PENDAKIAN MERBABU VIA GANCIK, SELO, BOYOLALI

 GUNUNG IBARAT RUMAH, KITA ADALAH TAMU

Dalam rangka melaksanakan kegiatan saat libur kerja bersama sama dengan teman, yang jelas bukan teman komunitas sejarah. Pada suatu kesempatan ini saya tidak melakukan kegiatan blusukann seperti biasanya. Yaitu mendatangi tempat yang bersejarah maupun ke tempat yang di keramatkan. Libur kerja kali ini, saya ikut kegiatan Pendakian ke Gunung Merbabu. Bersama dengan keluarga besar " Wong Kuno " Pada tanggal 27 Mei 2023 kemarin Oke

Expedisi Merbabu Pura Pura'nya

Alun Alun Simpang PB VI Selo, Boyolali

Wong Kuno itu bukan komunitas dan juga bukan suatu organisasi kepemudaan. Kami hanya sekumpulan keluarga tanpa Kartu Keluarga yang aktif di bidang pecinta alam saja. Karena di dalam sistem kekeluargaan ini, kita tidak ada struktur organisasinya. Tidak ada ketua dan perangkat lain yang di pilih secara umum. Secara kebetulan, kita mempunyai hobi yang sama. Dolan dan melangkah sesuai dengan keinginan. Hanya penikmat ketinggian dan seneng ngopi bareng di tempat dingin, dan terbuka.

Perjalanan kami awali dari Ungaran pukul 19 : 30 malam, itupun tidak langsung berangkat. Melainkan, kita mampir disupermarket untuk belanja keperluan sesuai yang kita butuhkan saat melakukan pendakian dan ngecamp. Estimasi perjalanan sampai ke Base Camp Gancik kurang lebih hampir 3 jam. Itu pun, kita istirhat dan cari makan disimpang PB VI selo. Setelah selesai makan, kita berempat meneruskan perjalanan ke Base Camp sesampainya di sana waktu menunjukan pukul 22 : 45 menit

" Yang kita lakukan sesampainya di base camp mendaftar atau registrasi dengan gratis tanpa di pungut biaya sepeserpun tanpa on line. Cuma meninggalkan Kartu Tanda Penduduk, dan biaya parkir motor 5000,- rupiah "


Foto Gunung Merapi dari Post III Gunung Merbabu

Untuk Keberangkatan kital mulai jam 23 : 30 menit dari base camp. Ada penawaran yang mungkin bisa menghemat tenaga, yaitu ojeg gunung.

" Rute dari base camp sampai gerbang perhutani cuma di kenakan biaya 20.000 rupiah, untuk permintaan sampai ke post satu, cukup membayar jasa 50.000 rupiah ".

Lumayan loh, menempuh perjalanan mulai dari base camp sampai gerbang perhutani estimasi watunya bisa mencapai 40 menit. Itu pun jika perjalanan kita lancar atau standart. Di sini peranan kita menggunakan jasa ojeg bisa membantu menumbuhkan perekonomian warga gancik. Lebih istimewanya lagi selisih waktu perjalanan dua jam, antara base camp gancik dengangan base camp lainnya. estimasi waktunya  ebih cepat base camp gancik. Nikmati saja perjalanannya, dan selalu ingat kata kata " Lima menit lagi sampai puncak " 

Pak'e Jipi

Pak'e Yuli

Eh, ada yang sudah tau apa belum, ternyata pendakian pertama kali di gunung merbabu bukan warga pribumi loh, melainkan orang orang eropa. Simak sedikit ulasannya yaa .. 

Gunung Merbabu adalah gunung api yang bertipe Stratovulcano yang terletak secara geografis pada 7,5° LS dan 110,4° BT. Secara administratif gunung ini berada di wilayah Kabupaten Magelang di lereng sebelah barat dan Kabupaten Boyolali di lereng sebelah timur dan selatan, Kabupaten Semarang di lereng sebelah utara, Provinsi Jawa 

Ketinggian 3.145 mdpl 

Puncak 2.432 mdpl 

Koordinat 7.5°S 110.4°E 

Jenis gunung Stratovolcano Letusan terakhir 1797

Gunung Merbabu dikenal melalui naskah-naskah masa pra-Islam sebagai Gunung Damalung atau Gunung Pam(a)rihan. Di lerengnya pernah terdapat pertapaan terkenal dan pernah disinggahi oleh Bujangga Manik pada abad ke-15. Menurut etimologi, "merbabu" berasal dari gabungan kata "meru" (gunung) dan "abu" (abu). Nama ini baru muncul pada catatan-catatan Belanda.

Keluarga Pendaki Wong Kuno


Keluarga Pendaki Wong Kuno

Gunung ini pernah meletus pada tahun 1560 dan 1797. Dilaporkan juga pada tahun 1570 pernah meletus, akan tetapi belum dilakukan konfirmasi dan penelitian lebih lanjut. Puncak gunung Merbabu berada pada ketinggian 3.145 meter di atas permukaan air laut.

Gunung Merbabu mempunyai kawasan Hutan Dipterokarp Bukit, Hutan Dipterokarp Atas, Hutan Montane, dan hutan Ericaceous atau hutan gunung.

Pada 21 Oktober 1785 atau ratusan tahun sebelum Gunung Merbabu ditetapkan sebagai taman nasional, seorang naturalist dan ilmuwan Hindia-Belanda, Francois van Boekhold, diceritakan telah mencapai Kopeng, sisi utara Gunung Merbabu.

Sebelumnya Boekhold berangkat dari Salatiga, dengan menunggang kuda, dan sampai Kopeng pada sore hari, sekitar jam 5. Pada pukul 8 malam, suhu disana menurutnya, sudah terasa sangat dingin. Hingga dapat menembus pakaian hangatnya yang berbahan wol, dan tidak mungkin baginya untuk berdiam diri tanpa api sebagai penghangat.

Gunung Merapi Dari Gunung Merbabu

Pada sebuah gubug, menurut Boekhold, terlihat seorang Jawa sedang duduk di gubuk dekat perapian. Malam itu juga, Dia memeriksa bagian utara-timur atau tenggara gunung, yang menurutnya terlihat bagus dan mengagumkan.

Demikian diceritakan Francois van Boekhold, dalam catatanya Relaas van een togt den Brandenden Berg op Java (Cerita Perjalanan ke Gunung Api di Jawa), yang diterbitkan oleh Verhandelengin van het Bataviaasch Genootschap den Kunsten en Weternschappen atau Perkumpulan Masyarakat Untuk Seni dan Ilmu Pengetahuan – lembaga ilmu pengetahuan tertua di Asia Tenggara – pada tahun 1792.

Poto Gunung Merapi dari Gunung Merbabu

Pesona Wajah Merapi Dari Merbabu

Jadi, dari berbagai catatan dan sumber, gunung-gunung di Indonesia, sejak ratusan tahun lalu, memang telah didaki oleh orang-orang Eropa dan Hindia-Belanda. Para naturalist, pecinta alam dan peneliti tersebut, bukan hanya mendaki, tetapi juga melakukan pencatatan mengenai karakteristik dan hal-hal mengenai gunung yang didaki.

Sebagaimana diceritakan kembali oleh Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn – seorang naturalis, doktor, botanikus, dan geolog dari Hindia-Belanda kelahiran, Jerman – dalam bukunya yang terkenal Java (1850 dan 1854), Boekhold, berangkat dari Salatiga, pagi hari, pada 21 Oktober 1785. Sampai di Kopeng sekitar sore hari.

Kemudian, pada tengah malam, Boekhold, mulai mendaki melewati hutan yang lebat. Dia ditemani oleh beberapa penduduk lokal yang disewa untuk membantu membawakan perbekalan dan perlengkapan.

Pesona Wajah Merapi Dari Merbabu

Pesona Wajah Merapi Dari Merbabu

Ketika waktu menunjukkan jam 3 pagi, Boekhold, dengan bantuan alat navigasi Compass, mengambil jalan yang membentang ke tenggara memotong hutan yang lebat dan gelap. Menggunakan Booman atau golok, Dia membuka jalur untuk menemukan jalan menuju puncak. Pepohon yang ia lihat saat itu berukuran besar-besar dan suhunya sangat dingin.

Menurut Boekhold, walaupun ia tidak menyadari tentang keberadaan satwa liar sedikitpun, tetapi dengan pistol, ia sempat beberapa kali melepaskan tembakan untuk Tigers atau Harimau. Tetapi, dari catatannya, saat itu, memang ia tidak berjumpa dengan Harimau Jawa.

Pak'e Yuli, Pak'e Jipi dan Pelangi

Pak'e Jipi Dan Pak' Yuli

Pada jam 5 pagi, udara semakin terasa dingin. Lalu, satu jam kemudian, Boekhold keluar dari hutan dan tiba di sebuah dataran kecil, pada pukul enam. Hawa dingin saat itu seperti berada di atas titik beku, katanya. Saking dinginnya, sampai susah untuk bicara dan kaki serta tangan seperti membeku.

Pungguhan menuju puncak Gunung Kenteng Songo dan puncak Gunung Merbabu. 

Tempatnya sangat menyenangkan. Seperti berada di taman bunga, katanya. Di sana penuh ditumbuhi rerumputan yang sangat pendek dan penuh bunga-bungaan. Mirip bunga Rosemary. Setidaknya lebih dari seratus tumbuhan yang menurutnya, belum ia ketahui jenisnya

Itu Aku

Itu Aku

Kemudian, Boekhold, terus mendaki. Semakin tinggi, gunung semakin tandus, hingga akhirnya tiba di puncak Gunung Merbabu, pada jam 10 pagi. Cukup lebar, penuh dengan rumput, semak-semak dan tebing besar.

Waktu itu, cuaca di puncak sangat cerah. Sehingga, Boekhold dapat melihat pemandangan sekitarnya. Seperti diantaranya: dataran tinggi Kedu, Demak, hingga laut utara dan selatan. Benar-benar sangat menyenangkan, katanya.

Wong Kuno

Wong Kuno

Selama beberapa jam, Boekhold, berdiam diri, istirahat di puncak. Selama itu, tidak ada satupun binatang buas yang ia temukan.

Kalau membaca risalah perjalanannya Francois van Boekhold, yang menggambarkan suasana hutan yang lebat dan gelap, masih sedikit membingungkan. Apakah Dia lewat kedua jalur resmi pendakian di Taman Nasional Gunung seperti saat ini di Kopeng, yaitu jalur Cuntel dan jalur Tekelan.

Gunung Merbabu terkenal akan pesona padang sabananya yang memenuhi bagian lembahan dan punggungannya. Utamanya kawasan-kawasan sekitar dan mendekati puncak.

Wong Kuno

Wong Kuno

Tetapi, dari risalahnya, Boekhold, menuliskan kata tempat Thontil. Di mana, ia tiba di sana jam 6 sore. Seperti diceritakan sebelumnya, pada jam 8 malam, udara terasa sangat dingin disana. Dia juga melihat seorang penduduk yang duduk dekat perapian di rumahnya. Nah, mungkin yang dimaksud Thontil disini adalah Desa Cuntel.

Wong Kuno

Wong Kuno

Dataran kecil yang Boekhold ceritakan tempat yang menyenangkan dan puncak gunung yang tingginya hampir setinggi dataran, sepertinya, itu Pos Kedokan menuju Pos Kergo Pasar, jalur Cuntel.

Wong Kuno

Wong Kuno

Puncak gunung yang dikatakan Boekhold, sebagaimana yang saya ingat ketika mendaki melalui jalur Cuntel, itu adalah Gunung Telomoyo, Gunung Andong dan beberapa gunung lainnya. Kalau dilihat dari dataran kecil tersebut, memang tingginya hampir sama.

Jalur Selo

Areal di Gunung Merbabu, jalur Selo dengan latar belakang Gunung Merapi

Sementara itu, Friedrich Franz Wilhelm Junghuhn, salah satu naturalist dan peneliti besar Hindia Belanda, pada 6-7 November 1836, mendaki Gunung Merbabu, melalui sisi selatan, Selo ( diduga desa Gancik ). Menurut Junghuhn, Dia mendaki selama 5 jam, kemudian menuju ke arah puncak timur laut. Sempat terjadi hujan es saat itu, di mana suhu turun dengan cukup cepat. Menjadi sangat dingin.

Wong Kuno

Wong Kuno

Pagi hari berikutnya, sebelum matahari terbit, Junghuhn turun melalui sisi timur laut. Menurutnya, medannya seperti seragam dari pada sisi lainnya. Kemudian, tiba di salah satu desa tertinggi di kaki Gunung Merbabu, Desa Diwa – kalau cek di map, nama desa tersebut masih ada, tepi sekarang namanya Diwak.

Pada 2 Mei 1838, Junghuhn, kembali naik Gunung Merbabu. Tetapi, kali ini, mendaki melalui sisi timur gunung, Pantaran masuk Kecamatan Ampel.

Wong Kuno

Wong Kuno

Sewaktu mendaki, Junghuhn, menceritakan Gunung Merbabu yang terdiri dari beberapa puncak. Dia mengatakan beberapa fumarol dan sumur lumpur, tetapi tidak ada letusan. 

Sedikit cerita pendaki dari perancis pada masa Hindia belanda, Menceritakan tentang keindahan alam Indonesia dengan pesona flora yang berwujud hamparan rumput

Wong Kuno


Wong Kuno


Wong Kuno
Merapi dari Merbabu
Merapi dari Merbabu
Wong Kuno
Gunung Merapi
Wong Kuno
Gunung Merapi
wong Kuno
Wong Kuno
Wong Kuno


Wong Kuno

Wong Kuno

Wong Kuno

Wong Kuno

Wong Kuno

Wong Kuno


Merapi dari Merbabu


Merapi dari Merbabu

Merapi dari Merbabu

Wong Kuno

Dari post tiga dengan ketinggian 2593 mdpl, ketika melakukan perjalanan menuju puncak, akan Disuguhkan pemandangan yang sangat istimewa, karena jalur ke puncak akan melewati sebuah tepat seperti lapangan bola, yaitu sabana satu dengan ketinggian 2770 mdpl dan sabana dua dengan ketinggian 2850 mdpl. 

Sabana adalah Padang rumput yang luas, yang terdapat pada dataran tinggi Pegunungan, diselingi oleh beberapa tumbuhan jenis tanaman bunga eddelweiss dan pohon cantigi.

Dengan jalur perbukitan sebagai medannya, setelah melewati sabana satu dan dua, selanjutnya kita akan menuju  pertigaan  jalan yang di tandai dengan adanya batu lumpang.  Pertigaan batu lumpang memiliki dua jalur yang berbeda arah. Jika memilih jalur ke kanan akan menuju salah satu bukit yang belum saya kenal namanya. Dan jika kita mengarah ke jalur kiri menuju ke dua puncak. Antara puncak trianggulasi dan puncak kenteng songo.

Watu Lumpang

Untuk melanjutkan ke arah puncak, estimasi waktu yang di butuhkan kurang lebih 20 menit, dengan perjalanan standar bahkan bisa kurang.

sebelum melanjutkan membahas tentang perjalanan menuju puncak, disini saya akan memberikan informasi tentang apa yang di sebut dengan batu lumpang dan kegunaanya.

Batu lumpang itu sendiri termasuk Benda Cagar Budaya yang di lindungi oleh negara.
Apakah ada undang undang yang mengatur tentang perlindungan Benda cagar budaya tersebut.

Simak sedikit ulasan tentang undang undang perlindungan cagar budaya :

Peraturan pemerintah (PP) Nomor 1 tahun 2022 tentang Registrasi Nasional dan Pelestarian Cagar Budaya. Peraturan ini di terbitkan sebagai pelaksanaan dari undang undang nomor 11 tahun 2010 tentang cagar budaya. Dan ada tindak pidananya bagi setiap oknum atau orang yang melanggarnya

Adapun sanksinya, bagi perusak cagar budaya adalah pidana penjara paling singkat 1 tahun dan paling lama 15 tahun, dengan denda paling seikit Rp 500 juta dan paling banyak Rp 5 milyar.

Sedangkan untuk pencurian cagar budaya sanksinya adalah penjara paling sedikit 6 bulan paling lama 10 tahun dan denda paling sedikit Rp 250 juta dan paling banyak Rp 2,5 milyar.

Demikian sedikit informasi tentang undang undang perlindungan cagar budaya, semoga dapat bermanfaat.

Batu lumpang dengan bentuk tidak beraturan itu, dijadikan penanda bahwa, arah ke pucak sudah dekat. Perjalanan dari lokasi keberadaan batu lumpang, estimasi waktu yang di butuhkan 20 menit, untuk mencapai puncak keduanya. itu pun, jika di tempuh dengan lancar. Jika ditempuh dengan perjalanan lambat dan bermalas malasan, bisa mencapai 40 menit bahkan lebih untuk mencapai kedua puncak tersebut.


Watu Lumpang

Watu Lumpang


Batu lumpang yang terbesar memiliki ukuran lubang berdimaeter kurang lebih sekitar 40 cm, kedalaman lubang tengah batu lumpang 46 cm. Sedangkan untuk ukuran batu lumpang terbesar kedua memiliki ukuran diameter 30cm, dengan kedalaman kisaran 36 cm. Untuk ukuran lainnya berfariasi, hanya beberapa saja yang saya lakukan untuk tahap pengukuran tersebut.Bentuk batu tidak beraturan, tidak sama dengan bentuk batu lumpang yang sering kali saya temukan. Tidak harus bulat pipih, atau bulat dengan pahatan rapi pada bagian sisi luar lingkarnya.

 
Watu Lumpang Kenteng Songo

Banyaknya situs cagar budaya, yang dapat kita temui di setiap wilayah wilayah yang memiliki potensi cerita rakyat dan mengandung unsur sejarah bangsa. Sama halnya jalur pendakian gunung merbabu setelah sabana dua, walaupun cuma sekedar watu lumpang saja. Akan tetapi, jalan  ini merupakan jalur spiritual yang sering di lalui oleh para pendahulu kita pada masa itu. Merupakan jalur kuno untuk mmelakukan sebuah kewajiban yang dipikulnya. Tempat ini pula yang memiliki kisah perjalanan tentang munculnya suatu peradaban. Yaitu Peradaban masa kuno, dimana masa masa itu menorehkan sejarah kisah klasic yang masih tersimpan rapi dalam warisannya. 

Watu Lumpang Kenteng Songo



Watu Lumpang Kenteng Songo




Watu Lumpang Kenteng Songo


Watu Lumpang merupakan salah satu jenis Benda Cagar Budaya, Yang perlu mendapatkan perhatian, perlu dirawat dan dilestarikan. Karena benda inilah yang masih tersisa, diwariskan untuk kita dari  leluhur nusantara. Yang dulu pernah di sucikan untuk kegunaan yang semestinya. Tonggak sejarah suatu daerah yang memiliki makna spiritual tinggi.

Banyak pendapat yang mengutarakan,tentang kegunaan atau fungsi dari pada watu lumpang tersebut.


Watu Lumpang Kenteng Songo

Pendapat Pertama

Watu Lumpang Merupakan salah satu penanda suatu wilayah yang di sebut dengan " Krajan ".

Di mana terdapat sebuah desa atau tempat yang berkaitan dengan nama Krajan sebagai toponiminya. Sudah bisa pastikan, lokasi tersebut terdapat situs cagar budaya, minimal watu lumpang dan situs lainya, kemungkin keberadaan sisa bangunan Candi maupun jenis arca Nandi dan Yoni.

Watu Lumpang Kenteng Songo

Pendapat ke dua

Watu Lumpang sengaja di buat dan digunakan sebagai alat, untuk mempermudah suatu pekerjaan. Sebagai contoh, untuk menumbuk hasil pertanian mau pun untuk alat pengolahan obat obatan herbal di masa itu.
Watu Lumpang Kenteng Songo

Pendapat Ketiga :

Watu lumpang di ciptakan sebagai alat atau sarana pemujaan dewi kesubura atau Dewi Sri atau Dewi Padi. Dengan cara melakukan upacara pemujaan yang di ikuti oleh lapisan masyarakat pada umumnya.

Pemujaan kepada dewi Sri pun, dilakukan  di tengah tengah tanah yang luas dan lapang, tentunya dengan bacaan bacaan mantera dan doa.

Dengan adanya ritual semacam itu, terciptalah tradisi " Wiwitan ( bahasa jawa ) atau awalan " Tradisi tersebut masih terlaksana hingga sampai sekarang, acara seperti itu masih diadakan khususnya daerah pulau jawa dan bali. Wiwitan adalah, upacara adat yang di lakukan untuk mengawali atau memulainya masa panen. Kebanyakan acara wiwitan di adakan saat mulai panen padi.

Dengan adanya tradisi semacam itu, leluhur Nusantara mewariskan budaya ke generasi berikutnya. Walaupun beda cara berdoa, namun sikap pelaksanaan tetap sama walaupun beda tipis.

Jangan memiliki persepsi yang negatif. 
Karena, kita mempunyai konsep masing masing dalam melaksanakan atau melakukan ucapan syukur terhadap Tuhan Yang Maha esa.

Pendapat Ke Empat

Watu Lumpang memiliki pasangan yaitu sebatang Alu ( jawa ) Yang terbuat dari batu Juga. Antara watu lumpang dan alu, Merupakan benda yang di gunakan sebagai sarana untuk pemujaan juga. Pendapat ini memang agak masuk akal jika menurut saya. Alu dan watu lumpang, Merupakan gambaran atau bentuk lingga dan yoni yang belum sempurna.

Setiap masa, Perkembangan pemikiran manusia selalu mengalami perubahan dengan ide kratifnya, untuk membuat suatu gagasan yang masuk logika.

Secara keseluruhan pendapat di atas, bagiku masuk di akal semua. Untuk mencari kenenaran tentamg fungsi watu lumpang sangat sulit. Karena, Belum pernah di ketahui atau di temui sebait prasasti yang menjelaskan tentang kegunaan watu lumpang tersebut.

Demikian pandangan umum tentang berbgai fungsi kegunaan watu lumpang. Dan apakah watu lumpang yang terdapat pada jalur pendakian merbabu termasuk dilam daftar penyebutan fungsi diatas .. ???

Watu lumpang yang terdapat pada jalur pendakian sangat berbeda denga watu lumpang pada umumnya. Kalau pendapat pribadi saya menyatakan bahwa, watu lumpang tersebut memiliki satu fungsi saja. Yaitu sebagai tempat atau wadah untuk menampung air yang di sucikan, dimana air tersebut dipergunakan untuk sarana pemujaan kepada Dewa yang dipujanya.

Munkin ada pertanyaan bedanya apa dengan watu lumpang pada umumnya yang sudah disebutkan diatas .. ???
Dan jika di gunakan sebagai penampungan air, dari mana datangnya air tesebut dan bisa memenuhi cekungan batu lumpang .. ???

Walaupun sama sama memiliki peranan penting, Perbedaan dengan watu lumpang pada umumnya adalah:

Untuk bentuk memiliki unsur kesamaa, Penempatan sangat berbeda. Watu lumpang yang umum banyak sekali di temukan pada lahan produktif atau lahan pertanian, terdapat pada dataran rendah saja, kebanyakan watu lumpang yang umum selalu berkaitan dengan pertanian dengan memiliki lubang tengah yang tidak terlalu besar.

Lubang tengah yang terpahat pada batu lumpang, yang berada di jalur pendakian merbabu dan kenteng songo tersebut, lebih besar dari pada batu lumpang pada umumnya, dan tidak mmungkin jika dipuncak gunung terdapat sistem pertanian yang menghasilkan, dilihat dari suhu dan cuaca yang tidak mudah diprediksi, tidaklah mudah untuk menumbuhkan tanaman yang menghasilkan.

Bagai mana cara mengisi air kedalam watu lumpang tersebut .. ???

Leluhur kita mengandalkan hujan dan embun, apa yang di berikan dari alam. Pada masa mataram kuno atau pada masa kerajaan hindu buddha, perbedaan cuaca dan dan dinginnya suhu kala itu beda jauh dengan sekarang. Bahkan Franz Junghuhn pernah meyatakan pada abad ke 19, puncak merbabu pernah terjadi hujan Es. Jadi, air dalam batu lumpang tersebut terisi secara alami 

Biarkan manusia berpendapat tentang logika dan nalar yang di gunakannya, Kembalikan pada pendapat yang terakhir. Bahwa, informasi yang memuat tentang kegunaan watu lumpang sangat minim dan belum di ketahui sumber yang jelas.

Tugas saya sebagai penulis atau perangkai sebuah narasi, hanya berbagi sedikit pengetahuan yang saya ketahui saja.

Selanjutnya terserah mereka mereka yang akan menanggapi akan hal ini.

Salam Pendaki Wong Kuno


_Hobiku_Sobo_Alas_






#GoesDancoex








Komentar

Postingan populer dari blog ini

WATU LUMPANG DAN UNFINIS YONI KENDALI SODO

SITUS CANDI DI MAKAM WALIULLOH KHASAN MUNADI

MAKAM WALIULLOH SYECH SUDJONO DAN KE DUA SAHABATNYA