentuk kepala kala. Dan, ukiran tersebut terpahat pada setiap soko pengarak Majapahit. |
|
Condro Sengkolo
Di dalalm bangunan pengimaman, terdapat gambar bulus
Raden Fattah bersama dengan Sembilan Wali, mendirikan bangunan Masjid yang kharismatik ini dengan memberi gambar berupa bulus. Ini merupakan candra sengkalan memet dengan bunyi, " Sariro Sunyi KIblating Gusti yang memiliki makna angka tahun 1401 saka. Gambar bulus sendiri atas kepala yang berati 1, dengan 4 kaki, badan bulus terbaca 0 dan ekor 1. Dengan Candra sengkaln berikut ini, Masjid Agung Demak berdiri pada tahun 1401 caka, bangunan masjid ini didirikan pada tanggal 1 Shoffar |
|
Soko Guru Masjid Agung Demak
|
|
Soko Guru Masjid Agung Demak |
|
Soko Guru Masjid Agung Demak |
|
Soko Guru Masjid Agung Demak |
Soko Guru Utama
Pada bagian ruang utama terdapat empat soko guru, yang menyangga tajuk utama bangunan masjid, Empat soko guru tersebut di beri nama, Soko Guru Kanjeng Sunan Ampel, Soko Guru Kanjeng Sunan Bonang, Soko Guru Kanjeng Sunan Gunung Jati dan Soko Guru Kanjeng Sunan Kalijaga. Ke empat soko guru tersebut berwujud kayu jati yang memiliki ukuran diameter yang cukup besar. Dan keempat soko guru tersebut adalah merupakan hasil pencarian dari keempat Wali. Dan yang paling terkenal adalah soko guru tatal buatan kanjeng sunan kalijaga, yang di ikat denga rumput alang.
|
Simbul Surya Majapahit
|
Piring Keramic dari Champa
Hiasan piring keramik dari champa yang di bawa oleh ibunda Raden Fattah yaitu putri dari kerajaan champa ( sekarang vietnam tengah dan selatan ). Hiasan piring keramic tersebut di pasang pada bagian dinding masjid. Motif yang ada pada pada piring piring tersebut berpola tumbuh tumbuhan atau flora beraneka ragam bentuk. Demikian pula dengan piringan keramik tersebut juga berbentuk beberapa macam hiasan tapak dara atau palang romawi. Hiasan tapak dara tersebut merupakah simbul untuk mengusir balak. Dari semua simbul, mulai dari geometrik, organik, hingga yang abstraktif, dan hiasan yang ada pada masjid agung demak dapat di ketahui bahwa, masa transisi hindu buddha telah melekat erat pada bangunan ini.
|
Bangunan Masjid Agung Demak, Tampak dari belakang |
Sebagaimana diketahui bahwa entitas bentuk Bangunan Masjid Agug Demak, tersebut dibentuk dengan unik dan khas, Memiliki perbedaan dengan masjid-masjid diwilayah lainnya dibelahan dunia. Atap Tajug adalah atap yang pertama kali bersumber dari konsep kosmologi. Pajupat, empat kekuatan mata angin pada dirinya dan diri manusia itu sendiri sebagai pancer. Harus mampu menyeimbangkan, menyelaraskan hingga mengharmoniskan kekuatan-kekuatan itu.
Tergambar sangat jelas pada arsitektur atap tajug, empat kekuatan disimbolkan dengan empat soko guru.
Pertama pancer, Mencoba menyeimbangkan (rasio).
Menyelaraskan (rasa).
Mengharmonikan (qalbu).
Manusia jawa mencoba mewujudkan ketiga. Perbuatan itu (rasio-rasa-qalbu) maka dia akan menyatu membentuk bentuk atap yang disebut Tajug.
Sama halnya bangunan Masjid memiliki tiga bagian yang sama dengan Bangunan Candi. Masjid memiliki bagian tersendiri yaitu Kaki, Badan, dan Mustaka. Sama halnya dengan bangunan Candi yang memiliki Kaki Candi yang di sebut Bhurloka, Badan Candi yang di sebut Bhufarloka, dan Atap Candi yang di sebut dengan Svarloka. Yang sama sama memiliki konsep ketuhanan. Tampak bahwa Bangunan Masjid ini memiliki elemen yang berada beda pada tiga bagian tersebut, termasuk candi juga memiliki elemen yang berbeda beda pada tiap bagian struktur bangunannya.
Arsitektur tradisional Masjid Agung Demak, memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1) Pondasi berbentuk persegi dan pejal (massive) yang agak tinggi
2) Tidak berdiri di atas panggung, tetapi diatas dasar yang padat
3) Mempunyai atap piramida yang meruncing ke atas, terdiri dari
tiga tingkat yang disebut tajug, dan diakhiri puncaknya dengan
mahkota atau mustaka.
4) Tajuk bagian puncak memiliki 4 penyangga yang di sebut sokop guru utama. Dalam setiap satu soko di ikuti 3 soko yang di sebut dengan soko pengapit. Jadi, jumlah soko pengapit tersebut ada 12 soko yang berada dalam satu ruangan utama.
5) Mempunyai tambahan ruangan di arah barat untuk mihrab
6) Mempunyai serambi / pendopo dengan Soko yang disebut soko pengarak
Ukiran ukiran yang terpahat pada bagian kerangka bangunan Masjid Agung Demak, mengadopsi relief dari bangunan candi dijawa tengahan. Sama halnya dengan konstruksi bangunan Masjidnya, Mengadopsi konstruksi bangunan candi di jawa tengahan.
Banyak karya leluhur nusantara yang diikut sertakan pada bangunan masjid. Bahkan tidak hanya pada bangunan Masjid Agung Demak saja. Diantaranya, bangunan Masjid Kudus dan Bangunan Masjid Kasepuhan di daerah Jogja dan solo atau surakarta.
Kenapa demikian .. ???
karena, dengan cara itulah leluhur meneruskan warisasannya kepada leluhur berikutnya hingga sampai kepada kita sekarang ini. Selanjutnya, bagai mana kita kita untuk menyingkapi, menjaga dan melestarikannya.
Warisan dan pesan yang berharga untuk kita
Dari leluhur Nusantara
|
Makam Sultan Raden Fattah, Sayyidin Panotogomo |
|
Typologi Nisan Demak Adipati Unus, Periode 1830 |
Nisan Typo Cirebon Periode 1700an
Cungkup Makam Sultan Trenggono
|
Nisan Typo Demak Cirebon Periode 1500an |
Komentar
Posting Komentar