MAKAM SENOPATI PERANG PANGERAN DIPONEGORO ,BALEAGUNG, GRABAG

KOMPLEK MAKAM KASEPPUHAN, GUNUNG SELOGENDER, LANGGAM HAMENGKUBUWONO

Tepatnya pada tanggal 27 Agustus 2023, Bersama dengan komunitas pecinta watu candi, atau yang sering di sebut dengan komunitas Dewa Siwa, mengadakan kunjungan ke komplek Makam Kasepuhan yang berada di Desa Tirto, Kecamatan Grabag, Kabupaten Magelang. Makam yang berada di puncak bukit, diyakini sebagai makam ulama besar, yang berguru kepada Kanjeng Sunan Kalijaga. Makam tersebut bersemayam seorang Alim Ulama' yang bernama Sunan Geseng atau Eyang Cakrajaya.

Selepas ziarah ke makam Sunan Geseng, kita meneruskan perjalanan untuk berziarah ke makam makam kasepuhan yang tidak jauh dari desa tirto, setidaknya masih dilingkup kecamatan Grabag. Dengan pencarian browsing dari Internet, akhirnya kami mendapat petunjuk dari Google map, yang menunjukan bahwa, tidak jauh dari desa tirto terdapat makam kasepuhan yang bernama Raden Sanggung Bin Raden Kertoyudho. Tanpa berfikir panjang, kita pun bergegas turun dari komplek makam Sunan Geseng, karena mengingat waktu sudah menunjukan pukul 15:30 atau jam setengah 4. Google Map memberi petunjuk bahwa makam tersebut berada di desa Baleagung, masih di kecamatan Grabag. Kira kira enam kilometer dari desa Tirto.

Setelah sampai di desa baleagung, dan kita mulai mencari makam tersebut dengan minta petunjuk dari warga masyarakat sekitar. Dan anehnya bagi kita, makam tersebut tidak ada yang mengenalinya, sehingga kita mencoba memutari desa tersebut dengan map yang di munculkan dari hand phone. Titik keberadaan makam sudah berubah lagi, tapi masih di desa yang sama. Berhubung makam tersebut tidak ketemu, kita putuskan untuk kembali ke Semarang, walaupun dengan perasaan yang lumayan menyesal.

Komplek Makam Kasepuhan Gunung Selogender

Perjalanan pulang menuju ke Semarang, setelah keluar dari Dusun Kupen, Desa Baleagung, tidak jauh dari desa tersebut, tepatnya di kanan jalan terdapat sebuah bukit yang menurut kami, bukit tersebut memiliki pandangan yang berbeda, tiak sama dengan bukit bukit pada umumnya. Kami mengira, kemungkinan bukit tersebut terdapat sesuatu, harapan kita seperti itu. Karena, dilihat dari letaknya saja, bukit tersebut di kelilingi sungai yang lumayan cukup besar, yang memisahkan antara beberapa desa yang di aliri aliran sungai tersebut.

Akhirnya kita memutuskan untuk turun, dan neik ke bukit yang kita maksud. Secara kebetulan, dan tidak terfikirkan tentang keistimewaan yang akan kita jumpai. Ternyata, diatas bukit terdapat makam kasepuhan yang memiliki langgam Hamengkubuwono abad ke 19 atau kisaran tahun 1800 an.

Karena minimnya informasi yang kita dapat, setelah memutari dan melihat beberapa makam makam sepuh, selang beberapa waktu datang seseorang peziarah dari desa tersebut. Alhamdulillah, harapannya akan mendapatkan informasi yang kita inginkan, tentang siapakah tokoh yang di makamkan di komplek pemakaman tersebut.

Beliau bernama Pak Kucir, nama panggilan beliau, karena tidak mau menyebutkan nama aslinya saat kita mintai keterangan. Beliau hanya memberikan informasi orang orang yang di makamkan saja. Untuk cerita rakyat dan jejak sejarahnya, tidak ada sama sekali. Yang jelas, beliau bercerita tentang bangunan yang di duga markas belanda yang sudah hancur tak bersisa berada di dusun Gabug.

Keterangan berikutnya, beliau hanya memberikan petunjuk tentang bangunan makam dan tempat untuk pengintaian musuh. Bangunan itu hampir menyerupai bangunan Trianggulasi atau tapal batas wilayah. Makam yang di maksud berada disisi pojok timur, merupakan makam sosok Senopati yang bernama Senopati Kertopati, yang pernah membantu perang Diponegoro di Tegalrejo magelang. Yang terkenal dengan sebutan Perang Jawa atau De Java Oorlog. 

