RUMAH SINDER BELANDA, PERKEBUNAN KOPI BAWEN
Sektor Perkebunan di Indonesia meruapakan Sektor penting Devisa Negara. Salah satu perkebunan yang memberikan kotribusi terbesar adalah Perkebunan Kopi. Lokasi Geografis Indonesia memang sangat cocok untuk menanam tanaman kopi. Karena iklim mikro ideal untuk pertumbuhan dan produksi kopi. Bahkan hingga sampai saat ini, indonesia menempati peringkat keempat terbesar di dunia dari segi hasil kopinya. Kopi di Indonesia memiliki sejarah panjang dan berperan penting karena kontribusinya terhadap ekonomi negara.
Di kutip dari laman Luar Negeri ( menlu ), kopi pertama kali di perkenalkan di Nusantara oleh Belanda tepatnya pada era tanam paksa atau cultuurstelses seopi di tanam di wilayah sekitar kitar tahun 1830 - 1870 pasca perang Diponegoro atau De Java Oor Log. Awalnya tanaman di wilayah kekuasaan mereka di Batavia. Namun kemudian, kopi dengan cepat mengekpansi Produk kopi ke wilayah Jawa, Sumatera dan Sulawesi. Jenis kopiyang di kembangkan di Indonesia jenis Arabika dari Yaman. Sampai pada awal abad ke 20, perkebunan kopi di Indonesia mulai terserang hama, yang hampir memusnahkan tanaman kopi jenis arabika.
Akhirnya pemerintah Hindia Belanda memutuskan mengganti jenis kopi yaang lebih kuat agar terhindar dari serangan hama. Yaitu kopi Liberika dan Ekselsa. Namun tidak begitu lama, kedua jenis tanaman tersebut terserang hama, hingga pada akhirnya kopi Jenis Robusta pengganti kopi Liberika.
Perjalanan kita, kali ini akan berlanjut ke sebuah bangunan yang ada kaitannya dengan sumber mata air tuk bong. Yaitu, berupa bangunan penampungan air, dan bangunan Rumah Sinder.
Kita beritahu dulu tentang apa yang di maksud dengan sinder, mungkin dalam pemikiran, kenapa peranan sinder selalu ada dalam bidang perkebunan atau perhutani.
Sinder merupakan kata yang berasal dari bahasa Opziener atau Opzichter yaitu sebutan untuk petugas pemerintahan yang bekerja sebagai pengawas atau kepala area Hutan dan Perkebunan.
Oke kita lanjutkan perjalanan menuju ke bangunan penampungan air dan bangunan rumah sinder.
 |
Rumah Sinder Jejak Kolonialen
Desa Asinan, Kecamatan Bawen, Kabupaten Semarang termasuk dalam kategori perkebunan kopi yang memiliki sektor penting dalam mendapatkan Devisa Negara. Perkebunan tersebut tidak hanya mendominasi Desa Asinan saja, melainkan beberapa tetangga desa seperti, Desa Kandangan, Desa Manggis, Desa Balekambang, Desa Waren, Desa Mangkelang dan Desa Blondo. Jenis kopi yang di tanam adalah Robusta. Sejak masa pemerintahan Hindia Belanda sampai sekarang, perkebunan kopi di Kecamatan Bawen masih aktif dengan produksinya.
Makanya tidak heran, jika pemerintahan Hindia belanda mewariskan itu semua kepada Bangsa Indonesia, untuk diteruskan di kelola ntuk bisa memenuhi pasar Global Dunia. Bahkan tidak hanya perkebunan kopi saja yang di wariskan kepada bangsa ini. Berbagai aset bangunan infrastruktur seperti, bangunan jalan di perkebunan, untuk di di pergunakan sebagai mobilisasi pengangkutan hasil panen, masih aktif hingga sampai sekarang. Selain meninggalkan Infrastuktur jalan, Pemerintahan Hindia Belanda juga membangun Kantor Administrasi, termasuk rumah dinas sinder dan gudang pengolahan. Hingga sampai sekarang masih terlihat bentuk bangunannya.
Selainn rumah Sinder, Pemerintah Hindia belanda juga membagun Fasilitas seperti sumber mata air lengkap dengan tempat penampungannya. Untuk memenuhi kebutuhan sehari hari, bagi para pegawai dan pekerja perkebunan. Secara keseluruhan, bangunan bangunan tersebut masih berfungsi dengan semestinya hingga sampai sekarang. |
 |
Rumah Sinder Jejak Kolonial
Diantra bangunan yang berada di lingkup perkebunan kopi asinan, tinggalan kolonial ini, terbilang masih terawat dengan mempertahankan keasliannya. Sama halnya dengan bangunan rumah sinder ini. Menurut warga masyarakat desa asinan, Rumah Sinder Perkebunan tersebut sudah tidak di fungsikan lagi sebagai mana semestinya. Hanya saja tetap di rawat oleh pekerja. Makanya, bangunan tersebut terlihat bersih dan terjaga keasliannya.
Rumah sinder ini berada di dalam kawasan perkebunan kopi Desa Asinan bawen, keberadaan bangunan tersebut di tengah tengah perkebunan dan berdiri berdampingan dengan bangunan penampungan Air, berjarak kisaran 50 meter ke arah selatan di luar halaman rumah. Bangunan Rumah tersebut memiliki panjang kurang lebih 25 meter dan lebar 10 meter. Dan berdiri di atas Vondasi dengan penataan batu alam yang tidak berpola. Vondasi rumah tersebuti bangunan rumah jaman sekarang. Vondasi rumah tersebut lebih timbul dan sengaja di perlihatkan konstruksinya. Vondasi dengan konstruksi demikian, merupakan ciri kas konstruksi bangunan eropa.
 Rumah Sinder Jejak Kolonial
Seperti halnya dengan bangunan rumah pada umumnya dimasa itu. Bangunan Rumah sinder memiliki teras bagian depan, lebar teras tersebut separuh dari lebar luas bangunan keseluruhannya. Memiliki empat tiang penyangga atap teras tersebut. Dinding bagian depan memiliki bentuk yang khas dengan bangunan bangunan rumah di Eropa. Memiliki sudut membentuk segi enam yang di dalamnya merupakan ruangan penerimaan tamu. Terpasang kusen lengkap dengan dua daun pintu, yang berukuran lebar. Di antara pintu terdapat dua pasang kusen jendela lengkap dengan dua daunnya, Keberadaan jendela jendela tersebut di sisi kanan dan di sisi kiri Pintu Utaman. Di atas pintu utama, dan di atas kedua jendela tersebut, terdapatlubang berbentuk bujur sangkar, yang di fungsikan untuk keluar masuknya angin yang di sebut dengan fentilasa atau boven. Boven tersebut berjumlah 15 lubang dengan penenmpatan yang berbeda. Lima terpasang di atas pintu utama dan yng lima di antaranya terpasan pada bagian kedua jendela tersebut.
Deretan ruang penerimaan tamu, terdapat sebuah tempat yang berbentuk kamar, yang di duga tempat untuk istirahat keluarga sinder. Lengkap dengan superior berupa kusen lengkap dengan kedua daun jendela yang berukurn besar. |
 |
Rumah Sinder Jejak Kolonial
Terdapat satu kamar lagi, lebih tepatnya berada di belakang ruang penerimaan tamu. Kamar yang ke dua ini tidak jauh beda dengan bangunan ruang kamar istirahat keluarga sinder, memiliki ukuran yang sama. Hanya saja, Superior yang terdapat pada kamar yang kedua ini, berada di deretan dinding samping. Sama sama memiliki superior berupa kusen lengkap dengan dua daun jendelanya yang berukuran besar.
 Rumah Sinder Jejak Kolonial
Dengan dinding memanjang ke belakang, setiap ukuran yang sudah di tentukan, terdapat Boven atau fentilasi. Karena kita tidak bisa explore masuk ke dalam. Gambaran pada umumnya, boven atau ventilasi tersebut menunjukan bahwa, ada ruangan di balik dinding tersebut. Entah itu ruangan kamar, ruang keluarga, atau ruang makan keluarga, atau ruangan kamar untuk tamu.
Alasan kenapa bangunan kolonial sekelas arsitek eropa identik dengan superior yang sangat lebar dan besar. Misalnya seperti pasangan kusen beserta daun pintu utama, pasangan kusen dan daun pintu jendela. Alasannya hanya dua saja yaitu, supaya cahaya matahari pagi banyak yang masuk kedalam ruangan dan angin beas keluar masuk saling bergantian. Sehingga kesannya, bangunan rumah tersebut terlihat sederhana tapi mewah. |
Komentar
Posting Komentar