MAKAM SUNAN KATONG KALIWUNGU

 " NISAN SEPUH DI KOMPLEK MAKAM SUNAN KATONG "

Dalam rangka melaksanakan kegiatan masa libur kerja, saya bersama teman sudah menjadi kebiasaan untuk melakukan penelitian yg menurutku penting, dan mungkin tidak penting untuk orang lain. Seperti pada awal kata pndahuluan ini. Saya menyatakan bahwa, diri saya bukanlah jebolan dari Akademis yang memuat tentang perjalanan Jenjang Pendidikan sekolah Perguruan Tinggi, Entah Perguruan Tinggi Negeri ataupun Swasta. yang jelas saya senang melakukan sebuah perjalanan yg menurutku bermanfaat untuk saya Pribadi, Syukur syukur bermanfaat bagi Orang lain. 

Dalam rangka melaksanakan suatu survei lokasi yang saya kunjungi. biasanya saya memilih tempat yang mengandung Unsur Jejak jejak sejarah. Entah itu masa klasic, Masa Colonial, Petilasan bahkan sampai ke kuburan kuburan yang saya anggap sepuh atau tua. Karena menurut saya pribadi. Dengan adanya penelitian kecil yang saya lakukan, saya pun berharap akan menemukan sececah penerangan dari sumber sumber yang saya kumpulkan. Di antaranya sumber Primer atau Sumber Sekunder.

Makam Sunan Katong

Kabupaten Kaliwungu Kabupaten Kendal


Sejarah Kendal sendiri dalam buku "Babad Tanah Kendal" karya Ahmad Hamam Rochani, menyebutkan banyak sekali yang melatar belakangi nama Kendal. Ada yang menyebut dengan Kendalapura atau Kontali atau Kentali. Namun Babad Tanah Jawi menyebutnya bahwa Kendal berasal dari nama sebuah pohon, yaitu Pohon Kendal.

Begitu pula tentang Kendal sebagai sebuah negeri, memang tenggelam oleh kerajaan atau negeri-negeri besar. Namun pada akhirnya negeri Kendal menjadi catatan sejarah nasional dan bahkan internasional karena catatan sejarahnya disimpan di sebuah perguruan tinggi terkenal di Nederland yaitu Universitas Leiden Belanda.

Menurut Penulis, dipakai kata babad karena kupasannya dari cerita yang mengandung sejarah. Kalau diartikan secara umum Babad Tanah Kendal artinya cerita sejarah tentang tanah Kendal. Oleh karena itu, penekanan dalam hal ini adalah cerita, bukan sejarah yang harus dibuktikan dengan fakta. Sehingga mungkin akan dijumpai hal-hal yang kadang lain di telinga atau bertentangan dengan pemahaman yang sudah melekat erat di pikiran masyarakat


Nisan nisan Sepuh Langgam Demak

Bathara Katong atau Sunan Katong besama pasukannya mendarat di Kaliwungu dan memilih tempat di pegunungan Penjor atau pegunungan telapak kuntul melayang. Beberapa tokoh dalam rombongannya antara lain terdapat tokoh seperti Ten Koe Pen Jian Lien (Tekuk Penjalin),Han Bie Yan (Kyai Gembyang) dan Raden Panggung (Wali Joko).
Penyebaran Islam di sekitar Kaliwungu tidak ada hambatan apapun. Sedangka memasuki wilayah yang agak ke barat, ditemui seorang tokoh agama Hindu/Budha, bahka disebutkan sebagai mantan petinggi Kadipaten di bawah Kerajaan Majapahit untuk wilayah Kendal/Kaliwungu, bernama Suromenggolo atau Empu Pakuwojo.

Dikatakan dalam cerita tutur, ia seorang petinggi Majapahit dan ahli membuat pusaka atau empu. Ia seorang adipati Majapahit yang pusat pemerintahannya di Kaliwungu/Kendal. Untuk meng-Islamkan atau menyerukan kepada Pakuwojo supaya memeluk agam Islam, Tidaklah mudah sebagaimana meng_Islamkan masyarakat biasa. Sifat gengsi dan merasa jadi taklukan adalah mendekati kepastian. Karena ia merasa punya kelebihan, maka peng_Islamannya diwarnai dengan adu kesaktian, sebagaimana Ki Ageng Pandan Aran meng-Islamkan para 'Ajar' di perbukitan Bergota / Pulau Tirang. Kesepakatan atau persyaratan dibuat dengan penuh kesadaran dalam kapasitas sebagai seorang ksatria pilih tanding.