Komplek Makam Kasepuhan Gunung Selogender

Mengutip tentang siapakah yang dimakamkan, yang berada di gunung selogender ini. Sumber dari Magelang News, Hasil wawancara dengan salah satu tokoh yang di sepuhkan di desa tersebut. Saya menangkap tentang percakapan yang di dialogkan antara keduanya. Yaitu tentang sosok pahlawan yang membantu perjuangan Pangeran Diponegoro antara lain.

1. Senopati Kertopati
   2. Senopati Mangkuwinoto
  3. Senopati Wiryowijoyo
  4. Senopati Wiryowinoto
5. Senopati Notodento

Kelima Senopati Tersebut memiliki Peranan penting dalam perang Pangeran diponegoro di Magelang. Dan Gunung selogender merupakan benteng pertahanan sekaligus tempat telik sandi Pangeran Diponegoro, untuk mengawasi aktifitas Belanda.

Tepatnya hari Minggu pada tanggal 28 maret 1830, selang sehari setelah lebaran Idul Fitri, suasana Magelang masih ramai. Di tambah lagi panglima perang Jawa, Pangeran Diponegoro datang ke Magelang dari bagelen, untuk memenuhi undangan Hendrik Merkus Baron De Kock, panglima tentara perang belanda di Jawa. Pangeran diponegoro di iringi pengikutnya dari metesih ketempat pertemuan yang berada di rumah residen Kedu.

Tiga hari sebelumnya, De Kock memberikan perintah kepada kedua Perwira Infanteri seniornya, dalam melaksanakan misi rahasia, yaitu Louis Du Perron dan A.V Michiels, agar mempersiapkan pasukan ketika Pangeran Digponegoro datang.

Dengan demikian, menurut sejarawan Peter Carey, tentara harus siaga di tangsi tangsi dan kuda kavaleri sudah di pasang pelana, sehingga begitu perintah pertama di keluarkan, semua anggota tentara sudah dapat atau langsung berkumpul dengan senjata lengakapnya.

Kutipan dari sumber majalah Historia.

Setelah tertangkapnya Pangeran Diponegoro, Kelima Senopati itu tetap masih menunggu perintah komando dari sang panglima jawanya. Masih menunggu kepulangan beliau dan berharap, Senopati senopati tersebut bisa berkumpul dan berperang melawan penjajah Belanda bersama lagi. Para senopati Pangeran Diponegor pun sudah menyadarinya, bahwa yang di harapkan tidak mungkin terjadi. Sehingga pada akhirnya, aktifitas di gunung tersebut masih berlaku di masa hidupnya. Tetap bertahan dan menunggu perintah.

Bahkan, berpesan kepada keturunannya, jika beliau para senopati tersebut wafat, supaya di makamkan di puncak gunung selogender, yang pernah di jadikan ajang membantu pertempuran melawan Belanda. Dan, ada 2 makam yang konon ceritanya tidak mau di bangun atau di kijing, hanya gundukan tanah saja.

Sekilas tentang kisah yang di ceritakan, dan beberapa sumber yang saya kutip sebagai pelengkapnya. 

Beberapa sumber cerita dengan sedikit penelitian tentang bangunan makam, menurut saya pribadi, ada kaitanya atau sangat singkron dengan tahun, langgam bangunan makam, dan dari mana kelima senopati tersebut berasal.

Pendapat saya pribadi, jika saya melihat dari langgam dan konstruksi bangunan makam, menjelaskan bahwa beliau yang di makamkan bukan orang biasa, melainkan mempunyai peranan penting pada masa pemerintahan keraton Jogja. Hanya tiga makam yang bisa di visualkan bangunan makamnya. Bahwa, makam tersebut berlanggam Hamengkubuwono abad ke 19 atau kisaran tahun 1800 an.

Jika mengingat tahun terjadinya perang Jawa, tahun tersebut menunjukan 1825 awal perang di mulai dan 1830 perang Jawa di akhiri. Itu pun di sebabkan karena kelicikan Jenderal De Kock. Bayangkan, jika kelicikan itu tak pernah terjadi. Kenapa De Kock melakukan hal demikian .. ??? Selama lima tahun, de Kock melawan Pangeran Diponegoro beserta pasukannya belum pernah mengalami kemenangan Mutlak. Bahkan, selama lima tahun berperang, Belanda mengalami kerugian yang sangat besar.

Kita renungkan sejenak, bagai mana jika itu semua tidak pernah terjadi .. ???



Alfatikhah untuk Pangeran Diponegoro
Do'a yang terbaik dari semua, dari keyakinan apa saja, doa kalian berlaku dan semoga di ijabah oleh yang Maha Kuasa.

AAMIIN

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA