KIJING SEPUH KI AGENG MANDUROREJO DAN KYAI AGENG SABARDRONO
Kijing Sepuh Ki Ageng Mandurorejo Dan Kyai Ageng Sabardrono
Dalam rangka melaksanakan kegiatan masa libur kerja, saya bersama teman blusukers makam sepuh sudah menjdi kebiasaan untuk melakukan penelitian yang menurutku penting, dan mungkin tidak penting untuk orang lain. Seperti pada awal kata pendahulu ini, diri saya bukanlah jebolan sekolah akademis yang memuat tentang perjalanan jenjang pendidikan perguruan tinggi negeri mau pun swasta. Yang berbasis tentang kesejarahan atau pun kebudayaan. Hanya senang melakukan sebuah perjalanan yang menurutku bermanfaat untuk saya pribadi, syukur bermanfaat untuk orang lain.
Untuk melaksanakan survei lokasi yang di kunjungi , pilihan tempat yang mengandung unsur jejak sejarah, entah itu masa clasik, colonial, punden atau petilasan yang di keramatkan.
Perjalanan kali ini akan mengupas tentang makam salah seorang tokoh dalam cerita rakyat, beliau adalah salah seorang yang pertama kali membuka Desa setempat, tokoh tersebut lebih dikenal dengan sebutan Ki Ageng Mandurorejo dan Kyai Sabardrono.
![]() |
Komplek Makam Ki Ageg Mandurorejo dan Kyai Ageng Sabar Drono |
Tanggal 29 April 2023, Saya mengikuti acara blusukan dalam rangka silaturrakhmi lebaran, antar pemuda dari berbagai daerah. Ada yang dari Daerah Istimewa Yogyakarta, Klaten, Magelang, Boyolali, Salatiga dan Ungaran. Tiga hari sebelum acara tersebut berjalan, saya mendapatkan kabar dari salah satu blusuker pernisanan yang berasal dari salatiga. Bahwa, tanggal yang tertera di atas akan di agenakan blusukan sekaligus Ziarah ke makam Tokoh sesepuh yang berada di Kabupaten Boyolali. Di antaranya makam kasepuhan Prabu Srimakurung Handayaningrat, Beliau adalah Kakek dari Sultan Hadiwijaya Raja Kerajaan Pajang, Mas Karebet atau lebih di kenal dengan sebutan Jaka Tingkir. Makam Kasepuhan Ki Ageng Kebo Kenongo, merupakan ayah Jaka Tingkir, Makam Kasepuhan Tumenggung Barat Ketigo, Makam Kasepuhan Padmonegoro, Komplek Makam Kasepuhan Ki Ageng Mandurorejo dan Kyai Sabardrono dan yang terakhir ke Komplek makam Kasepuhan Desa Sambi Boyolali.
Di desa sambi ini kita bakal menemukan komplek makam yang sudah tertata denga apik. Dengan etika kesopanan yang sudah di terapkan pada jaman kerajaan dulu. Yaitu, di mana makam yang paling sepuh berada dalam posisi paling utara ( jika kontur tanahnya mendatar ). Atau paling tinggi jika kontur tanahnya perbukita. Penataan makam di mulai dari yang tertua di susul komplek pemakaman yang muda muda.
Sebagai contoh, komplek makam kasepuhan desa sambi ini masih oriental atau kental dengan makam kasepuhan pemerintahan Mataram Islam, dengan pemimpin kala itu Sultan Agung Hanyokrokusumo sebagai Rajanya, sampai kegenerasi berikutnya. Dengan tata letak mulai dari utara, nisan kasepuhan mataram islam langgam hanyokrokusuman ageng, diikuti komplek makam dengan pahatan nisan mataram islam amangkuratan atau hanyokrokusuman alit, nisan masa peralihan akhir mataram islam amangkurat awal pakubuwono. Semua tertata sejajar dengan kaidah yang sudah di terapkan masa itu.
Hanya sedikit gambaran betapa megahnya kala itu, pembangunan makam dengan kearifan lokalnya. Sudah tertaata sedemikian rupa.
![]() | |
Dalam komplek makam kasepuhan ini, terdapat lima pusara tokoh pembesar masa itu. Hanya ada satu makam yang kurang komplit bangunannya. Yaitu, keberadaan dua belah batu nisan yang di jadikan prasasti, tidak terlihat pada pusara tokoh tersebut. Entah memang tidak ada, atau memang nisan tersebut berada dalam tumpukn material jirat makam. Karena saat blusukan makam tersebut, kita tidak berani ngecek secara detail bangunannya. Ada satu hal yg menjadikan kita tidak sampai melangkah ke taraf berikutnya. Tapi sumpah, bangunan makam ini keren banget. Ada Empat pusara yang masih terlihat sangat komplit, antara jirat makam dan kedua nisan yang masih terpasang di antaranya. Secara kesluruhan, nisan nisan tersebut terpahat lambang purnama sidi pada bagian permukaan. Menandakan bahwa, beliau yang di makamkan memiliki taraf dalam bidang Ilmu ke agamaan, ilmu tasyawuf, ulama besar dan tanda kewalian. Yang memiliki jabatan dalam sistem pemerintahan kala itu. Bangunan komplek makam ini, masih di kelilingi pagar bumi dengan bahan material banon, yang memiliki ukuran tidak pada umumnya. Bahkan, antara material jirat makam dengan material pagar bumi, dibangun menggunakan material yang sama di gunakan untuk membangun candi. Sama sama memiliki ukuran tebal 9 cm, panjang 46 cm dan lebar 36 cm. |
![]() | ||||
|
![]() | |
Saya sering sekali menjumpai makam makam yang masih komplit konstruksi bangunan jiratnya, bahkan tidak hanya di komplek makam dusun drono saja. Melainkan tempaat tempat yang lain, yang kebetulan terdapat makam makam sepuhnya. Setiap blusukan ke makam makam sepuh di berbagai daerah. Sering sekali melihat pahatan pahatan nisan sepuh yang di jadikan prasasti anumerta. Kebanyakan setiap nisan memiliki simbol simbol yang berbeda. Tergantung dengan karakter penggambaran seseorang dalam segi Jabatan, Tingkatan, Keilmuan bidang tatanegara dan keilmuan dalam bidang kesufian. Pahatan atau simbul yang di terapkan dalam pahatan nisan memiliki arti tersendiri. Jenis pahatan Tumpal Keris, Tumpal Tombak, Purnama Sidi, Wulan Tumanggal, Wulan tumanggal tertusuk tumpal, Suryo condro, Suryo suminar dan masih banyak yg lainnya. Simbul simbul tersebut terpahat dalam media batu nisan berbagai era, mulai dari langgam demak, Langgam Bayat, Langgam Padjang, Langgam Mataram Islam. Langgam mataram Islam ini pun memiliki dua karakter yg hampir memiliki kesamaan, serupa tapi tak sama dalam bentuk pahatan batu nisannya. Antara Mataram Islam Hanyokrokoesoeman Ageng dan Hanyokrokoesoeman Alit ( Amangkurat ). Langgam Pakubuwanan, Dan Langgam Pantura. Dari sini, niatan saya pribadi bisa melakukan penelitian kecil untuk belajar menguak salah satu sisi dari cerita, legenda fersi rakyat yang sudah terangkum dalam babat. |
![]() | |
Untuk mengetahui Tentang kedua tokoh yang di makamkan di dusun drono desa ketaon, belum di ketahui tentang seluk beluk dan sepak terjang beliau berlima. Cuma, penamaan tokoh antara Mandurorejo dengan Sabardrono memiliki ciri kas yang sudah mendapatkan alur cerita dari porsinya masing masing. Sehingga salah satu tokoh yang di makamkan dalam komplek pemakaman sepuh tersebut, di jadikan sebagai toponimi sebuah wilayah di bawah pemerintahan desa. Wilayah tersebut bernama dusun drono di ambil dari nama belakang atau mungkin nama panggilan beliau dari salah satu tokoh pendahulu yang bernama Kyai Ageng Sabardrono Jika kita amati kelima makam terebut, terdapat batu nisan dengan pahatan yang sangat menakjubkan bagi saya pribadi. Karena apa .. ??? Setelah sedikit saya mempelajari buku yang mengupas tentang nisan nisan nusantara dan langgam batu nisan, akhirnya saya mengerti walaupun sedikit yang saya tangkap. Pelajaran itu saya petik hikmahnya dari setiap postingan di media sosial Face Book, mengambil hikmah ketika bersama sama blusukan religius ke makam makam sepuh. Dari situlah saya mengerti dan faham tentang batu nisan dari bentuk pahatan dan asal muasal langgam batu nisan tersebut. Sedikit memberikan pengalaman ketika blusukan dan memvisualkan tentang pahatan nisan. Jika saya bersama teman teman yang sehobi, berpendapat bahwa, Komplek makam kasepuhan Ki Ageng Mandurorejo dan Kyai Ageng Sabardrono beserta tokoh lainya. Beliau beliau ini pernah memiliki sepak terjang pada masa peralihan. Akhir demak awal berdirinya Kerajaan Pajang. Jadi pahatan nisan memiliki dua karakter langgam yang berbeda. Terpahat antara langgam Demak dengan langgam Pajang. Secara menyeluruh, pada masa kehidupan beliau berlima merupakan tokoh tokoh yang mempunyai peranan penting dalam sistim tata negara. Beliau berlima adalah Pejabat disalah satu kerajaan yang di dominasinya, termasuk golongan tokoh yang menguasai ilmu keagamaan, memiliki ilmu tasyawuf, termasuk tokoh sufi yang tingkatan kewaliannya sudah tidak di ragukan lagi. |
![]() |
Makam Ki Ageng Mandurorejo dan Kyai Ageng Sabardrono |
![]() | |
Tidak ada pesan yang buruk, jika sesepuh sudah memberikan warisannya kepada kita Tidak ada pesan yang meragukan, jiak sesepuh sudah memberikan warisannya kepada kita. Warisan dengan petuah petuah, warisan yang penuh dengan wejangan yang mengajarkan kita tentang pelajaran budi luhur yang berbuah kebajikan. Tidak ada warisan yang buruk, yang di tinggalkan kepada ahli warisnya, hanya pesan moral yang baik untuk bisa di pelajari lewat guratan yang terukir pada batu nisan dan jirat makam. Ikuti penelusuran berikutya, tentang kearifan lokal nusantara yang menggambarkan pesan moral lewat pahatan pada batu nisan maupun bangunan jirat makam, dan masih di seputaran kabupaten Boyolali dan sekitarnya |
![]() |
Nisan Sepuh Patih Mandurorejo Contoh nisan sepuh Patih Mandurorejo, dengan langgam dan pahatan nisan yang apik Langgam mataram Islam sultan Agung Hanyokrokoesoemo Ageng Lengkap dengan Kaki, Ukiran Patran, Sabuk atau Pinggang, Tumpal, Kembang Awan, Bahu dan Mustaka |
![]() | |
|
Komentar
Posting Komentar