"Bila Sunan Katong sanggup mengalahkannya, maka ia mau memeluk agama Islam dan menjadi murid Sunan Katong", demikian sumpah Pakuwojo di hadapan Sunan Katong. Pola dan gaya pertarungan seperti itu memang sudah menjadi budaya orang-orang dahulu. Mereka lebih menjunjung sportivitas pribadi. Dengan didampingi dua sahabatnya dan satu saudaranya, pertarungan antar keduanya berlangsung seru. Selain adu fisik, mereka pun adu kekuatan batin yang sulit diikuti oleh mata oran awam. Kejar mengejar, baik di darat maupun di air hingga berlangsung lama dan Pakuwojo tidak pernah menang. Bahkan ia berkeinginan untuk lari dan bersembunyi. Kebetulan sekali ada sebuah pohon besar yang berlubang. Oleh Pakuwojo digunakan sebagai tempat bersembunyi dengan harapan Sunan Katong tidak mengetahuinya.

Namun berkat ilmu yang dimiliki, Sunan Katong berhasil menemukan Pakuwojo, dan menyerahlah Pakuwojo. Sebagaimana janjinya, kemudian ia mengucapkan dua kalimat syahadat sebagai tanda masuk Islam. Oleh Sunan Katong, pohon yang dijadikan tempat persembunyian Pakuwojo diberi nama Pohon Kendal yang artinya penerang. Di tempat itulah Pakuwojo terbuka hati dan pikirannya menjadi terang dan masuk Islam. Dan Sungai yang dijadikan tempat pertarungan kedua tokoh itu diberi nama Kali/Sungai Kendal, yaiut sungai yang membelah kota Kendal, tepatnya di depan masjid Kendal.

Pakuwojo yang semula oleh banyak orang dipanggil Empu Pakuwojo, oleh Sunan Katong dipanggil dengan nama Pangeran Pakuwojo, sebuah penghargaan karena ia seorang petinggi Majapahit. Setelah itu ia memilih di desa Getas Kecamatan Patebon dan kadang-kadang ia berada di padepokannya yang terletak di perbukitan Sentir atau Gunung Sentir dan menjadi murid Sunan Katong. Sedangkan nama tempat di sekitar pohon Kendal disebutnya dengan Kendalsari. Masih ada keterangan lain yang ada hubungannya dengan nama Kendal. Dikatakannya bahwa nama Kendal berasal dari kata Kendalapura.

Dilihat dari namanya, Kendalapura ini berkonotasi dengan agama Hindu. Artinya, bahwa Kendal sudah ada sejak agama Hindu masuk ke Kendal. Atau paling tidak di dalam pembacaan mantera pemujaan sudah menyebut nama Kendalapura. Ada juga keterangan yang menerangkan bahwa Kendal berasal dari kata Kantali atau Kontali. Nama itu pernah disebut-sebut oleh orang-orang Cina sehubungan dengan ditemukannya banya arca di daerah Kendal. Bahkan disebutkan oleh catatan itu bahwa candi-candi di Kendal jauh lebih tua dari candi Borobudur maupun candi Prambanan.

Temuan-temuan itu patut dihargai dan bahkan bisa menjadi kekayaan sebuah asal-usul, walaupun kebanyakan masyarakat lebih cenderung pada catatan Babad Tanah Jawi yang menerangkan bahwa nama Kendal berasal dari sebuah pohon yang bernama pohon Kendal. Kecenderungan itu karena dapat diketahui tentang tokoh-tokohnya yaitu Sunan Katong dan Pakuwojo yang mendapat dukungan dari Pangeran Benowo. Selain itu catatan pendukung lainnya justru berada di Universitas Leiden, Belanda, sebuah perguruan tinggi terkenal yang banyak menyimpan catatan sejarah Jawa.

Akan halnya cerita Sunan Katong dan Pakuwojo dalam legenda yang telah banyak ditulis itu menggambarkan sebuah prosesi, betapa sulitnya merubah pendirian seseorang, terlebih menyangkut soal agama/keyakinan. Cerita-cerita itu menerangkan bahwa antara Pakuwojo dan Sunan Katong pada akhirnya tewas bersama (sampyuh). Cerita yang sebenarnya tidaklah demikian. Cerita itu maksudnya, begitu Pakuwojo berhasil dibuka hatinya oleh Sunan Katong, dan Pakuwojo mau mengucapkan dua kalimat syahadat dan menjadi murid Sunan Katong, berarti antara kedua tokoh itu hidup rukun sama-sama mengembangkan agama Islam.

Legenda adalah sebuah genre dari cerita rakyat yang terdiri dari atas narasi yang menampilkan perbuatan perbuatan manusia yang diyakini atau dipercayai oleh si pencerita dan pendengarnya sebagai kisah nyata yang seolah olah pernah terjadi.

Babad adalah salah satu genre sastra, khususnya dalam sastra jawa. Karya karya sastra bergenre babad biasanya mengandung campuran antara sejarah, mitos dan kepercayaan.

Sedangka sejarah adalah, diartikan sebagai asal usul ( keturunan ) atau silsilah, kejadian dan peristiwa yang benar benar terjadi pada masa lampau, riwayat, tambo, sebuah pengetahuan atau uraian tentang peristiwa dan kejadian yang benar benar terjadi pada masa lampau.

Untuk pertama kalinya, saya akan membahas tentang struktur komplek makam Sunan Katong, semoga dengan keterangan dari saya pribadi akan sedikit memberikan jawaban dari kisah legenda atau babat tanah kendal. 


Nisan Masa Mataram Islam Amangkurat La
mbayat 

Sebenarnya tata cara pemakaman pada masa Pra_mataram islam sudah berkembang di jawa tengah, cara pemakaman yang lebih mengutamakan sesepuhnya atau orang yang di anggap sepuh di berikan tempat yang tertinggi di antara makam makam yang notabenya sebagai punggawa keraton, santri atau murid. Sistim pemakaman demikian sudah di terapkan pada masa islam sudah masuk ke nusntara. Sebagai contoh, makam makam aulia, umaro', sekelas wali Songo. Sama halnya, makam kasepuhan Sunan Katong juga di perlakukan demikian.

Jika kita melihat kontur tanah pemakaman Sunan Katong merupakan perbukitan yang menjorok ke sisi sebelah utara. dengan puncak yang tidak bertitik sumbu pada bagian poros tengah. Melainkan, puncak bukit tersebut berporos pada bagian sisi sebelah barat dari poros tengah. Dipuncak tertinggi gugusan bukit " Kuntul Ngelayang " disinilah Sunan Katong bersemayam, Desa protomulyo, Kecamatan Kaliwungu, Kabupaten Kendal. Sunan Katong merupakan Alim Ulama' yang disepuhkan, maka dari itu makam sunan Katong berada pada posisi tertingi, kemudian di susul oleh para cantrik maupun para muridnya. Istilah cantrik disini adalah, seseorng yang di pilih untuk menjadi asisten pengajar bagi seorang Guru ( mursyid ). Kemudian makam makam yang se_era dengan beliau. Disusul komplek makam yang lebih muda dari Era beliau. Kemudian di susul lagi yang lebih muda, seterusnya dan seterusnya ke taraf yang lebih muda lagi.


Nisan Masa Pakubuwono Langgam Demak Adipatiunus

Menyinggung tentang makam kasepuhan Sunan Katong, jika melihat secara langsung tentang konsep penataan makam. Dalam konsep tersebut banyak kita jumpai makam makam sepuh berbagai era atau masa. Mulai dari langgam Demak, Tembayat, Demak Adipati Unus, terakhir langgam Pantura. Walaupun demikian, makam tersebut tidak harus di sama ratakan dengan masa yang sama. Ada masa abad ke 16, abad ke 17 dan abad 19 bahkan sampai abad ke 20. Walaupun belum pernah masuk ke dalam cungkup makam Sunan Katong, dan sama sekali belum pernah melihat nisan beliau. Dugaan saya sementara mengacu bahwa, Sunan Katong memang pernah memiliki sepak terjang pada masa pemerintahan Kasultanan Demak Bintoro yang dipimpin Adipati Unus Putera Raden Fattah.

Kenapa demikian .. ??? Melihat tata letak makam dengan ciri khas kasultanan Mataram Islam berada tepat di bawah makam Sunan Katong, Adad, Adat dan Budaya sudah menunjukan bahwa kedudukan sunan katong lebih tinggi, untuk kontek bangunan makamnya jelas di tuakan. Dan itu pun tidak mungkin jika lebih muda dengan makam yang berada di bawahnya. Semisal seera dengan yang di bawah, kenapa tidak di sejajarkan dengan makam langgam mataram islam .. ??? Tentu tidak, karena kedudukan Sunan Katong memang lebih tinggi, selain cucu dari Raja Demak beliau juga tidak di ragukan lagi kewaliannya.

Bahkan pesan yang disampaikan lewat pahatan batu nisan, sudah memberi keterangan bahwa, keberadaan makam yang dibawah pusara sunan katong merupakan sosok alim ulama besar yang memiliki peranan penting didalam sistim pemerintahan kala itu. Walau pun demikian, ulama ulama tersebut hanya abdi negara dan bukan keturunan atau  keluarga kerajaan, jadi adabnya harus tetap di bawah pepundennya.


Makam Bupati Kendal pertama
Periode 18

Dalam keterangan yang tertulis menggunakan huruf Arab pegon menerangkan bahwa Kanjeng Pangeran Haryo Noto Hamiparjo. Bupati Kendal Periode 1857 - 1891. Wafat tanggal 19 dzulhijjah 1314 tahun hijriyyah, tanggal 21 pahing 1897 masehi.

Nisan Masa Pakubuwono Langgam Demak

Makam langgam demak periode 1800 pakubuwono, Dengan bahan material koral atau batu karang.

Bersama sama mencermati cerita rakyat, legenda atau pun babat, apakah ada dari beberpa unsur kesamaan, tentang waktu, dan kejadian yang sudah terlewatkan .. ??? Dengan visualisasi pahatan batu nisan dan dari segi konsep bangunan komplek makam

Ayo kita pelajari bersama sama .. ???
Ingat .. !!! Tidak ada guru dan tidak ada murid






Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA