Puncak Bukit Sentono Makam Syech Maulana Maghribi
Dalam rangka melaksanakan kegiatan masa libur kerja, saya bersama teman sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan penelitian yg menurutku penting, dan mungkin tidak penting untuk orang lain. Seperti pada awal kata pndahuluan ini. Saya menyatakan bahwa, diri saya bukanlah jebolan sekolah Akademis yang memuat tentang perjalanan Jenjang Pendidikan sekolah Perguruan Tinggi, Entah Perguruan Tinggi Negeri maupun Swasta. yang jelas saya senang melakukan sebuah perjalanan yg menurutku bermanfaat untuk saya Pribadi, Syukur syukur bermanfaat bagi Orang lain.
Kita akan membuka sedikit tentang obyek wisata Pantai Parangtritis, Mempunyai keunikan pemandangan yaitu selain ombak yang besar, terdapat pula pemandangan gunung gunung pasir putih di sekitaran pantai tersebut. yang lebih di kenal dengan sebutan gumug pasir.
Pantai parang tritis juga terkenal dengan Mitosnya dan legendanya. Penduduk setempat percaya bahwa seseorang dilarang menggunakan pakaian yang berwarna hijau, jika sedang berada di pantai selatan pulau jawa ini. Konon akan terseret ombak Nyi Roro kidul. Pantai parang tritis dan pantai parang kusumo menjadi tempat kunjungan di bulan bulan tertentu, terutama malam tahun baru masehi dan malam tahun baru hijriyyah.
Legenda pantai parang tritis
Masih dipercayai oleh masyarakat sekitar Jogjakarta. Keyakinan bahwa adanya seorang Ratu yang mendiami dan menjaga pantai selatan daerah istimewa jogjakarta ini. Bahkan seolah olah tak bisa lepas dan akan terus melekat di dalam kehidupan masyarakat. Tak heran jika ada kunjungan ke Jogjakarta pasti akan berfikir tentang kunjungan ke pantai parang tritis. Yang perlu di ketahui, akan banyaknya larangan yang sebaik baiknya tidak di langgar. Bagi para pengunjung setidaknya mampu menjaga prilaku sopan santun, adap dan membudayakan prilaku di tempat tersebut. Tidak hanya di pantai Parang Tritis dan Pantai Parang Koesoemo saja, bahkan di tempat wisata lainnya juga.
Legenda dari pantai selatan jogjakarta ini merupakan kisah yang menjadi cerita turun temurun. Meski kebenarannya belum bisa di buktikan sampai saat ini. Akan tetapi, kebudayaan percaya pada existensi Ratu Pantai Selatan tak bisa hilang oleh waktu. Seolah olah cerita atau legenda itu berbaur dengan masyarakat hampir di seluruh jawa. Nama parang tritis sendiri dapat dari kisah pelarian Sang Pangeran Dipokusumo pada zaman Kerajaan Majapahit, Yang kemudian melakukan pertapaan disini. Sang pangeran menemukan batu karang besar yang terdapat aliran air yang menetes yang di sebut istilah jawa tumeritis. Parang artinya Karang dan Tritis atau Tumeritis berarti saling menetes. Jadi parang tritis memiliki sekumpulan tetesan air yang menetes lewat dinding celah bebatuan karang, yang berada di pinggiran pantai.
|
Pantai Parang Tritis
Selain Obyek wisata pantai parang tritis dan pantai parang kusumo, di seputaran bukit karang juga terdapat dua makam sosok ulama besar penyebar Agama Islam. Kedua makam tersebut sekarang dijadikan obyek wisata Religi. Yaitu makam Syech Bela Belu beserta sahabatnya yang bernama Damiaking, dan makam Syech Maulana Maghribi. Jajaran kedua bukit tersebut tidak jauh, dan saling berdampingan. Kisaran 150 meter saja jarak di antara bukit keduanya. Sudah
Didalam video ini, yang pertama saya akan membahas tentang keberadaan makam Syech Maulana Maghribi dengan beberapa sumber.
Ke dua tata cara ziarah ke makam beserta urut urutan ke mana lagi setelah ziarah makam tersebut Syech Maulana Maghribi
Sumber dari Tim ahli cagar budaya kabupaten bantul
Lokasi makam Berada di puncak bukit Sentono, Dusun Mancingan, Desa Parangtritis, Kecamatan Kretek, Propinsi Daerah Istimewa Jogjakarta.
|
|
Komplek Makam Sentono, Syech Maulana Ibrahim Al Maghribi
Gapura makam berupa langgam candi bentar, dimana bangunan tersebut merupakan miniatur bangunan candi bentar di Jawa Timuran masa keemasan Kerajaan Majapahit. Bahan dasar bangunan tersebut adalah batu bata merah yang di plester menggunakan material pasir. Dengan hiasan kuncup melati pada bagian kepala gapura. Motif wajik di bagian leher gapuradi hubungkan dengan plang sebagai penanda dengan tulisan Makam Syech Maulana Magribi. Akses naik ke puncak atau menuju ke makam melalui anak tangga yang telah diperbaharui.
Diatas bukit dapat kita jumpai beberapa bangunan antara lain
1. Cungkup Makam 2. Tempat sesaji 3. Pendopo 4. Tempat Istirahat 5. Tempat Penjaga 6. Mushola
|
|
Komplek Makam Sentono, Syech Maulana Ibrahim Al Maghribi
Setelah mendaki dan melewati banyaknya anak tangga, kita bisa melihat beberapa material bekas bangunan candi yang berada di samping sisi kanan kiri jalan menuju makam. Berupa batuan kotak persegi dengan profile di bagian sisinya. Di pastikan sebelum kehadiran Syech Maulana Maghribi ke Parangtritis, bukit sentono pernah berdiri bangunan candi pada masa Kerajaan Mataram kuno. Kondisi Yoni saat ini, bagian tubuh dan cerat telah rusak atau patah atau sigar. Dengan upaya perawatan, yoni tersebut telah di ram menggunakan kawat supaya pecahannya tidak tersebar atau hilang. Bahan material yoni dari batu andesit berukuran panjang 78 cm, tinggi 65 cm, panjang cerat 27 cm. Hiasan berupa profile lis di bagian bawahnya.Lubang cerat yoni yang tembus kebagian poros tengah penampang atas. Ukuran panjang cerat 47 cm, lebar 12 cm dan kedalaman 26 cm.
|
|
Komplek Makam Sentono, Syech Maulana Ibrahim Al Maghribi
Dalam catatan sejarah yang saya kutip dari Balai Pelestari Cagar Budaya Kabupaten Bantul, dalam bentuk PDF menuliskan tentang Sejarah Syech Maulana Maghribi, adalah seorang tokoh penyebar Agama Islam yang berasal dari maroko. Beliau di percaya sebagai salah satu Anggota dari Dewan Wali Songo. Di perkirakan beliau wafat pada tahun 1419 masehi.
Syech Maulana Maghribi menyebarkan agama islam dengan rentang waktu dari tahun 1404 sampai 1435 masehi. Dan termasuk dalam generasi penyebaran agama islam yang sama dengan Syech Maulana Malik Ibrahim yang wafat pada tahun 1419 masehi, Maulana Iskhaq,, Maulana Akhmad Jumatil Qubro, Maulana Muhammad Al Maghribi, Maulana Malik Israil yang wafat pada tahun 1435 masehi, Maulana Ali Akbar yang wafat pada tahun 1435 masehi, Maulana Hasanuddin, Maulana Aliyyuddin dan Syech Subakir atau juga di sebut dengan nama Syech Muhammad Al Baqier.
|
|
Komplek Makam Sentono, Syech Maulana Ibrahim Al Maghribi
Syech Maulana Maghribi menjadi juru dakwah yang disegani di kalangan Wali Songo dan mempunyai jasa yang besar dalam perkembangan islam di tanah jawa. Beliau tidak menetap disuatu tempat, akan tetapi beliau berdakwah sampai ke pelosok pelosok daerah. Oleh karena itu, Informasi tempat dan lokasi makamnya tidak bisa di ketahui dengan pasti.
Sebagian masyarakat jawa meyakini bahwa, makam Syech Maulana Maghribi berada di berbagai tempat. Hal ini diperkuat dengan cerita tutur dan nama nama yang berkaitan dengan Maghribi. Keberadaan makam makam tersebut diantaranya Banten, Cirebon, Wonobodro Batang, Pantaran Boyolali, Bayat Klaten, Jatinom Klaten, Pekalongan, Tuban, Gresik, Komplek makam di belakang Masjid Demak, dan di Parangtritis Bantul Jogjakarta.
Dalam kisah masyarakat di Mancingan, Parangtritis, Syech Maulana Maghribi yang nama lengkapnya adalah Sayyidina Syech Maulana Muhammad Al Maghoribi, di percaya masih keturunan dari Syech Masjidil Qubro dari Persia. Syech Masjidil Qubro menurunkan salah seorang puteri yang bernama Nyai Tabirah. Beliau inilah yang kemudian menurunkan putera yang bernama Syech Maulana Maghribi.
Dalam cerita di sebutkan, ketika Syech Maulana Maghribi sampai di parangtritis, bertemu dengan dua pemuda putera dari Prabu Brawijaya ke lima yang bernama Joko Dandung Dan Joko Jantrung. Di kemudian hari joko dandung dan joko jantrung ini di ketahui dgn nama lain dari Syech Bela Belu dan Syech Damiaking. Beberapa tokoh Begawan Selahening yang di yakini sebagai Brahmana Hindu. Dugaan ini di kaitkan derngan adanya temuan berupa sisa sisa reruntuhan bangunan candi dan yoni, yang mengindikasikan Agama Hindu sudah berkembang terlebih dahulu di mancingan Parangtritis.
Sekilas catatan dari sumber yang saya kutip
|
|
Komplek Makam Sentono, Syech Maulana Ibrahim Al Maghribi
Unsur kebudayaan
Makam Syech Maulana Maghribi termasuk tipology makam Islam. Memberikan informasi tentang berlanjutnya tradisi jawa mengenahi konsep kesakralan tempat yang tinggi. Berlanjutnya membangun makam di tempat yang tinggi diikuti dengan tradisi Ziarah yang di lakukan oleh masyarakat lokal maupun dari luar daerah.
Makam Syech Maulana Maghribi saat ini dimanfaatkan masyarakat untuk wisata religi dan ritual keagamaan. Makam Syech Maulana Maghribi dapat menguatkan kepribadian bangsa dan masyarakat Bantul.
Makam Syech Maulana Maghribi dapat di tetapkan menjadi struktur Cagar Budaya Peringkat Kabupaten, sebab memenuhi syarat :
1. Sebagai Cagar Budaya yang di utamakan untuk di lestarikan dalam wilayah kabupaten 2. Mewakili gaya yang khas, Makam Syech Maulana Maghribi menunjukan struktur yang di bangun masa islam yang masih terpengaruh dengan kebudayaan sebelumnya. 3. Tingkat keterancamannya tinggi, Makam Syech MAulana Maghribi terancam kelestariannya karena posisinya berada di puncak bukit yang rawan longsor tentunmya 4. Jenisnya sedikit, Makam Syech Maulana Maghribi hanya ada di puncak bukit sentono. 5, Jumlah terbatas, Makam Syech Maulana Maghribi merupakan salah satu peninggalan dari tokoh penyebar Agama Islam di wilayah Bantul dan DIY, yang makamnya di bangun di atas bukit. Adab dan budaya cara melaksanakan ziarah ke makam Syech Maulana Maghribi.
yang pertama, Ambil Air Wudhu terlebih dahulu, supaya terhindar dari najis kecil dan terjaga dari kesucian.
Di Usahakan Melaksanakan kewajibannya dahulu. yaitu Sholat wajib jika memang belum melaksanakannya dan di lanjutkan dengan Sholat Sunnah. Dan berdoa kepada yang kuasa yaitu ALLOH SWT, tentang Khajad yang di inginkan.
Dilanjutkan menuju Makam tawasul atau berziarah. Saat awal mau masuk ke makam, di usahakan berjalan jongkok. Keluar dari makam dengan berjalan jongkok, dalam posisi mundur tanpa membelakangi makam. Adab dan kesopanan, termasuk ucapan dijaga di dalam komplek makam. Sudah Merupakan wujud penghormatan kepada Ulama yang berjasa kepada umat.
Setelah selesai Ziarah, ikuti anjuran dari pakuncen makam tersebut. Dengan di arahkan untuk ziarah ke suatu tempat yang bernama Cepuri. Yang letaknya berada di alun alun parang koesoemo. Cepuri sendiri merupakan tempat atau petilasan bertemunya kedua Makhluk ALLOH SWT yang sangat di muliakan kala itu. Beliau mempunyai gelar Besar atau pembesar Utama kerajaan Mataram Islam Yang bernama Danang Sutawijaya. Beliau sering di sebut dengan Panembahan Senopati dan Nyai Ratu Kidul.
Sebelum Masuk dalam komplek Cepuri, Pakuncen akan menyarankan untuk membeli Piranti berupa Dupa dan Bunga 7 Rupa. Dan pesan saya pribadi, berapapun harga dupa dan bunga tersebut, jangan sampai di tawar. Karena, mengandung filosofi atau makna. Bunga tersebut akan di bagi menjadi dua bagian. Khusus bunga tujuh rupa di letakan pada petilasan Panembahan Senopati. Sedangkan yang berwarna Putih semua, akan di letakan pada petilasan Kanjeng Ratu Kidul.
Oleh pakuncen setempat pasti akan di tanya tentang ke yakinan. Jika Muslim, di persilahkan berdoa menurut keyakinannya pribadi. Saat berdoa atau bermunajad kepada ALLOH SWT di tempat tersebut harus khusuk dan satu tujuan. Dan pakuncen Cepuri akan meninggalkan pesan, Berdoalah dengan kalimatmu sendiri, jangan sampai salah ucap sehingga menjadikanmu keluar dari ajaran agama. Piranti Bunga dan Dupa, hanya di manfaatkan bau harumnya saja, supaya munajat kita lebih khusuk.
Tidak ada yang namanya bau wangi bunga dan dupa bukan sebagai perantara doa menuju yang kuasa. Bunga dan dupa hanya di manfaatkan sebagai wewangian saja. Supaya saat kita berdoa kepada ALLOH SWT akan merasa tenang. Doa yang di panjatkan saat di makam Syech Maulana Maghribi, di ulang lagi saat bermunajad dalam komplek cepuri. Dan di panjatkan lagi sampai nanti terakhir berdoa di bibir pantai parang koesoemo. Doa tersebut harus sama dan tidak berubah. Itu menunjukan ke istiqomahan kita dalam berdoa. Dan berdoa meminta kepada ALLOH SWT, jangan yang lainnya.
Sebut Nama Panembahan Senopati dan Ibu Ratu Laut Kidul, kirimlah surat Al fatikhah kepada beliau berdua. Antara di terima atau tidaknya, Hanya Gusti ALLOH yang tau. Karena, beliau berdua termasuk leluhur kita yang sudah berpegang teguh pada ajaran keyakinan Muslim.
|
|
Komplek Makam Sentono, Syech Maulana Ibrahim Al Maghribi
Keindahan Kearifan lokal nusantara, sebenarnya sudah mengajarkan kita untuk memilih, antara yang baik dan yang buruk. Akan tetapi, kadang manusia awam, yang tidak mau mendengarkan penjelasan, akan merasa bahwa itu merupakan tindakan yang bodoh semata. Karena, yang akan membawa kita kepada nilai nilai kemusrikan yang hakiki. Jika kita cermati, ajaran para wali sebenarnya memasukan inti sari islam ( kebenaran ) dalam adat dan budaya yang di kemas rapi tanpa harus di perdebatkan. Itu pun jika kita tau alur dan jalurnya kemana.
Islam dari sisi pesan universal, namun jika masuk kedalam lingkaran budaya akan ada Islam Nigeria, Islam Sulawesi, Islam Pacitan, Islam Gunung Kidul dan itu sah saja selama bingkai tauhid mo noteisme,” kata tokoh Muhammadiyah Ahmad Syafii Maarif saat acara diskusi peluncuran bukunya Islam dalam Bingkai Keindonesiaan dan Kemanusiaan, Selasa (14/4) malam. Syafii mengatakan, Rasulullah Muhammad SAW bersabda agar umat Islam bersikap khadah muhakamah, yakni menghormati adat istiadat. Ajaran Rasulullah itu, me nurutnya, sama seperti ajaran Islam di dalam Alquran. “Seperti ayat Al quran yang turun di Makkah, Allah SWT satu, tetapi juga ada pesan ke manusiaan,” ujarnya. Di mata Syafii, perbedaan agama dan cara penyembahan merupakan takdir Allah. Hal ini, menurutnya, sebagaimana firman Allah SWT di dalam Alquran surah Yunus ayat 99, “Dan jikalau Tuhanmu menghendaki, tentulah beriman semua orang yang di muka bumi seluruhnya. Maka, apakah kamu (hendak) memaksa manusia supaya mereka menjadi orang-orang yang beriman semua?” Syafii mengatakan, ayat tersebut menguatkan pengakuan Islam terhadap eksistensi keragaman suku, bangsa, agama, bahasa, dan sejarah. Dalam ajaran Islam, tidak ada paksaan dalam berkeyakinan. Setiap individu maupun kelompok berhak menjalankan agama sesuai keyakinan. Sebab, sejatinya ber agama mesti berangkat dari kesadaran bukan paksaan. “Kalau mereka tidak mau beriman, jangan dipaksa meskipun beriman itu baik,” kata Syafii. sumb republika.co.id Ibnu Taimiyah rahimahullah berkata , وَأَمَّا الْعَادَاتُ فَهِيَ مَا اعْتَادَهُ النَّاسُ فِي دُنْيَاهُمْ مِمَّا يَحْتَاجُونَ إلَيْهِ وَالْأَصْلُ فِيهِ عَدَمُ الْحَظْرِ فَلَا يَحْظُرُ مِنْهُ إلَّا مَا حَظَرَهُ اللَّهُ سُبْحَانَهُ وَتَعَالَى “Adat adalah kebiasaan manusia dalam urusan dunia mereka yang mereka butuhkan. Hukum asal kebiasaan ini adalah tidak ada larangan kecuali jika Allah melarangnya.” (Majmu’atul Fatawa, 29: 16-17) Kebiasaan manusia yang dimaksudkan adalah makan, minum, berpakaian, berjalan, berbicara, dan kebiasaan lainnya. Kebiasaan tersebut barulah terlarang jika ada dalil tegas, dalil umum, atau adanya qiyas yang shahih. Allah Ta’ala berfirman,
هُوَ الَّذِي خَلَقَ لَكُمْ مَا فِي الْأَرْضِ جَمِيعًا “Dia-lah Allah, yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu” (QS. Al Baqarah: 29). Ayat ini menunjukkan bahwa Allah menciptakan bagi kita segala sesuatu dan itu halal untuk dimanfaatkan dengan cara pemanfaatan apa pun. Dari Sa’ad bin Abi Waqqosh, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda , إِنَّ أَعْظَمَ الْمُسْلِمِينَ جُرْمًا مَنْ سَأَلَ عَنْ شَىْءٍ لَمْ يُحَرَّمْ ، فَحُرِّمَ مِنْ أَجْلِ مَسْأَلَتِهِ “Sesungguhnya kesalahan terbesar dari kaum muslimin adalah jika ia bertanya tentang sesuatu yang tidak diharamkan, namun ia haramkan karena suatu kepentingan” (HR. Bukhari no. 7289 dan Muslim no. 2358). Guru kami, Syaikh Sa’ad
Sumber https://rumaysho.com
|
Komentar
Posting Komentar