STASIUN BEDONO

 Bangunan Megah Yang Tersembunyi

Pada abad ke 19, kapitalisme di negeri Belada berkembang pesat. Yang akhirnya mempengaruhi pula di tanah jajahannya Indonesia. Adanya perubahan politik dan perekonomian yang terjadi di indonesia adalah atas dorongan dari kaum industri dan kapitalis yang ada pada waktu itu berkuasa di parlement belanda. Hal ini membawa pengaruh bagi Indonesia yakni, di terapkan politik Liberal yang di tandai dengan dikeluarkannya undang undang agraria dan undang undang gula pada tahun 1870.

Penerapan undang undang ini membawa pengaruh masuknya pemerintah liberal di Indonesia, dimana kegiatan ekonomi mengalami perkembangan pesat, terutama perkebunan dan pertambangan. Maka, pemerintah belanda telah membangun berbagai prasarana, sebagai alat trasportasi yang salah satunya yaitu membangun jaringan jalur kereta api Sumb Kartodirjo tahun 1987 : Halaman 360

Sejarah perkeretaapian Indonesia di mulai dari pembangunan rel pertama semarang ke tanggung. Pada tanggal 17 juni 1864 desa kemijen semarang. Pembangunan rel kereta api pertama di Indonesia sebagian besar di lakukan oleh perusahaan perusahaan swasta. Akan tetapi, pemerintah juga membangun untuk pertama kalinya jalur surabaya, pasuruan, malang.. Pada tahun 1879 sumb kutipan : santoso : halaman 3.

Usulan mengenahi pembangunan jalur rel kereta api di lontarkan oleh Jenderel John Van der Wijk dan mendapat dukungan dari J Trom, seorang Insinyur kepala bagian pengairan dan bangunan. Pada tahun 1860 Raja Willem III memerintahkan Menteri urusan jajahan T.J Stilcjes untuk mengadakan penelitian. Atas penelitian yang di lakukannya T.J Stilcjes menyarankan supaya membangun rel ungaran ke salatiga. Lalu, sebuah perusahaan swasta Netherland Indhisce Spoorweg Maatschapij ( NISM ) memulai pembangunan jalur kereta api mulai dari desa kemijen semarang pada tnggal 17 juni 1864. Enam tahun kemudian kereta api yang pertama melaju pada tanggal 10 Agustus 1874 jalur kereta api sudah sampai di Yogyakarta. Untuk kantor pusat NISM menggunakan gedung lawang sewu kutipan Santoso 1983 : halaman 5.

Semarang di pilih sebagai awal pembangunan rel kereta api, sebab kota ini mempunyai peranan penting bagi kolonial hindia belanda. Selain sebagai pusat administrasi, semarang juga di jadikan pusat perdagangan gula yang saat itu menjadi komudits utama. Perkembangan perkereta apian di semarang sangat pesat. Bahkan bisa di katakan semarang sebagai pusat perkembangan perkeretaapian. Setidaknya ada 6 stasiun di kota semarang yaitu, Kemijen, Stasiun Jurnatan, Stasiun Jomblang, Stasiun Pendikran, Stasiun Tawang dan Stasiun Poncol.

Stasiun Tawang dan Stasiun Poncol di bangun pada tahun 1914 dan masih berfungsi hingga saat ini. Stasiun tawang di bangun oleh NISM dan di resmikan pada tahun 1914. Pada tahun yang sama, Cirebon - Stroomtram Maatschappij( SCS ) juga menyelesaikan pembangunan stasiun barunya. Dalam perjalanan sejarahnya di stasiun poncol ini terjadi pemberontakan berupa mogok kerja para buruh kereta api. Namun aksi mogok kerja pada tahun 1920 ini dapat di redakan. kutipan Inglesson 2004 hal : 48

Sumber dari literasi sejarah penelitian Yuni Ratnawati

Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Semarang.   

Jika kemarin kita sudah membahas tentang kondisi bangunan stasiun gemawang, tentang kondisi jalur rel yang terputus, hingga mengulas keberadaan terowongan aliran sungai yang berada di bawah jalur rel. Kali ini saya akan mengulas tentang bangunan stasiun yang berada di desa bedono, kecamatan Jambu, Kabupaten Semarang. Satsiun yang di banguan di atas tanah yang luas. yang di bangun pada masa pemerintahan hindia belanda. Berdirinya Stasiun ini, berada sebelum stasiun gemawang dan berada sesudah stasiun jambu. Sama sama satu jalur dari rute Stasiun Willem I menuju Jogjakarta. Jika menurut saya pribadi, bangunan ini sangat megah di masanya dan tersembunyi untuk masa sekarang. Mungkin, sebagian besar masyarakat di Jawa Tengah, khususnya Kabupaten Semarang, belum banyak yang tau tentang kokohnya Bangunan tinggalan belanda ini.

Letaknya sangat strategis, menurut beberapa sumber, stasiun ini dibangun di atas kontur tanah yang berbukitan. Dengan ketinggian 711 mdpl di atas permukaan air laut. Ciri kas jalur perbukitan yang berkelok dan menembus hutan. Dengan Struktural tanam yang berbentuk teras siring. Berupa tanaman kopi jenis Robusta, yang menghiasi perbukitan. Keseragaman tanaman tersebut, menambah pemandangan semakin sempurna, dan tidak membosankan.

Stasiun Bedono, Napak dari  halaman Luar

Pada tahun 1862, Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Baron Sloet Van Den Beele, mengabulkan permohonan perusahaan kereta api Nederlandsch-Indische Spoorweg maatschappij (NIS) untuk membangunan jalur kereta api rute Semarang – Kedung Jati – Solo – Yogyakarta termasuk jalur cabangnya yaitu rute Kedungjati – Ambarawa – Secang – Magelang untuk kepentingan militer. Jalur kereta api rute Semarang – Kedung Jati – Solo – Yogyakarta selesai dibangun dengan susah payah dan beroperasi pada tanggal 10 Juni 1872, termasuk rute cabang Kedungjati – Ambarawa selesai pada tahun 1873. Seluruh jalur kereta api tersebut menggunakan lebar 1435 milimeter.

Stasiun Bedono Nampak dari Halaman dalam

Khusus untuk rute Ambarawa – Secang – Magelang menggunakan lebar 1067 milimeter karena pembangunan jalur kereta api melewati daerah perbukitan dan untuk menekan biaya pembangunan agar tidak terlalu mahal. Lebar rel 1067 milimeter ini kemudian ditetapkan pemerintah Hindia Belanda sebagai lebar rel yang lebih sesuai untuk topografi Indonesia yang berbukit. NIS melanjutkan pembangunan jalur kereta api dari Ambarawa ke Secang (termasuk rel bergerigi rute Jambu-Bedono-Gemawang sepanjang hampir 6.5 kilometer) dan resmi beroperasi pada tanggal 1 Februari 1905.

Stasiun Bedono Nampak dari Halaman dalam

Rute Kereta Api dari Jambu menuju Gemawang harus melewati bukit yang terjal (kemiringan 65 derajat) dan mendaki, oleh karena itu untuk menghemat biaya, dibangunlah rel bergerigi dan pada tahun 1902, NIS membeli lokomotif uap khusus yang memiliki roda gigi yaitu seri B25. Fungsi rel bergerigi ini adalah untuk menahan agar lokomotif uap B25 agar tidak mengalami kesulitan menanjaki jalur tersebut. Rel bergerigi diletakkan di tengah-tengah rel.

Sementara roda gigi yang ada di lokomotif B25 bertugas mengait rel bergerigi yang ada dibawahnya. Jika tidak ada roda gigi ini, kereta api tidak akan bisa menanjak. Tanpa gigi, sebuah lokomotif uap hanya bisa mendaki dengan kecuraman 5% artinya kenaikan 5 meter setiap jarak horisontal 100 meter, itupun akan menanjak dengan penuh kesulitan. Penggunaan roda gigi memungkinkan kecuraman 65 derajad dapat dilalui meskipun dengan kecepatan rendah 10 km/jam. Pada saat menurun, maka roda gigi berfungsi untuk menahan kecepatan kereta api.

Konstruksi rel bergerigi


Konstruksi rel bergerigi

Rel rel baja yang dulu pernah di lintasi oleh lokomotif uap, masih terbentang di emplasemen Stasiun.  lebar rel yang di pilih adalah 1067mm, menyesuaikan dengan kondisi medan jalur kereta Ambarawa - Secang berupa wilayah perbukitan sehingga jalur kerta harus di buat berkelok kelok, Supaya laju kereta mudah mengikuti jalurnya, maka ukuran rel diperkecil.

Konstruksi rel bergerigi

Jalur tersebut melalui pegunungan dan terdapat lereng yang kemiringannya lumayan curam di daerah pingit, sehingga cukup berbahaya bagi kereta api biasa. Suatu terobosan akhir dibuat dengan melengkapi jalur bergerigi yang menuju ke arah bedono. Jalur tersebut hanya dapat melintas oleh lokomotif khusus buatan Pabrik Eslingen Jerman, yang memiliki roda gigi untuk mencekeram rel bergerigi. Jalur Kereta api Jambu - Bedono - Gemawang adalah jalur bergerigi pertama kali di jawa, yang di sebutkan oleh De Locomotief tanggal 27 September 1904

Rel bergerigi di Indonesia yang masih aktif saat ini dapat dijumpai di Ambarawa (Jawa Tengah) dan Sawahlunto (Sumatera Barat) yang dimanfaatkan sebagai jalur kereta wisata.

Bangunan Lobi atau teras Bagian dalam


Bangunan Lobi atau teras Bagian dalam

Pada tanggal 29 januari 1905, stasiun bedono menjadi saksi kemmeriah perayaan pembuka jalur kereta baru yang menghubungan secang ke ambarawa. Hampir semua tamu undangan tidak melewatkan kesempatan bersejarah itu. Rangkaian kereta berhias yang mengangkut pemangku kepentingan dari magelang dan semarang dipertamukan di stasiun bedono sesuai dengan jadwal yang di tentukan, yakni pada pukul 09: 30 pagi. Perjalanan mereka ke tempat perayaan di lalui begitu mengasikan dengan melintas jalur perbukitan yang menyuguhkan hamparan pemandangan yang mengagumkan.

Ruang Tunggu Pembelian Karcis ( Stasiun Bedono )


Sesampainya di lokasi stasiun, mereka di hidangkan dengan sajian dari restoran terkenal dari semarang " Meison Smebers " Sambutan sambutan telah di susun oleh naskah dan sambutan awal di mulai dari seorang Presiden Dewan Direksi N.I.S bernama Stenimetz. Sambutan kedua dari tier Meulen dari Residen Kedu. Sambutan ketiga dari Pieter Sijthoff ( Residen Semarang ), di lanjutkan oleh Perwakilan Perusahaan Semarang Joan Stoomtram dan Kolonel Otken ( Perwakilan dari Militer ). Moment moment bersejarah tersebut di badikan oleh studio fotografi "O Hisgaen & Co ". De locmotieff 30 januari 1905. Dan sehari sebelumnya, kearifan lokal nusantara nampak ketika penduduk lokal mengadakan selamatan atau upacara yang di yakini dapat mendamaikan akhlukn tak kasat mata akibat pembangunan ( De Locomotief, 21 Januari 1905 ) 


Pemindah jalur utama

Tuas pemindah jalur Ke Dua ( Stasiun Bedono )

Tuas Pemindah jalur ke tiga


Bangunan WC Umum

Penampungan Air Stasiun Bedono


Tempat pengisisan Air Jalur pertama untuk Loko Uap

Terdapat dua corong saluran untuk pengisian air, yang berada di sebelah  jalur perlintasan utama. Corong tersebut merupakan pipa saluran air yang menghubungkan ke penampungan atau sumber air utamanya. Letak penampungan air tersebut berada di sisi selatan rel jalur ke tiga, dan menempel pada dinding tebing.

Kenapa penampungan air htidak di bangun dekat dengan perlintasan rel kereta api saja, yang sekiranya sama dengan keberadaan penampungan air di stasiun stasiun lainnya .. ???

Jika kita mengingat kontur tanah di stasiun bedono berbukit tidak terlalu luas dan panjang. Jika di harus di bangun sama seperti yang di stasiun bringin atau stasiun sytasiun lainnya, maka harus di adakan penggalian sumur yang besar. Dan jika penggalian sumur itu terjadi maka, akan mengurangi kekuatan kepadatan tanah. Jika di bangun penampungan air yang sama seperti di stasiun stasiun lainnya, sudah pasti akan memakan banyak tempat, mengingat tanah tersebut tidak terlalu luas dan tidak terlalu panjang seperti stasiun stasiun lainnya. Yang jelas akan menambah biaya pembangunan. Karena, aterial yang di butuhkan untuk pembangunan penampungan air tersebut tidak sedikit. Dan membutuhkan banyak material yang bukan dari pasir maupun batu saja, ada material tambahan seperti besi untuk membuat kerangkanya, membuat rajutan untuk bakal lantainya. Maka, penampungan air yang berada di stasiun bedono, dibangung sesuai dengan kondisi kontur tanah dan menghemat biaya.

Apakah setiap stasiun harus ada penampungan airnya .. ???

Karena air yang di butuhkan kereta api uap sangat banyak. Dari air diubah menjadi uap, sehingga bisa menciptakan tenaga. Yang dihasilkan dari air yang di panaskan menggunakan kayu bakar atau batu bara. Maka, Uap air akan menekan piston yang berada di dalam mesin kereta, sehingga mendapatkan tenaga untuk menggerakan roda kereta. Maka, di setiap stasiun jalur kedungjati sampai ke stasiun bedono, terdapat bangunan penampungan air. Untuk persediaan ketika air dalam ketel kereta itu menipis. Stasiun yang terdapat alat atau penampungan air jalur bedono sampai ke kedungjati, dari yang saya ketahui hanya

1. Stasiun Ambarawa
2. Stasiun Tuntang
3. Stasiun Gogodalem
4. Stasiun Bringin
5. Stasiun Tempuran
6. Stasiun Kedungjati.
 
Turntable Stasiun Bedono Halaman dalam

Stasiun bedono di lengkapi rel putar atau turntable atau Draaischijvenn. Pemutar rel berbentuk seperti balok besi panjang, yang bagian tengahnya terdapat poros, sehingga dapat di putar. ( Berckel 1906 : hal 55 ). Supaya tidak oleng saat lokomotif berada di atasnya. Maka, kedua ujung di tabahkan masing masing 2 roda yang bertumpu di atas rel yang melingkar, supaya lebih mudah unruk memutarnya. Masing masig ada dua unit roda yang keberadaanya terdapat pada tiap ujung pangkal. Secara keseluruhan, roda tersebut ada empat unit. Pemutar rel ini di gerakan oleh manusia secara manual atau dengan cara didorong.

Fungsi awal rel putar ini adalah mengganti jalur kereta tanpa harus mengangkatnya. Namun di stasiun bedono, fungsi dari rel putar adalah untuk membalikan arah hadap cupbin lokomotif. Terhadap perbedaan  kekuatan lokomotif berjalan, maju ataupun mundur. Hal ini kemudian menjadi pertimbangan dalam proses perjalanannya. Saat kereta bergerak ke arah stasiun bedono yang menanjak, maka rangkaian gerbong didorong oleh lokomotif yang di letakan di ujung rangkaian gerbong dalam posisi berjalan mundur.

uDengan demikian, ketika sampai di bedono, arah lokomotif yang mendorong kereta baik dari arah jambu maupun gemawang, harus di ubah arah hadapnya menyesuaikan arah perjalanan. Sebenarnya, hal ini bisa di gunakan menggunakan rel langsir. Tidak di bangunnya rel langsir karena, lahan emplasement stasiun bedono kurang luas dan panjang. Sehingga, di buatlah rel putar atau turntable. sumber jejakkolonial.blogspot.com

Berkembangnya atau majunya perekonomian di Hindia belanda, majunya tekhnologi masa itu, Pemerintahan hindia belanda masih memegang tegung kearifan lokal nusantara. Yang di adakan satu hari sebelum perayaan Pembukaan jalur rel kereta api jurusan bedono ke ambarawa. Dengan mengundang tokoh masyarakat setempt, untuk mengadakan acara selamatan. Dengan harapan, makhluk astral tidak menggangu di saat perayaan hingga pada saat berjalannya Loko uap beroperasi di daerah yang di aluinya. Orang belanda masih menjunjung tinggi kearifan lokal Nusantara.





Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA