INGGRIS DI PERMALUKAN, DI AMBARAWA

 BATTLE OF AMBARAWA


Tokoh tokoh Pahlawan yang ikut berjuang dalam pertempuran Ambarawa

Kali ini, saya tertarik dengan bahasan tentang perjuangan bangsa indonesia melawan penjajahan yang di lakukan belanda,jepang dan Inggris. Supaya lebih mengenal pahlawan bangsa dan bagaimana caranya, saya bisa mengenang dan mengabadikan nama nama beliau dalam ingatan ini.

Untuk bahasan tentang bangunan candi dan Nisan Nisan Kuno, sementara nanti dulu.

Indonesia memproklamasikan kemerdekaannya pada 17 Agustus 1945. Selang waktu, kurang lebih dua  bulan kemudian, Kemerdekaan Indonesia baru seumur jagung, Sudah di gempur lagi oleh tentara gabungan, kekaisaran Britania di dukung oleh Sekutu. yang memakan korban dari fihak Indonesia, yaitu Para tentara dan berbagai laskar pembela tanah air sejumlah 2000 orang, sedangkan dari fihak Inggris memakan korban kisaran 200 orang saja. Sejak kejadian itu, Indonesia mempunyai sejarah yang membanggakan untuk di kabarkan ke negara negara sedunia, karena semangat juang dan jiwa Patriot yang cukup tinggi.

Sekarang bayangkan, satu negara melawan tiga negara besar dunia. Kekuatan yang belum terorganisir, dengan minimnya persenjataan, dengan senjata yang tidak moderen, tapi bisa mengalahkan Negara besar yang kategorinya adalah pemenang perang dunia ke dua, yaitu Kerajaan inggris. Hanya bermodalkan Persatuan dan Kesatuan Bangsa. Dengan tidak membedakan Ras, Agama, dan Budaya. Kerajaan Inggris pun di buat malu atas kekalahannya berperang melawan pasukan Indonesia. Malunya Inggris itu diketahui oleh Negara Negara besar di dunia, yang pernah di peranginya. Kerajaan Inggris menanggung beban atas kekalahanya. Kabar ini pun di muat dalam sebuah buku yang berjudul:

" The British Occupation Of Indonesia 1945 - 1946: Britain, The Netherlands and The Indonesia Revolution "

yang di susun Richard McMillan di sebutkan, Indonesia memblokade sejumlah jalan dan menembaki pasukan inggris.

Saat itu, terjadinya perang Ambarawa pada tanggal 20 oktober 1945 sampai tanggal 15 Desember 1945. Sebelum membahas tentang pertempuran ambarawa, pasukan Indonesia memiliki berbagai tokoh andalan dalam mengatur siasat perang di medan pertempuran. 

Perang Ambarawa

Yang pertama:

Jenderal TNI ( Anumerta ) Raden Soedirman EYD ( Ejaan Yang Disempurnakan ): Soedirman, lahir pada tanggal 24 Januari 1916 dan Wafat pada tanggal 29 Januari 1950 adalah seorang perwira tinggi Indonesia pada masa perang Revolusi Nasional Indonesia pertama, Sebagai Panglima Besar Tentara Nasional Indonesia pertama. Beliau adalah sosok yang dihormati di Indonesia. Terlahir dari pasangan rakyat biasa dari Purbalingga, Hindia Belanda. Soedirman di adopsi oleh pamannya seorang priyayi. Setelah keluarganya pindah ke cilacap pada tahun 1916, soedirman tumbuh sebagai siswa yang rajin. Ia sangat aktif dalam kegiatan extrakurikuler, termasuk mengikuti program kepanduan yang di jalankan oleh organisasi Islam Muhammadiyah. 

Saat di sekolah menengah, Soedirman mulai menunjukan kemampuannya dalam bidang kepemimpinan dan berorganisasi. Soedirman sangat di hormati karena ketaatannya kepada agama Islam. Setelah berhenti kuliah keguruan, dan kemudian menjadi kepala sekolah , di sekolah dasar Muhammadiyah. Beliau juga aktif dalam kegiatan Muhammadiyah lainnya, dan menjadi pemimpin kelompok pemuda Muhammadiyah pada tahun 1937.

Setelah Jepang menduduki Hindia Belanda,padatahun 1942, Soedirman tetap mengajar di sekolah dasar yang beliau tekuni. Hingga pada saatnya, pada thun 1944, beliau bergabung dengan PETA ( Pebela Tanah Air ) yang di sponsori oleh fihak Jepag. Lulus dari pendidikan peta, beliau menjadi atau mmenjabat Komandan Batalyon di Banyumas. Selama menjabat, beliau sesama rekannya, sama sama yang notabenya sebagai prajurit, melakukan pemberontakan hingga akhirnya di asingkan ke bogor.

Prestasi Prestasi yang beliau Raih

Pengabdian Kekaisaran Jepang pada tahun 1944 - 1945, itupun didasari karena beliau merupakan taruna PETA.
Hingga pada saat terjadi pemberontakan, dan beliau di buang ke Bogor, beliau mengabdikan diri ke Republik Indonesia mulai dari tahun 1945 - 1950.
Dinas beliau, cabang PETA 1944 - 1945, dan mengabdi di TNI Angkatan Darat 1945 - 1950, lama di kedinasan 5 tahun.

Sebagai Komandan Batalyon PETA Banyumas
Divisi V TKR ( Tentara Keamanan Rakyat )
Panglima Besar dari TKR dan Kemudian TNI

Aksi heroik dalam pertempuran

Perang dunia II
Perang Revolusi Indonesia
Pertempuran Ambarawa
Terlibat Perang Operasi Product atau Perang Agresi Militer I pada tahun 1947 dan Agresi Militer Ke II pada tahun 1949, yang terkenal dengan Serangan Umum 1 Maret 1949 di Jogjakarta.

Jabatan atau pangkat
Letnan
Letnan Kolonel
Letnan Jenderal
Hingga akhirnya di nobatkan sebagai Jenderal Besar pada tahun 1997

Penghargaan

Masuk Dalam Daftar Sebagai Pahlawan Nasional Indonesia

Yang kedua

LetKol Gatot Soebroto


Gatot soebroto adalah salah satu pejuang militer Indonesia dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Beliau lahir pada 10 Oktober 1907 di Banyumas, Jawa Tengah Putera pertama dari Sajid Boedijoewono. Adalah tokoh perjuangan militer Indonesia dalam merebut kemerdekaan dan juga Pahlawan Nasional Indonesia.

LetKol Gatot Soebroto adalah salah satu tokoh penting dalam pertempuran Ambarawa. Peranan dalam pertempuran ambarawa, beliau di tugaskan sebagai juru taktik strategi dalam penyerangan tentara Inggris. Beliau menemani Kolonel Soedirmann untuk melawan tentara tentara asing. Pemilihan LetKol Gatot Soebroto sebagai bagian Pertempuran Ambarawa dilakukan setelah berhasil dibentuk Divisi V di Purwokerto.

Yang ke tiga 

LetKol Isdiman


Kolonel Anumerta Isdiman Suryokusumo, Lahir pada tanggal 12 Juli 1913 wafat 26 November 1945 adalah Perwira Tentara Keamanan Rakyat atau ( TKR ). Komandan Resimen TKR Banyumas sekaligus Perwira menengah dalam sistim kemiliteran indonesia. Sebagai pahlawan nasional indonesia yang gugur di medan pertempuran diambarawa, semarang, jawa tengah.

Letkol Isdiman lahir di Pontianak tanggal 12 Juli 1913. Ia pernah bersekolah di SMK Bojonegoro. Masa kecil Isdiman dihabiskan di Cianjur. Ambarawa adalah pusaka yang diperjuangkan Isdiman dan laskar pejuangnya. Ia sangat berperan dalam perang di Ambarawa. Ia adalah seorang kepercayaan Kolonel Soedirman untuk mengatur siasat pertempuran di Ambarawa. Ia memimpin para pejuang dalam perang di Ambarawa melawan Sekutu.

Pasukan Indonesia dibawah pimpinan Letkol Isdiman berusaha membebaskan kedua desa yang ingin dikuasai Sekutu. Namun, Letkol Isdiman malah terluka parah akibat serangan udara dan dibawa ke Magelang, tetapi Letkol Isdiman gugur saat perjalanan ke Magelang. Maka setelah gugur Resimen Kedu Tengah di bawah pimpinan LetKol M. Sarbini, segera mengadakan pengejaran terhadap mereka.

Letkol Isdiman dikenang sebagai spirit yang hidup dan menggetarkan jantung, memompa darah juang gerilyawan-gerilyawan muda. Saat ini nama Isdiman diabadikan di sebuah jalan di Purwokerto, yakni Jalan Overste Isdiman, atau yang kerap disebut dengan jalan Ovis.

Yang ke empat  

Kolonel G.P.H Djatikoesoemo



Jenderal TNI ( Anumerta ) Purnawirawan Goesti Pangeran Haryo Djatikoesoemo adalah putera bangsa yang berdarah keraton, terlahir sebagai putera ke 23 dari susuhaan Pakubuwono ke X.

GPH Jatikusumo memulai karier militernya saat beliau mengikuti pendidikan militer pada zaman belanda yaitu di Corps Opleiding Reserve Officieren (CORO) akan tetapi di Tanggal 3 Maret 1942, Djatikoesoemo yang saat itu masih taruna CORO ditugaskan ikut bertempur melawan tentara Jepang di Ciater, Subang, Jawa Barat. sampai dengan Tanggal 8 Maret 1942 karena pada tanggal tersebut Pemerintah Kolonial Hindia Belanda menyerah tanpa syarat kepada Tentara Jepang di Pangkalan Udara Kalijati

Setelah Belanda menyerah maka Djatikoesoemo pun mengikuti pendidikan militer yang bernama Jawa Boei Kanbu Giyugun Resentai dimana pendidikan tersebut diselenggarakan oleh Jepang di Bogor, Jawa Barat dengan tujuan melatih calon perwira Pembela Tanah Air Atau ( PETA ). Yang bertugas memimpin Pasukan Sukarela untuk mempertahankan pulau jawa dari ancaman invasi Sekutu. Setelah lulus dari pendidikan tersebut, Djatikoesoemo pun menyandang pangkat Shodancho (Komandan Kompi) dan ditugaskan di Daidan (Batalyon) I Tentara PETA Surakarta.

Pasca proklamasi kemerdekaan, Chudancho GPH Djatikoesoemo bergabung kedalam Badan Keamanan Rakyat atau ( BKR ) dan menjabat sebagai Ketua BKR Soerakarta hingga pada puncaknya menjadi Perwira Tinggi diperbantukan Markas Besar Angkatan Darat di Tahun 1972.


Beliau Wafat pada tanggal 4 Juli 1992 dalam usia 75 tahun. jenazah beliau di makamkan di komplek pemakaman Raja raja Imogiri, Bantul, Jogjakarta.

Yang ke lima

Kapten Surono Reksodimejo


Jenderal TNI ( Purnawirawan ) yang lahir pada tanggal 6 september 1923 dan wafat pada tanggal 3 Agustus 2010 ) adalah Kepala Staf TNI Angkatan Darat dari April 1973 hingga mei 1974 dan wakil Panglima Angkatan Bersenjata ( Wapangab ). Beliau juga pernah menjabat sebagai menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia dan Menteri Koordinator Bidang Politik Keamanan Republik Indonesia pada masa pemmerintahan Presiden Soeharto. Beliau terlibat dalam pertempuran Ambarawa. Saat itu, beliau ikut membendung tentara inggris di wilayah Ambarawa

Riwayat Jabatan

Kaizabu Syutjo / Dainippon (1942–1943 )
Syudanco/PETA (1943–1945 )
Danki II Resimen I Cilacap (1945–1948)
Ajudan Resimen I Divisi V Purwokerto (1948)
Ajudan Divisi V (1948)
Dan Ba SWK V & Staf Pertahanan Jateng (1948–1949)
Dan Ba 402 Be "N" ST I/III Cilacap (1950–1951)
Assistan Kasad (1951–1952)
Pj. Danbrig Penembahan Senopati Di TT IV dan Di TT III Siliwangi
Kas RI 14 TT IV Salatiga (1953–1954)
Alas RI 15 Sub Ter IV Surakarta (1955–1956)
Hakim Pembantu (Yogyakarta, Semarang, Pekalongan) (1956–1959)
Dan GBN Ter IV, Guru SSKAD, Dir ATEKAD
Wakil Gubernur Militer AMN, Magelang (1961)
Kas Kodam Diponegoro, Semarang (1961)
Gubernur AMN, Magelang (1964–1966)
Deputi I Operasi Menpangad (1966)
Pangdam Diponegoro (1966)
Pangkowilhan II Jawa Madura (1969–1973)
Kepala Staf TNI AD (1973-1974)
Wakil Panglima ABRI (1974-1978)
Menko Bidang Kesejahteraan Rakyat (1978-1983)
Menko Bidang Politik, Hukum, dan Keamanan (1983-1988)

Beliau wafat di Jakarta pada tanggal 3 Agustus 2010 dalam usia 86 tahun dan dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional Utama ( TMPNU ), Jakarta Selatan.


Yang ke enam

 
LetKol Sarbini Martodihadjo


Jenderal TNI ( Anumerta ) Purnawirawan Mas Sarbini Martodihardjo. Lahir pada tanggal 10 Juni 1914 dan Wafat pada tanggal 21 Agustus 1977 adalah seorang Jenderal Purnawirawan yang di lahirkan di Desa Indrosari, Kecamatan Buluspesantren, Kebumen, Jawa Tengah. Dan banyak pengabdian di bidang militer maupun Pemerintahan Republik Indonesia. Dalam masa perjuangan, terutama pada tanggal 20 Oktober 1945. Beliau pada waktu itu brpangkat LetKol dan memimpin Pasukan Tentara Keamanan Rakyat Resien Kedu Tengah. Menyerang dan mengepung Tentara Sekutu dan NICA di desa Jambu, Ambarwa yang kemudian di kenal dengan sebutan Palagan Ambarwa.

Karier Militer nya diawali dari pendidikan opsir PETA (Chudanco) di Bogor selesai Pendidikan Antara tahun 1942-1945 diangkat sebagai Chudanco Saidan II PETA di Gombong, Kebumen. Setelah Jepang kalah dan PETA dibubarkan, Sarbini pulang ke kampung halamannya. Di tanah kelahirannya, Ia membentuk Barisan Keamanan Rakyat (BKR) cabang Kebumen dan menjabat sebagai ketua pada September 1945. Tak lama kemudian, sesuai dengan keputusan Panglima Besar Soedirman, Ia diangkat menjadi Komandan Resimen Kedu I Divisi II TKR yang berkedudukan di Magelang dengan pangkat Letnan Kolonel. Selama masa jabatannya tersebut, pada tahun 1945-1947 Ia aktif memimpin pertempuran melawan pasukan Belanda di daerah Semarang. Pada tahun 1945, Ia diangkat menjadi Komandan STC Divisi III Diponegoro di Magelang. Tahun berikutnya ia dipindahkan ke Kedu dengan Jabatan STC/WK II. Ketika terjadi Pemberontakan PKI di Madiun 1948. Beliau giat membersihkan sisa-sisa TDR (PKI) di daerah Magelang dan sekitarnya. Ketika Belanda menyerbu Yogyakarta, ia selaku Komandan STC WK II memimpin gerilya di daerah Magelang, Kedu, sampai Banyumas.

Yang ke Tujuh

Mayor Soeharto


Mayor Soeharto adalah anak buah kesayangan LetKol Gatot Soebroto. Keduanya terlibar perang di Ambarawa. Mayor Soeharto memimpin pasukan dari Batalion 10 Divisi X, Batalion Bawah pimpinan Mayor sardjono, Dan Batalion sugeng.
Kisah ini ditulis dalam buku TB Silalahi bercerita tentang pengalamannya. Karya Atmadja Soemakidjo terbitan kata hasta pustaka terbitan tahun 2008

" Gatot Dan Soeharto " Memiliki Hubungan dekat

Dalam pertemuan itu, Pak Gatot memerintahkan Pak Soeharto untuk menjaga sebuah bukit yang beraa diwilayah ambarawa pada malam hari. Bukit itu di pndang sangat strategis bagi para pejuang, karena bisa memantau pergerakan musuh. Jika jatuh ke tangan musuh akan berakibat buruk bagi TNI kala itu. Setelah memberikan perintah, Pak Gatot menyerahkan secara keseluruhan keamanan di atas bukit kepada Pak Soeharto.

Ketika kejadian malam itu, Pak Gatot sangat gemetaran melihat bukit yang dijadikan tempat pengintaian di bom bardir oleh sekutu. Bombardir tersebut dilakukan oleh fihak sekutu, untuk membersihkan Tentara dan laskar laskar gerilya, supaya aman saat perjalanan sekutu menuju ke semarang. Suara ledakan dari bom tersebut, memecah telinga di wilayah ambarawa. Pak Gatot berfikir, anak buahnya pasti tewas dalam serangan itu.

Setelah serangan berhenti, Pak Gatot beserta anak buahnya menuju puncak  bukit tempat Pak Soeharto dan pasukannya di tugaskan. Pak Gatot memerintahkan anak buah kepercayaannya melanjutkan pencarian dan memeriksa setiap sudut bukit, untuk memastikan keselamatan Pak Soeharto dan para pasukannya. Pencarian kala itu belum menemukan titik temu. Pak Gatoto pun menangis, sempat membayangka jenazah Pak Soeharto ada di antara para korban bom bardir dari tentara sekutu malam itu.

Selang beberapa waktu Pak Gatot pun terkejut, mendapati laporan dari anak buahnya yang menyatakan bahwa, tidak ada korban jiwa dalam penyerangan sekutu atas bukit tersebut. Bahkan, Pak Gatot seolah tidak percaya atas kejadian itu. Lebih terkejut lagi, Pak Gatot melihat Pak Soeharto berjalan bersama dengan pasukannya, tanpa luka sedikit pun. Pak Gatot pun, seketika berubah pemahaman, yang awalnya khawatir dengan keselamatan Pak Soeharto dan para pasukannya, kini berubah menjadi bingung, kagum, bahagia, bercampur dengan rasa heran.

Bagi Pak Gatot, Pak Soeharto adalah anak buah kesayangannya. Alhasil, ketika Pak Gatot melihat sosok Pak Soeharto keluar dari persembunyiannya, dengan keadaan sehat, tanpa terluka sedikit pun, membuat Pak Gatot terharu dan langsung memeluknya sembari berkata

" Kau Masih Hidup Rupanya "

Tak lama Pak Gatot bertanya kepada Pak Soeharto, bagai mana Pak Soeharto berhasil selamat dari tragedi bom bardir tentara sekutu Tanpa luka sedikit pun. Dan Pak Soeharto bercerita, menjelang malam setelah mendapat perintah dari Pak Gatot beliau berfikir, bukit tersebut pasti akan mendapat serangan bertubi tubi dari sekutu, mengingat posisinya sangat strategis untuk sebuah misi membendung tentara sekutu.

Pak Soeharto menyadarinya, jika tetap bertahan akan membahayakan nyawanya dan seluruh pasukannya. Atas alasan itu, Pak Soeharto mengajak pasukannya bersembunyi di sisi lain bukit. Ternyata, perkiraan Pak Soeharto pun tepat, serangan mortir yng membom bardir bukit itu akhirnya terjadi.

Mendengar alasan itu, Gatot pun bahagia di dalam hatinya, menyimpan rasa bangga dengan pemikiran yang di lakukan oleh Pak Soeharto. Akhirnya, Pak Gatot pura pura meluapkan amarahnya karena Pak Soeharto melanggar perintahnya.

Meski marah karena perintah yang di abaikan namun, hati Pak Gatot merasa bersyukur atas keselamatan Pak Soeharto dan seluruh pasukannya.

==================================================================== 
Jenjang karir Mayor Soeharto.

Pembantu Klerek Bank Desa (Volk-Bank) di Kemusuk, Yogyakarta (1938)
Siswa Sekolah Bintara KNIL di Gombong (1940—1942)
Tentara Cadangan Markas Besar Angkatan Darat KNIL (1942)
Pembantu/asisten Mantri Tani di Wuryantoro, Wonogiri (1942)
Siswa Keibuho (Polisi Jepang) Jepang (1942)
Komandan Regu dan Pembantu Perwira PETA di Karanganyar, Kebumen (1942—1943)
Siswa Pendidikan Militer Lanjutan PETA di Bogor (1943—1944)
Komandan Pleton (Shudanco) PETA di Glagah, Wates (1944)
Komandan Kompi (Chodanco) di Markas Besar PETA di Solo (1944)
Komandan Kompi (Chodanco) Perwira pendidik PETA di Desa Brebeg, Jawa Timur (1944—1945)
Letnan di Brigade Mataram, Yogyakarta (1945)
Komandan Batalyon infanteri di Kebumen dengan pangkat Kapten - Mayor (1945—1946)
Komandan Batalyon X di bawah Divisi IX di Yogyakarta dengan pangkat Mayor (1946—1948)
Komandan Brigade Mataram - Wehrkreise III di Yogyakarta dengan pangkat Letnan Kolonel (1948—1950)
Komandan Komando Resimen Salatiga dengan pangkat Letnan Kolonel (1950—1953)
Komandan Resimen Infanteri 15 di Solo dengan pangkat Letnan Kolonel (1953—1956)
Kepala Staf Teritorium IV/Diponegoro di Semarang dengan pangkat Letnan Kolonel (1956—1957)
Panglima Teritorium IV/Diponegoro di Semarang dengan pangkat Kolonel (1957—1959)
Siswa Sekolah Staf Komando Angkatan Darat/SSKAD (1959—1960)
Deputi I Kepala Staf Angkatan Darat dengan pangkat Brigadir Jenderal (1960—1961)
Panglima Corps Tentara Cadangan Umum Angkatan Darat/CADUAD dengan pangkat Brigadir Jenderal (1961)
Atase Militer/Hankam di Beograd, Yugoslavia (1961)
Panglima Komando Mandala Pembebasan Irian Barat dengan pangkat Mayor Jenderal (1962)
Panglima Komando Strategis Angkatan Darat dengan pangkat Mayor Jenderal (1962—1965)
Menteri/Panglima Angkatan Darat dengan pangkat Mayor Jenderal - Letnan Jenderal (1965—1968)
Panglima Komando Pemulihan Keamanan dan Ketertiban/Kopkamtib (1965—1969)
Ketua Presidium Kabinet Ampera I (1966—1967)
Panglima Angkatan Bersenjata Republik Indonesia/ABRI merangkap Menteri Pertahanan dengan pangkat Jenderal (1968—1973)
Pejabat Presiden Presiden Republik Indonesia (1967—1968)
Presiden Republik Indonesia (1968—1998)
Sekertaris Jenderal Gerakan Non Blok (1992—1995)

Ke Delapan

Kapten Abimanyu

Salah Seorang anak buah Kolonel Soedirman, beliau turut  aktif menyusun rencana untuk mengadakan serangan umum di Ambarawa.

Ke Sembilan

Kapten Tjokropranolo

Beliau aalah ajudan Panglima Besar Jenderal Soedirman. Beliau adalah seorang ajudan yang berani ikut membendung pasukan Inggris saat perjalanan dari jambu.

Ke sepuluh

Kapten Sarwo Edhie Wibowo

Selaku Komandan Kompi dari Bataliyon Achmad Yani, turut aktif dalam perang Ambarawa

Ke Sebelas

Kapten Soerono

Salah Seorang anak buah dari LetKol Gatot soebroto, turut Aktif dalam perang Palagan Ambarawa

Ke Dua Belas

Mayor Sardjono

Komandan Bataliyon TKR Divisi IX, yang turut memperkuat resimen Magelang dalam Perang Palagan Ambarawa.

Ke Tigabelas

Mayor Imam Androngi

Selaku Komandan Bataliyon Divisi V IA, yang melakukan pengejaran terhadap sekutu, antara agelang Sampai Ke Ambarawa

Ke Empatbelas

 
Mayor Soerjo Soempeno

Selaku Komandan Bataliyon I, Resimen Magelang. Beliau Aktif dalam Perang Palagan Ambarawa

Ke Limabelas 

Mayor Soeyoto

Salah  Satu anggota resimen Temanggung, Gugur di Mijen Kelurahan Gedanganak. Saat melakukan pengejaran tentara inggris, mulai dari Lemah Abang Karangjati, sampai mijen. Saat melawan Iring iringan tentara Inggris,  yang menggunakan Kendaraan lapis baja Jenis Tank  Stuart. Beliau meninggal pada tanggal  29 November 1945. Dalam perang Palagan Ambarawa.



Berawal dari

Keputusan Konverensi Postdam pada juli 1945, yang membagi bagi tugas kepda negara negara besar sekutu membuat inggris kebagian tugas mengendalikan wilayah Asia Tenggara. Di wilayah terebut, inggris selain mengambil alih kekuasaan dari tangan jepang, melucuti senjata mereka dan memulangkan pasukan jepang ke negerinya, adalah membebaskan tawanan dan interniran sekutu dan menjaga keamanan serta menegakkan hukum.
 
Panglima Southeast Asia Command ( SEAC ) Laksamana Lord Louis Mountbetten lalu membentuk Allied Forces Netherland Indis ( AFNEI ) untuk menjalankan tugas bekas Hindia Belanda dan membujuk LetJen Sir Phillip Cristison sebagai kepalanya. Muntbetten juga membentuk sembilan penerjun yang akan bertugas sebagai Advanced Team di Sumatera dan Jawa. Team itu masing mmasing berisi empat personil yang terdiri dari komandan, petugas sinyal/ komunikasi, dan dua personil medis. mereka di lengkapi peralatan medis , obat obatan, dan bahan makanan. Dari merekalah informasi mengenai lapangan berasal.

Pada 8 september 1945, team pertama mendarat di batavia. Penerjun mereka berjalan bersama penerjun belanda, yang datang sebagai alat Netherlands Indies Civil Administration ( NICA ). Civil Affairs Agreement yang di tandatangani kedua negara pada 24 agustus 1945, membuat belanda bisa membonceng inggris. 

LetKol. Soedirman

Menurut Sejarawan Universitas Diponegoro kepada majalah historia, Pokok inti perjanjian tersebut adalah  Inggris wajib mengebalikan wilayah kepada bekas coloninya ". Dengan kata lain, Inggris harus membantu mewujudkan kembali penjajahan Belanda atas Indonesia.

Team penerjun yang bertugas di Jawa Tengah tiba pada 18 september 1945. Mereka mendarat di Magelang. Tepat diperbukitan itu diyakini sebagai tempat bagi banyak tawanan perang dan interniran sekutu Belanda. Team tersebut lalu ke Jakarta guna memberikan pengarahan mengenai Magelang, dan kembali lagi ke esokan harinya. Menurut mereka, kerja sama dengan jepang sangat vital karena detai jumlah cam dan interniran, hanya mereka yang tau.

Dengan bantuan Jepang, tim di magelang membebaskan 773 tawanan dan interniran yang ada. Mereka menginformasikan kepada markas SEAC di colombo ( Cylon )bahwa adanya penjarahan dari pra extrimis, droping logistik hedaknya di hentikan. 

LetKol Soedirman

Pada tanggal 20 oktober 1945, sekitar satu brigade pasukan Inggris dari gurka tanggal 3 oktober 1945 mendarat di semarang. Gubernur Jawa Tengah Wongsonegoro menyambut hangat kedatangan mereka, lalu mengadakan perundingan. Kepada Jenderal Bethel, Wongsonegoro mengatakan pihak Indonesia menjanjikan kerjasama seluas luasnyaasal pasukan inggris tidak mengusik kedaulatan republik. Gubernur juga bersikeras untuk tidak membiarkan sekutu melucuti senjata polisi republik.

Bersama dengan kedatangan inggris, para pejuang di semarang sedang mati matian memperebutkan senjata dari pasukan jepang. Insiden dei insiden terjadi, Pembunuhan 200 warga sipil jepang di Ambarawa memicu balas dendam aksi mereka di semarang. " Sebagai balasan, pasukan jepang membunuh 2.000 orang indonesia, maka Gurkha pun terjebak dalam pertempuran pada saat kedatangannya. " tulis Richard McMillan dalam The British Occupation of Indonesia., 1945 - 1946: Britain, Netherland and the Indonesia Revolution.
 
Ir. Soekarno dan Much Hatta

Gurkha langsung mengambil alih lapangan udara yang berada di semarang dan medirikan markas disana. Rakyat Indonesia menyambut kedatangan mereka karena di dianggap pembebas dari jepang.

Atas ijin Gubernur Jawa tengah, Satu detasemen Gurkha lalu bergerak menuju Ambarawa dan Magelang. " Dan Ambarawa itu menjadi camp interniran besar. Mendengar akan hal itu, maka satu detasemen tentara Gurkha menuju ke Mabarawa. Disana mereka membebaskan para tawanan dan interniran, termasuk eks prajurit KNIL Belanda.

Namun eks tentara belanda itu melakukan provokasi - provokasi seperti mengenakan seragam militer lengkap, menangkapi, dan bahkan menyiksa para pemuda pejuang Indonesia, dan akhirnya hal tersebut memicu perlawanan. Panglima BKR Kedu Soesman, yang di bantu BKR Yogyakarta pimpinan Oemar Slamet dan Laskar Rakyat Mataram, serta kesatuan pejuang lainnya, mengepung tangsi tangsi pasukan sekutu di tuguran, susteran, dan Hotel Montagne ( kini di seberang alun alun ), dan korban berjatuhan dikedua belah pihak. 

Ir. Soekarno dan Much Hatta

Panglima Garnisun Inggris di Magelang Letkol Edwards, yang tiba akhir oktober 1945, mengadakan perundingan dengan penguasa setempat untuk menghentikan prtempuran. Karena tidak menghasilkan kesepakatan, Brigjen Bethel lalu mengambil alih. Dia berunding dengan Presiden Soekarno yang sedang bersafari. Perundingan tanggal 2 november 1945 itu, selain menghasilkan kesepakata gencatan senjata juga menghasilkan membentuk contact committe, yang bertugas memastikan pembebasan tawanan dan interniran sekutu. Lima pemimpin Indonesia dan Lima Perwira dari Inggris, masuk kedalam komite tersebut. Untuk itu, Inggris memberi bantuan senjata Lee Enfield kepada petugas Indonesia, sementara Indonesia menjamin suplay bensin makanan kepada pasukan Inggris. 

Pada 20 November 1945, evakuasi 2500 interniran dari Magelan berjalan lancar. Sisa yang masih ada menyusul dievakuasi keesokan harinya berbarengan dengan penarikan Garnisum Inggris di Magelang ke Ambarawa. Kecuali anak anak, lansia dan orang sakit, para interniran yang tidak kebagian truck harus berjalannkaki menuju Ambarawa. Meski dengan pegawalan pasukan, keamanan mereka sangat rentan dari serangan para exterimis. Jenderal Cristison sampai menyamakan kondisi mereka dengan kondisi evakuasi warga Inggris dari Kabul ke India pada tahun 1842 yang hanya menyisakan seseorang yang selamat sampai tujuan.


Letkol Oerip Soemohardjo

Bebarengan dengan masa tegang di Magelang, pimpinan tentara bersidang dan memilih Kolonel Soedirman ( Panglima BKR Divisi V Banyumas ) sebagai Panglima Tertinggi TKR. Sambil menunggu waktu pelantikan, beliau kembali kemarkasnya sambil menyusun setrategi guna menghadapi kemungkinan terburuk dari proses evakuasi tawanan sekutu yang berangkat dari Magelang ke Ambarawa.

Kolonel Soedrman memerintahkan koandan komandan TKR di Jawa Tengah, dengan mengirim pasukannya untuk untuk memperkuat TKR di Ambarawa, dan yang terbanyak dari Banyumas. Karena, senjatanya paling lengkap. Kolonel Soedirman juga membentuk Markas Pimpinan Pertempuran guna menghindari kesalahan yang terjadi di Magelang di mana pejuang Indonesia brtempur tanpa adanya koordinasi dan hierarki yang jelas. Kolonel Sedirman menetapkan garis garis besar operasi penyerbuan di Ambarawa, Menunjuk Letkol Isdiman ( Panglima Resimen Purwokerto ) sebagai pemimpin koordinator pasukan penyerbu, membagi Ambarawa di beberapa sektor, dan menetapkan pukul 04.30 pada tanggal 12 Desmber 1945 sebagai wktu di mulainya ofensief.

Kolonel Soedirman, menurut Tjokropranolo dalam Buku, Panglima Besar TNI Jenderal Soedirman pemimpin pendobrak terakhir Penjajahan di Indonesia :

Kisah seorang pengawal, yang berhasil, Menghimpun sekitar 20 Batalyon Rasio bersenjata untuk pasuka Reguler 1 senjata berbanding 5 personil, sementara untuk Laskar dan Tentara Pelajar rasionya 1 banding 10.

Jenderal Gatot Soebroto

Letkol soeharto

LetKol Isdiman

KPH Djati Koesoemo









Perang Ambarawa

Sementara itu di lapangan, TKR ( Tentara Keamanan Rakyat menganggap penarikan tentara Inggris ke Ambarawa secara diam diam pada malam 21 November 1945 menyalahi kesepakatan yang menetapkan garnisum Inggris ditempatkan di Magelang. Bagi mereka, mundurnya pasukan Inggris di anggap upaya untuk melarikan diri. Kecurigaan Rakyat kita terlalu besar di saat perang Revolusi. Pasukan Kedu tengah di bawah pimpinan Letkol Sarbini, di ikuti kesatuan kesatuan lain seperti Yon Mayor Imam Androngi, Yon Mayor Soeharto, Mayor Sardjono, langsung mengejar, sehingga kontak senjata pun terjadi dan memakan korban di antara kedua belah fihak.


Sampul Pertempuran Ambarawa

Di Ambarawa sendiri pertempuran sudah terjadi pada tanggal 20 november 1945, pemicunya adalah, pesawat P-47 Thunderbolt yang telah di kemudikan oleh Skuadron Angkatan Udara Inggris atau Royal Air Force ( RAF ) telah membombardir pusat kota Ambarawa, menurut pejuang Indonesia. Sedangkan dari pihak Inggris memberikan keterangan, serangan demi serangan telah di lancarkan prajurit Indonesia. Prajurit Indonesia memberondong dengan senapan mesin dan pemboman menggunakan mortir. Mereka mengepung pertahanan Inggris dan memblockir jalan atau akses untuk menuju kesana, sehingga saling tembak menembak semakin melebar dan membesar.

Terdesaknya pasukan Inggris membuat mereka meminta bala bantuan yang berada di Semarang. Bantuan dari semarang datang melalui pesawat pesawat pembom, tank, dan artileri. Pada 26 november 1945, berondongan mesin pesawat ( RAF ) menggugurkan Letkol Isdiman yang bermarkas di desa Klurah. Dengan adanya kejadian itu, Prajurit Indonesia semakin marah dengan tindakan yang di lakukan oleh tentara Inggris. Sehingga, Orang orang Indonesia menuangkan bensin di sekeliling camp interniran dan membakarnya. Mereka menembus pagar camp lain membunuh tentara, perempuan, dan anak anak Inggris. Tulis McMillan, korban yang jatuh sangat banyak dari kedua belah pihak.
 

Bingkai Perang Ambarawa

Setelah TKR menguasai jalan Semarang - Ambarawa dan Yon Mayor A. Yani merebut lapangan Kalibanteng, pasukan Inggris dan interniran terjepit di Ambarawa. Hubungan mereka di markas pusat di Semarang putus. Keadaan itu membuat Indonesia leluasa melancarkan serangan Ambarawa yang di mulai tepat jam 04.30 pagi tanggal 12 desember 1945. Setelah tembakan mitraliyur penanda pembuka serangan, pasukan Indonesia dari berbagai sektor maju menyerang posisi Inggris. Mereka merayap, berlari dan mendekati kedudukan musuh sampai jarak 200 meter sumber : Dinas sejarah TNI dalam Soedirman : Prajurit TNI teladan. Lalu, Jenderal Gatot Subroto lah yang menggantikan posisi Letkol Isdiman, yang merangsek dari selatan kota. Pasukan Inggris dan interniran terjepit.

Kontak senjata berlangsung terus menerus selama empat hari dan memakan banyak korban. setelah empat hari terkepung, akhirnya tentara Inggris menerobos  jalur menuju Semarang. Mereka mundur dan membawa interniran yang tersisa. Setelah mati matian menempuh perjalanan dari Ambarawa, mereka akhirnya tiba di sSemarang dengan menanggung banyak kerugian. Inggris yang sudah bosan dengan peperangan itu, harus menanggung malu akibat ulah dari Belanda.

Bingkai Perang Ambarawa

Bingkai Perang Ambarawa

Pergerakan tentara sekutu tertahan di desa jambu

Bingkai Perang Ambarawa


Bingkai Perang Ambarawa


Bingkai Perang Ambarawa



















































Batas Kekuasaan Belanda dan Indonesia

Pemandangan sawah di Ambarawa

Pemandagan Sawah Di Ambarawa

Benteng Willem I


Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA