MAKAM SYECH SUDJONO ADA DUA TEMPAT, DI MANAKAH YANG ASLI

 Komplek Makam Syech Sudjono Punden, Penawangan

Nabi Muhammad S.a.w, Sebagai Rosul-Nya, Yang Di utus untuk, menyampaikan pesan2nya kepada semua Umatnya di muka bumi, Semoga di yaumul qiamah kita termasuk Ahli safaatnya, AMIIN YAA ROBB...

Di sini saya menulis ringkasan cerita rakyat, yg saya kumpulkan dari beberapa narasumber sebagai Informasi dari tokoh Agama dan Masyarkat di, Dusun Punden, Desa Penawangan, Kecamatan Pringapus.


Makam Syech Sudjono Dan ke dua Sahabatnya
Gapura Komplek makam

Pintu Menuju ke komplek makam Syech Sudjono Dan ke dua Sahabatnya

In Action

 
Pak Modin Eko pananta, Juru Kunci atau pakuncen Mbah Sarpin dan Kadus Bapak Sugiarno

Mbah Padji Pakuncen ( Punden )

Pakuncen Mbah Paji dari Punden

Ki Ageng Munif atau Waliulloh Raden Sudjono.

Belum Di ketahui asal usul beliau dari mana asalnya, Saat mencari informasi kepada semua narasumber, belum ada yg tau beliau dari mana. Hanya saja, ada yang menceritakan tentang sisi kehidupan Beliau.

Pada masa kejayaan Kasultanan Demak yg di pimpin oleh sultan atau Raja pertama Raden Fattah pada tahun 1475, Ki Ageng Munif atau Syech Sudjono, beliau adalah sahabat dari Waliulloh Hasan Munadi atau di sebut Mbah Khasan Munadi yang makamnya berada di Desa Nyatnyono. Beliau berdua mengembara untuk Menyebarkan keyakinan yg di bawanya, yaitu muslim. Kususnya di Desa Nyatnyono, Ungaran dan sekitarnya. Bersama keduanya pernah tinggal di nyatnyono dan mendirikan suatu padepokan atau tempat untuk mempelajari ilmu keagamaan dan Tasyawuf.

Yaitu Ilmu yang mempelajari tentang mensucikan Batin dengan Cahaya ma'rifat dan Taukhid kepada ALLOH Subkhanahuwata'ala, yang mana akan menghasilkan akhlaqul karimmah, Akhlaq ke hambaan  yang sempurna menurut Sunnah yang sudah di sampaikan oleh Rosululloh Nabi Muhammad Sholallohu'alaihi Wasallam. Meninggalkan gemerlapnya keduniawian dan Mengutamakan Akhiratnya, mengajarkan dan membimbing masyarakat setempat yg masih menganut suatu kepercayaan, yang masih beranggapan bahwa roh nenek moyang masih bernaung atau bersemayam di dalam pohon besar mau pun yg berada di bebatuan besar. Mengajak dan memperkenalakan ajaran agama yg di bawa oleh keduanya, dan di yakini oleh para Waliulloh tersebut yaitu Agama Islam. Kedua Waliulloh mengajarkan juga membimbing mereka dengan penuh perhatian dan kesabaran. Di kenalkan juga Dalam mempelajari kitab dan amalan2 ahlusunnah waljama'ah dan mengajarkan kitap Al Qur'an dan Sunnah Rosul di tengah tengah lapisan Masyarakat.


Awal mula pengembaraan Syech sudjono


Nama Awal Beliau Ki Ageng Munif sebelum mendapat Gelar atau Sebutan Syech Sudjono.

Berhubung dalam satu Padepokan ada dua guru, maka Ki Ageng Munif memilih menyebarkan agama islam di daerah timur desa Nyatnyono.
Di dapatinya Sebuah Desa dengan paradaban Yg sangat ramai, tepatnya di desa Gedanganak, akan Tetapi peradaban di desa gedanganak bisa di bilang masih sama dengan di desa nyatnyono, di mana Peradaban Itu masih saja berkeyakinan Hindu pada umumnya.

Kenapa saya menyebut peradaban di Gedanganak berkeyakinan hindu masa itu.

Karena di desa Gedanganak Krajan masih memiliki Situs cagar Budaya berupa sisa bangunan candi, dan gedanganak krajan berada tepat di sebelah utara makam Waliulloh Syech Dzakir, Berupa Yoni, Di Mana Yoni di jelaskan dalam Mitologi hindu sebagai trimurti, tiga dewa dalam keyakinan hindu kuno.

Dewa Siwa di lambangkan sebagai lingga.
Dewa Wisnu Dan Dewa Brahma di lambangkan sebagai Yoni.
Mungkin Juga Situs itu sudah ada sebelum ke datangan Para wali di jawa, mungkin juga pengaruhnya masih kuat pada jaman para wali datang dan Syiar agama di setiap desa yg di sebutkan.

Awal mulanya sangat kesulitan untuk mengenalkan Ajaran baru bagi mereka penduduk Desa Gedanganak, Namun dengan ke pandaian beliau, di laluinya dengan pendekatan supaya bisa masuk di tengah tengah kalangan warga tersebut, secara pelan pelan dan penuh kesabaran, akhirnya beliau berhasil, masuk di kalangan lapisan masyarakat.

pernah mendirikan sebuah bangunan padepokan tempat mengajar ngaji dan menyebarkan agama Islam Di Gunung Sedrojog tepatnya.

Sekarang Menjadi Makam Waliulloh Syech Dzakir Murid Kanjeng Sunan Gunung Jati

Semua kalangan warga gedanganak, waktu itu menerima dengan baik, tentang ajaran yg di bawa oleh Ki Ageng Munif, hanya saja, cuma dua di antaranya yg mengikuti dan mau belajar keyakinan yang di bawa oleh beliau, Murid tersebut adalah Nyai Ageng Mursiah Dan Nyai Ageng Mintreng.

Dalam pengajaran agama, yg berlangsung beberapa waktu kemudian, ada yg mengganggu pikiran dan batin Ki Ageng Munif. Pikiran tidak tenang dan timbul rasa ke khawatiran yang begitu mendasar. Kekhawatiran terebut di karenakan takut akan adanya kecemburuan masyarakat pada kala itu, karena memiliki dua orang murid perempuan semua. Prasangka Kecemburuan, yang akan menimbulkan kemaksiatan, dan dugaan yang tidak di inginkan antara warga setempat dengan Ki Ageng Munif.

Sehingga kecemburuan itu di anugerahkan dari warga masyarakat kepada Ki Ageng Munif. Sehingga dari warga masyarakat setempat, Ki Ageng Munif mendapatkan gelar dengan sebutan Sudjono. D
i ambil dari bahasa Jawa yang artinya Prasangka Cemburu atau Menjadikan kecemburuan sosial. Sampai sekarang, gelar tersebut di pakai menjadi Syech Sudjono. Hingga pada ujungnya, penyelesaian tentang penyebaran Islam di Desa Gedanganak.

                  Makam Syech Sudjono Beserta Sahabatnya.

Makam Kedua sahabat Syech Sudjono belum ada yang mengetahui nama ke duanya, Bahkan Sesepuh punden Penawangan dan sesepuh Secang Penawann tidak ada yg tau Nama nama tersebut.

Untuk melanjutkan pengembaraan, Syech Sudjono meninggalkan desa gedanganak dan mengembara ke desa lainya. Pengembaraan untuk pengembangan ajaran agama ke wilayah timur, yang di tuju sudah barang tentu padat penduduknya, dan masih tergolong memiliki kepercayaan animisme dan dinamisme, untuk di kenalkan pada keyakinan yang di Imaninya.

Perjalanan Syech Sudjono untuk pergi ke arah timur, Sudah barang tentu meminta ijin kepada Wali Khasan Munadi untuk hijrah melebarkan sayap dalam Pengembangan Ajaran islam, Dengan berjalan kaki, Meniti kemana langkah menuju, mengikuti pandangan mata yg tertuju, sampailah di sebuah desa paling pojok, arah mata angin tenggara jika berposisi dengan desa Nyatnyono. Tempat yang di kunjunginya adalah Desa Penawangan. Dimana Suatu desa masih tergolong mempunyai keyakinan masih lama, dan belum kenal dengan keyakinan yang baru.

Makam Syech Sudjono dan ke dua Sahabatnya

Makam Syech Sudjono Dan Ke dua Sahabatnya.

Namun Sepengetahuan Mbah Khasan Munadi bahwa, desa ujung timur itu susah atau kesulitan dalam mencari Air, di karenakan lahan tanah yang tandus dan banyaknya material bebatuan dan di duga sulitnya akan kemunculan mata air. Akan tetapi, dengan tekadnya Syech Sudjono tetap melanjutkan pengembaraan menuju ke desa ujung timur, dan di temui sebuah desa yang padat akan penduduknya, desa penawangan yg menjadi lahan Syiar islam.

sepeninggalan Syech Sudjono dari Gedanganak, yang berpindah tempat untuk menyebarkan agama Islam, sehingga di lanjutkan oleh ke dua murid perempuannya, yg pertama kali masuk dan belajar agama Islam. Kedua muridnya tersebut diantara Nyai Ageng Mursiah, yang sekarang menjadi Pepunden atau Sesepuh yang bubat yoso desa pertama kali. 
sedangkan Nyai Ageng Mintreng tidak di ketahui tapak tilasnya sampai sekarang.

Sesampainya di wilayah padat penduduk, ternyata tidak sesuai
dengan apa yang di harapkan oleh Syech Sudjono. Banyaknya dan timbulnya penolakan penolakan oleh penduduk setempat. Bahkan di lakukan pengusiran, yang di lakukan masyarakat kepada Syech Sudjono, karena penduduk setempat melihatnya agak aneh, dan jarang sekali, bahkan belum pernah menemukan atau berjumpa dengan seseorang yg berbusana seperti itu, dalam jari jemarinya seperti menghitung sebuah benda berbentuk bulatan kecil dan panjang, secara berputar tanpa hentinya. Dengan sabar beliau mencoba melakukan pendekatan, ramah tamah, pengenalan diri, lalu mendekati perlahan lahan, dan mulai pendekatan dengan beberapa orang, termasuk kepala dukuh tersebut.

Bahkan Syech sudjono pun mengikuti cara kehidupan dan aturan desa tersebut dalam kesehariannya, tentunya beliau tidak meninggalkan Syariatnya. Mungkin itu strategi dalam meyesuaikan diri kepada masyarakat penawangan pada zaman itu. Dan pada akhirjalannya waktu, penduduk mulai perlahan lahan menerima Syech Sudjono dan Mau di kenalkan dengan keyakinan baru yg di bawanya. Kehidupan semakin berubah, Semenjak Syech Sudjono Tinggal Di antara tengah tengah masyarakat Penawangan. Semakin banyak yg mengikuti keyakinan baru itu. Dan bertambah banyak Santri yang datang berguru kepada beliau. Pada akhirnya, Masyarakat memberikan sebidang tanah yang di wakafkan, untuk mendirikan suatu bangunan berupa padepokan di lingkungan tersebut, yg di peruntukan dalam kegiatan bimbingan belajar dan mengajar tuntunan agama Islam.

Lambat laun fikirannya teringat, dan benar yg di ucapkan Mbah Khasan Munadi, ternyata daerah penawangan susah akan adanya sumber mata air. Sehingga Syech Sudjono melaporkan kondisi desa penawangan  kepada Wali Kahsan Munadi, tentang kondisi sebenarnya, bagai mana dan seperti apa tanah di Penawangan ini.

Setelah mendapatkan pengaduan dari Syech Sudjono, Wali Khasan Munadi pun mengambil tindakan, bagai mana caranya Penawangan bisa mendapatkan aliran air yang di butuhkan dalam kesehariannya. Sungguh kejadian yg di luar penalaran kita, Wali khasan munadi mengirim air ke desa penawangan melalui tumbuhan Gadung Wulung.

Mitos cerita lain dari Gadung wulung.

Tumbuhan Gadung Wulung mempunyai manfaat untuk tanaman jenis tembakau. Semisal satu perbukitan di tanami jenis tembakau yang hasilnya kurang enak atau kurang nikmat di kalangan perokok, dengan di tanamnya Gadung wulung di atas bukit. Maka, tanaman tembakau sepenuh bukit itu akan menjadi, terasa enak dan nikmat.

kaitanya :

.Sendang tetes
.sendang pamenang
.sendang sari drono
.sendang kalimah toyyibah


Sendang Tretes
                                        

Sendang Tretes


Sendang Tretes

Desa Punden Penawangan.

Sendang yang berada di sisi Sebelah timur Punden Penawangan, Lebih tepatnya berada di sebelah timur laut makam Syech sudjono, berjarak sekitar 500 meter dari Maqom.

Desa penawangan menjadi subur dan makmur,di tambahkan dengan warga masyarakatnya rajin beribadah dan bercocok tanam seperti persawahan dan perkebunan, hingga sampai sekarang ini.

Asal Muasal Cerita terjadinya sendang tretes, mungkin juga lebih dari satu, kalau mengupas kisah cerita sendang tersebut.

Dan yang saya ketahui cuma dua saja itupun dari ke empat narasumber yang berbeda tapi isinya sama.

Aliran air sendang tretes dulu sangat deras debit yang di keluarkan, sama seperti halnya sendang pancuran pada umumnya.

Jin kafir saat itu mempunyai rencana menggagalkan pertumbuhan penyebaran agama Islam yang di lakukan oleh Syech Sudjono di desa tersebut. Yaitu, dengan memutuskan aliran air dari desa Nyatnyono ke desa Penawangan. Kenapa demikian, bangsa jin mempunyai alasan tersdndiri. Kalau pertumbuhan agama di desa penawangan ini sangat pesat, bagai mana nasib anak cucu dari bangsa kami, pastinya tidak akan mendapatkan perhatian lagi, karena ritual sesembahan, seperti sesaji yg di persembahkan kepada kami, hilang dan tidak akan ada lagi. dengan berbagai segala macam upaya, bangsa jin ingin menggagalkan niat mulia Syech Sudjono, yang mempunyai tujuan, memperbesar ajaran agama Islam di tanah penawangan itu.

Berbagai macam cara sudah di lakukan bangsa jin, namun tetap tidak menemui hasilnya. Dan dengan waktu bersamaan, Syech Sudjono pun mengetahui upaya tersebut, yg di lakukan Syech Sudjono dengan para penduduk desa itu hanya satu, percaya dan meminta perlindungan dari yang maha kuasa yaitu Gusti Alloh Ta'ala, dari berbagai macam jenis cobaan yang bersumber dari mana ddan siapa saja. Untuk mensiasati hal itu, bangsa Jin pun tidak kurang akal..

Dengan cara, di putusnya aliran air dari nyatnyono yang menuju penawangan itu. Di sinyalir bahwa, sendang yang tepat berada di sebelah dusun Pundungputih, menurut Carita rakyat, bekas potongan aliran yang bermedia Gadung Wulung Terebut, tilasnya berada di  sendang tersebut.

Syech Sudjono beserta para pengikutnya semakin rajin beribadah dan bekerja bercocok tanam. Karena yg di fikirkan Syech Sudjono beserta pengikutnya. Kalau cuma masalah air yang jadi kendala, bagi kami, ibadah dan bercocok tanam kami tidak jadi masalah atau tidak kami permasalahkan. Karena kami punya Alloh Subkhanahuwata'ala, yg maha pemurah dan maha penyayang, yang menguasai seluruh jagad alam raya seisinya. Dan semenjak itu sendang tersebut tidak mengalir deras lagi, Melainkan sendang tersebut tetap mengeluarkan air namun hanya menetes.

Dan akhirnya sendang itu di beri nama oleh warga sebagai Sendang Tretes atau Sumur tretes.

Sendang Tretes Atau sumur Tretes


1. Sendang Amanah Gunung Suralaya
2. Sendang Kalimah Toyyibah, desa Nyatnyono
3. Sendang Tretes di Dusun Punden, Desa Penawangan
Tetapi semua itu bukan karena sendang tersebut yg memiliki ke istimewaan, semua itu karena kehendak yang Maha Kuasa atas segala galanya. Kita sebagai umat hanya di suruh menjaganya dan jangan di keramatkan.

Makam Syech Sudjono di Kunjungi oleh orang orang di daerah luar penawangan, Melainkan dari luar kecamatan Pringapus juga, mereka datang untuk tawasul dan Bermujahadah di maqom beliau, Dalam pemilihan waktu yang tepat adalah malam Jum'at pon dalam itungan hari, tutur kata dari sesepuh desa punden dan secang penawangan.

 Prosesi acara Nyaderan di Komplek maqom, Nyaderan di Sini tidak menggunakan hitungan Tanggal atau bulan sebagai patokan, di mana biasanya di tentukan oleh masyarakat pada umumnya.

Hanya saja jika sudah saatnya musim tanam  Laboh dalam bahasa jawa Jawa, Maka acara Nyaderan akan di laksanakan, di tempat tempat lain pada umumnya, acara Nyaderan terjadi hanaya Satu tahun sekali, namun di Pundwn penawangan, satu tahun Bosa terjadi selama tiga kali, Itu pun dengan menggunakan itungan Yg tepat atau menentukan masa tanam.

Hasil masakan tersebut, Simbul rasa bersyukurnya warga Penawangan ke pada Alloh Subkhanahuwata'ala, atas limpahan Rizqi yg si turunkan Di tengah tengah lapisan masyarakat.

Hasil masakan tersebut, Simbul rasa bersyukurnya warga Penawangan ke pada Alloh Subkhanahuwata'ala, atas limpahan Rizqi yg si turunkan Di tengah tengah lapisan masyarakat.

Banyak warga yg bercerita, Bahwa sesungguhnya Syech Sudjono itu seorang tokoh Ulama besar, Yg meneladani ilmu Tasyawuf dan Meneladani bidang Pertanian.

Banyak kisah sejarah yg tumbuh pada suatu daera, dan berusaha untuk menceritakan Siapa sebenarnya Tokoh sesepuh yg membuka lahan pertama kali di desa Babat Alas Desa atau yang bahu rekso desa tersebut.

Dengan harapan, Supaya tidak luntur atau hilang nilai historysnya.
Kisah yg menarik, Pada umumnya di kisahkan tetang keteladanannya, kearifan dan kebijaksanaanya Tokoh tokoh tersebut.

Benar dan tidaknya, ini hanya sebuah cerita rakyat, tidak berdasarkan sedjarah aslinya, Melainkan hanya cerita singkat dari teladanan Syeh Sudjono, informasi dari tokoh masyarakat dan dindukung oleh masyarakat penawangan.

Maqom Syech Sudjono Di adakan pengajian setiap selapan sekali 38 hari, di adakan pengajian dan tawasul berjama'ah

Sekian Penyajian Kisah dari Cerita rakyat yang saya dengarkan pada tahun 2018 yang lalu. Saat pertama kali blusukan atau Ziara ke Komplek Makam Syech Sudjono.

Komplek Makam Syech Sudjono

Acara Nyaderan Di makam punden penawangan.
                                        
Acara Nyaderan Di makam punden penawangan.

Acara Nyaderan Di makam punden penawangan
                                 
Acara Nyaderan Di makam punden penawangan
                                       
Acara Nyaderan Di makam punden penawangan
                              
Acara Nyaderan Di makam punden penawangan
                                    



Jika acara Tawasul sudah selesai maka,  Acara Makan bersama akan di lakukan di halaman komplek makam

               .                


             

MAKAM SYECH SUDJONO ADA DUA TEMPAT, MANAKAH YANG ASLI

Dengan menyebut asma Alloh yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang














Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI