MAKAM SYECH SUDJONO ADA DUA TEMPAT, DI MANAKAH YANG ASLI
Komplek Makam Syech Sudjono Punden, Penawangan
Nabi Muhammad S.a.w, Sebagai Rosul-Nya, Yang Di utus untuk, menyampaikan pesan2nya kepada semua Umatnya di muka bumi, Semoga di yaumul qiamah kita termasuk Ahli safaatnya, AMIIN YAA ROBB...
Di sini saya menulis ringkasan cerita rakyat, yg saya kumpulkan dari beberapa narasumber sebagai Informasi dari tokoh Agama dan Masyarkat di, Dusun Punden, Desa Penawangan, Kecamatan Pringapus.
Yaitu Ilmu yang mempelajari tentang mensucikan Batin dengan Cahaya ma'rifat dan Taukhid kepada ALLOH Subkhanahuwata'ala, yang mana akan menghasilkan akhlaqul karimmah, Akhlaq ke hambaan yang sempurna menurut Sunnah yang sudah di sampaikan oleh Rosululloh Nabi Muhammad Sholallohu'alaihi Wasallam. Meninggalkan gemerlapnya keduniawian dan Mengutamakan Akhiratnya, mengajarkan dan membimbing masyarakat setempat yg masih menganut suatu kepercayaan, yang masih beranggapan bahwa roh nenek moyang masih bernaung atau bersemayam di dalam pohon besar mau pun yg berada di bebatuan besar. Mengajak dan memperkenalakan ajaran agama yg di bawa oleh keduanya, dan di yakini oleh para Waliulloh tersebut yaitu Agama Islam. Kedua Waliulloh mengajarkan juga membimbing mereka dengan penuh perhatian dan kesabaran. Di kenalkan juga Dalam mempelajari kitab dan amalan2 ahlusunnah waljama'ah dan mengajarkan kitap Al Qur'an dan Sunnah Rosul di tengah tengah lapisan Masyarakat.
Nama Awal Beliau Ki Ageng Munif sebelum mendapat Gelar atau Sebutan Syech Sudjono.
Berhubung dalam satu Padepokan ada dua guru, maka Ki Ageng Munif memilih menyebarkan agama islam di daerah timur desa Nyatnyono.
Di dapatinya Sebuah Desa dengan paradaban Yg sangat ramai, tepatnya di desa Gedanganak, akan Tetapi peradaban di desa gedanganak bisa di bilang masih sama dengan di desa nyatnyono, di mana Peradaban Itu masih saja berkeyakinan Hindu pada umumnya.
Kenapa saya menyebut peradaban di Gedanganak berkeyakinan hindu masa itu.
Karena di desa Gedanganak Krajan masih memiliki Situs cagar Budaya berupa sisa bangunan candi, dan gedanganak krajan berada tepat di sebelah utara makam Waliulloh Syech Dzakir, Berupa Yoni, Di Mana Yoni di jelaskan dalam Mitologi hindu sebagai trimurti, tiga dewa dalam keyakinan hindu kuno.
Mungkin Juga Situs itu sudah ada sebelum ke datangan Para wali di jawa, mungkin juga pengaruhnya masih kuat pada jaman para wali datang dan Syiar agama di setiap desa yg di sebutkan.
Awal mulanya sangat kesulitan untuk mengenalkan Ajaran baru bagi mereka penduduk Desa Gedanganak, Namun dengan ke pandaian beliau, di laluinya dengan pendekatan supaya bisa masuk di tengah tengah kalangan warga tersebut, secara pelan pelan dan penuh kesabaran, akhirnya beliau berhasil, masuk di kalangan lapisan masyarakat.
pernah mendirikan sebuah bangunan padepokan tempat mengajar ngaji dan menyebarkan agama Islam Di Gunung Sedrojog tepatnya.
Sekarang Menjadi Makam Waliulloh Syech Dzakir Murid Kanjeng Sunan Gunung Jati
Semua kalangan warga gedanganak, waktu itu menerima dengan baik, tentang ajaran yg di bawa oleh Ki Ageng Munif, hanya saja, cuma dua di antaranya yg mengikuti dan mau belajar keyakinan yang di bawa oleh beliau, Murid tersebut adalah Nyai Ageng Mursiah Dan Nyai Ageng Mintreng.
Dalam pengajaran agama, yg berlangsung beberapa waktu kemudian, ada yg mengganggu pikiran dan batin Ki Ageng Munif. Pikiran tidak tenang dan timbul rasa ke khawatiran yang begitu mendasar. Kekhawatiran terebut di karenakan takut akan adanya kecemburuan masyarakat pada kala itu, karena memiliki dua orang murid perempuan semua. Prasangka Kecemburuan, yang akan menimbulkan kemaksiatan, dan dugaan yang tidak di inginkan antara warga setempat dengan Ki Ageng Munif.
Sehingga kecemburuan itu di anugerahkan dari warga masyarakat kepada Ki Ageng Munif. Sehingga dari warga masyarakat setempat, Ki Ageng Munif mendapatkan gelar dengan sebutan Sudjono. Di ambil dari bahasa Jawa yang artinya Prasangka Cemburu atau Menjadikan kecemburuan sosial. Sampai sekarang, gelar tersebut di pakai menjadi Syech Sudjono. Hingga pada ujungnya, penyelesaian tentang penyebaran Islam di Desa Gedanganak.
Makam Syech Sudjono Beserta Sahabatnya.
Makam Kedua sahabat Syech Sudjono belum ada yang mengetahui nama ke duanya, Bahkan Sesepuh punden Penawangan dan sesepuh Secang Penawann tidak ada yg tau Nama nama tersebut.
Untuk melanjutkan pengembaraan, Syech Sudjono meninggalkan desa gedanganak dan mengembara ke desa lainya. Pengembaraan untuk pengembangan ajaran agama ke wilayah timur, yang di tuju sudah barang tentu padat penduduknya, dan masih tergolong memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme, untuk di kenalkan pada keyakinan yang di Imaninya.
Perjalanan Syech Sudjono untuk pergi ke arah timur, Sudah barang tentu meminta ijin kepada Wali Khasan Munadi untuk hijrah melebarkan sayap dalam Pengembangan Ajaran islam, Dengan berjalan kaki, Meniti kemana langkah menuju, mengikuti pandangan mata yg tertuju, sampailah di sebuah desa paling pojok, arah mata angin tenggara jika berposisi dengan desa Nyatnyono. Tempat yang di kunjunginya adalah Desa Penawangan. Dimana Suatu desa masih tergolong mempunyai keyakinan masih lama, dan belum kenal dengan keyakinan yang baru.
![]() |
Makam Syech Sudjono Dan Ke dua Sahabatnya. |
Namun Sepengetahuan Mbah Khasan Munadi bahwa, desa ujung timur itu susah atau kesulitan dalam mencari Air, di karenakan lahan tanah yang tandus dan banyaknya material bebatuan dan di duga sulitnya akan kemunculan mata air. Akan tetapi, dengan tekadnya Syech Sudjono tetap melanjutkan pengembaraan menuju ke desa ujung timur, dan di temui sebuah desa yang padat akan penduduknya, desa penawangan yg menjadi lahan Syiar islam.
sepeninggalan Syech Sudjono dari Gedanganak, yang berpindah tempat untuk menyebarkan agama Islam, sehingga di lanjutkan oleh ke dua murid perempuannya, yg pertama kali masuk dan belajar agama Islam. Kedua muridnya tersebut diantara Nyai Ageng Mursiah, yang sekarang menjadi Pepunden atau Sesepuh yang bubat yoso desa pertama kali.
sedangkan Nyai Ageng Mintreng tidak di ketahui tapak tilasnya sampai sekarang.
Sesampainya di wilayah padat penduduk, ternyata tidak sesuai
dengan apa yang di harapkan oleh Syech Sudjono. Banyaknya dan timbulnya penolakan penolakan oleh penduduk setempat. Bahkan di lakukan pengusiran, yang di lakukan masyarakat kepada Syech Sudjono, karena penduduk setempat melihatnya agak aneh, dan jarang sekali, bahkan belum pernah menemukan atau berjumpa dengan seseorang yg berbusana seperti itu, dalam jari jemarinya seperti menghitung sebuah benda berbentuk bulatan kecil dan panjang, secara berputar tanpa hentinya. Dengan sabar beliau mencoba melakukan pendekatan, ramah tamah, pengenalan diri, lalu mendekati perlahan lahan, dan mulai pendekatan dengan beberapa orang, termasuk kepala dukuh tersebut.
Lambat laun fikirannya teringat, dan benar yg di ucapkan Mbah Khasan Munadi, ternyata daerah penawangan susah akan adanya sumber mata air. Sehingga Syech Sudjono melaporkan kondisi desa penawangan kepada Wali Kahsan Munadi, tentang kondisi sebenarnya, bagai mana dan seperti apa tanah di Penawangan ini.
Setelah mendapatkan pengaduan dari Syech Sudjono, Wali Khasan Munadi pun mengambil tindakan, bagai mana caranya Penawangan bisa mendapatkan aliran air yang di butuhkan dalam kesehariannya. Sungguh kejadian yg di luar penalaran kita, Wali khasan munadi mengirim air ke desa penawangan melalui tumbuhan Gadung Wulung.
Mitos cerita lain dari Gadung wulung.
kaitanya :
.Sendang tetes
.sendang pamenang
.sendang sari drono
.sendang kalimah toyyibah
![]() |
Sendang Tretes |
![]() |
Sendang Tretes |
![]() |
Sendang Tretes |
1. Sendang Amanah Gunung Suralaya
2. Sendang Kalimah Toyyibah, desa Nyatnyono
3. Sendang Tretes di Dusun Punden, Desa Penawangan
Tetapi semua itu bukan karena sendang tersebut yg memiliki ke istimewaan, semua itu karena kehendak yang Maha Kuasa atas segala galanya. Kita sebagai umat hanya di suruh menjaganya dan jangan di keramatkan.
Makam Syech Sudjono di Kunjungi oleh orang orang di daerah luar penawangan, Melainkan dari luar kecamatan Pringapus juga, mereka datang untuk tawasul dan Bermujahadah di maqom beliau, Dalam pemilihan waktu yang tepat adalah malam Jum'at pon dalam itungan hari, tutur kata dari sesepuh desa punden dan secang penawangan.
Prosesi acara Nyaderan di Komplek maqom, Nyaderan di Sini tidak menggunakan hitungan Tanggal atau bulan sebagai patokan, di mana biasanya di tentukan oleh masyarakat pada umumnya.
Hasil masakan tersebut, Simbul rasa bersyukurnya warga Penawangan ke pada Alloh Subkhanahuwata'ala, atas limpahan Rizqi yg si turunkan Di tengah tengah lapisan masyarakat.
Banyak warga yg bercerita, Bahwa sesungguhnya Syech Sudjono itu seorang tokoh Ulama besar, Yg meneladani ilmu Tasyawuf dan Meneladani bidang Pertanian.
Sekian Penyajian Kisah dari Cerita rakyat yang saya dengarkan pada tahun 2018 yang lalu. Saat pertama kali blusukan atau Ziara ke Komplek Makam Syech Sudjono.
![]() |
Komplek Makam Syech Sudjono |
![]() |
Acara Nyaderan Di makam punden penawangan. |
![]() |
Acara Nyaderan Di makam punden penawangan. |
![]() |
Acara Nyaderan Di makam punden penawangan |
![]() |
Acara Nyaderan Di makam punden penawangan |
![]() |
Acara Nyaderan Di makam punden penawangan |
![]() |
Acara Nyaderan Di makam punden penawangan |
MAKAM SYECH SUDJONO ADA DUA TEMPAT, MANAKAH YANG ASLI
Dengan menyebut asma Alloh yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang
Komentar
Posting Komentar