TEMUAN BAGIAN CANDI DI TEPI SUNGAI TUNTANG
Kabar itu di dapat dari salah satu warga masyarakat Desa Bogo, Kecamatan Pringapus, Kabupaten Semarang. Beliau bernama Pak Bandi yang berprofesi sebagai Nelayan atau tukang mancing ikan. Pagi itu, tepatnya pada tanggal 04 februari 2023, kebetulan pak subandi mempunyai agenda memancing di salah satu tempat yang sudah di rencanakan. Tempat yang beliau pilih kala itu adalah salah satu desa yang berada di kecamatan Kedungjati, kabupaten Grobogan. Tepatnya di sepanjang aliran sungai Tuntang yang menghubungkan sampai ke Bendungan Glapan, kecamatan Gubug, Kabupaten Grobogan. Pada tanggal 7 Februari 2023, pak bandi memberi kabar kepada Pak Nanang dan Ibu Wahyuni mengenahi ODCB ( Obyek Diduga Cagar Budaya ). Namun kabar tersebut hanya sebuah cerita saja, jadi beliau berdua belum bisa memastikan kebenaran yang di sampaikan. Perlu di apresiasi niat pak subandi, beliau mendatangi ODCB tersebut hanya sekedar mengambil gambar dan memastikan bahwa kabar yang beliau sampaikan itu benar. Gambar berupa video dan sedikit ungkapan pernyatan kebenaran tersebut di kirim lewat nomor WA pak nanang. Karena peranan Pak nanang dan Ibu wahyuni, beliau berdua merupakan anggota dari Komunitas Sejarah
" Dewa Siwa " Komunitas Pecinta Cagar Budaya Watu Candi.
Setelah pak nanang mendapatkan kabar yang serius tentang kebenaran ODCB, hari itu juga pak nanang memberitahukan kabar baik kepada saya, untuk membicarakan agenda blusukan ke kedungjati. Akhirnya pada tanggal 9 februari 2023, agenda tersebut terlaksana dan kita berangkat dari bawen jam 06 : 30 pagi. Sekalian nganterke mbok'e wahyuni lomba Guru ( mbuh, jenenge lomba opo, aku dewe horraaag mudeng )
Awalnya kita cuma melihat dari kejauhan, karene keberadaan ODCB tersebut di seberang sungai. Lalu, kita memutuskan untuk mendekat dan berusaha menyeberangi sungai tuntang yang memiliki lebar kurang lebih kisaran 17 meteran. Setelah mendekati obyek, kita di perlihatkan adanya sebaran material batu bata berukuran sangat besar, tidak sama ukurannya dengan batu bata pada umumnya. Batu bata tersebut memiliki ukuran tebal 9 cm, Panjang 60 cm dan lebar 46 cm yang berada di bibir sungai tuntang.
Kami mulai menganalisa dari mana asal BCB tersebut, memprediksi dan memperkirakan bahwa asal BCB tidak jauh dari aliran sungai tuntang. Dugaan sementara dari atas bukit yang kemudian terbawa tanah longsor hingga ke bibir sungai, di sebabkan faktor alam berupa curah hujan yang cukup tinggi. Yang mengakibatkan BCB ikut larut terbawa longsoran tanah sampai ke bibir sungai.
Aliran Sungai tuntang
Sempat memastikan dengan acuan beberapa material batu bata kuno yang kita lihat keberadaannya di lokasi, bahwa di atas perbukitan yang longsor pernah berdiri bangunan kuno berupa " Candi ". Dan sampai saat ini, kita pun berharap semoga masih ada dan masih terlihat struktur bangunan tersebut di atas sana. Karena artefaks longsoran dari atas menunjukan bahwa, bangunan tersebut tidak berdiri sendiri, melainkan ada bangunan lain yang mendampinginya. Ada pun bagian artefaks terpenting dari bangunan candi yaitu
1. Lima belah batu bata kuno ( banon )
2. Dua buah Lingga
3. Satu buah Yoni
Lingga Yoni
Lingga merupakan bagian paling penting dalam sarana pemujaan hindu siwa, Lingga sendiri memiliki arti sebagai berikut
Selain di gambarkan sebagai antropomorfik, Siwa juga digambarkan dalam wujud an-iconic sebagai lingga. Pada dasarnya, lingga adalah pilar cahaya, yang merupakan simbul benih dari segala sesuatu yang ada dalam semesta ini berasal. Lingga semacam ini disebut Joytrilingga. Siwa sendiri mempresentasikan dirinya ke dalam wujud pilar api pada mitologi linggotbhawa murti.
Selain Joytrilingga, terdapat juga manusia lingga, yaitu lingga yang merupakan simbul dari organ maskulin. Cirinya adalah mempunyai tiga bagian, terdiri atas bagian yang paling bawah berbentuk persegidi sebut Brahmabhaga. Bagian tengah yang berbentuk segi delapan Wisnubhaga. dan bagian paling atas bebentuk silendris disebut Rudrabhaga. Pada bagian rudrabhaga terdapat hiasan garis melengkung yang di sebut Brahmasutra.
Kata lingga ini biasanya singkatan daripda Siwalingga dan merupakan sebuah obyek tegak, tinggi yang melambangkan Phalus ( penis ) atau kelamin laki laki. yang memiliki kedudukan tertinggi di bandingkan dengan dewa dewa lainnya. atau lebih di kenal dengan sebutan Dewa Maha Dewa. Lingga dalam mitologi hindu kuno, di simbulkan sebagai alat kelamin laki laki.
Yoni merupakan bagian terpenting dari sebuah bangunan pemujaan, yang memiliki pasangan berupa lingga. Lingga yoni dalam mitologi hindu kuno di merupakan simbul Turimurti. Pengertian trimurti disini adalah satu kesatuan tiga dewa tertinggi diatas dewa dewa lainnya. Dewa Trimurti terdiri atas dewa Brahma sebagai dewadewa pencipta.
Dewa Wisnu sebagai dewa pemelihara
Dewa Siwa sebagai dewa Yang mengawali dan mengakhiri ( pembinasa atau perusak ).
sedangkan pengertian Yoni itu sendiri apa .. ???
Balai Pelestarian Cagara Budaya Jawa Tengah menerangkan bahwa dalam konsep hindu, yoni merupakan representasi dari Parwati ( Cakti dari Dewa Siwa ), dan merupakan simbul kewanitaan. Yoni biasanya di pasangkan dengan lingga yang merupakan lambang Dewa Siwa sebagai simbul alat kelamin pria atau laki laki. Persatuan antara lingga yoni ini, dalam keyakinan hindu kuno dianggap sebagai simbul dari kesuburan.
Keberadaan lingga yoni tidak harus di dalam bangunan candi induk saja. Melainkan, keberadaan lingga yoni dapat kita jumpai pada sebuah bangunan petirtaan kuno maupun lahat produktif atau tanah yang subur.
Batu Bata Kuno ( Banon )
Banon adalah material bangunan yang terbuat dari tanah liat, atau bahan baku tanah yang di cetak sedemikian rupa. Higga menjadi bentuk kotak persegi yang di campur dengan skam atau kulit padi. Kemudian di bakar hingga mencapai suhu 360 derajad celcius, sehingga warnanya berubah menjadi kemerah merahan. Fungsi campuran skam atau kulit padi adalah, membantu pembakaran dari dalam, supaya calon banon matang dengan sempurna dan bisa bertahan lebih lama.
Lingga Yoni dan Komponen Banon Material Candi
Sedangkan Yoni ini memiliki bentuk yang sangat sederhana, tanpa hiasan di bawah ceratnya. Pada umumnya, dan yang sering saya jumpai. Di bawah cerat yoni memilikihiasan dua ornamen berbentuk arca naga kobra dan kura kura. Yang memiliki kisah penjelmaan Dewa Wisnu menjadi kura kura mengalahkan naga basukisaat merebutkan tirta amerta di dalam samudera mantana.Kedua ornamen tersebut dalam posisi, naga kobra menyangga kura kura tepat di atas kepalanya, dan posisi kura kura menyangga cerat yoni persis di atas punggung atau cangkangnya.
Penampang yoni bagian bawah terdapat pahatan berbentuk palang, yang di fungsikan sebagai penunjuk arah mata angin dan sebagai penunjuk arah cerat yoni.
Kondisi yoni masih sangat bagus, hanya saja ptah pada bagian ceratnya. Mungkin karena berbenturan dengan benda keras saat yoni tersebut terbawa longsor hingga turun ke bawah bibir sungai tuntang. Memang pada umumnya, bagian yang paling rawan atau rentan memang terletak pada bagian ceratnya, yaitu mudah patah.
Lingga
Fragmen Lingga
Dalam longsoran tersebut kita dapat melihat keberadaan dua buah lingga, yang memiliki ukuran yang berbeda. Nah, dari situlah pikiran kita menduga bahwa, sebenarnya bangunan kuno atau candi ini tidak hanya satu saja, melainkan ada bangunan candi lainnya. Menutup kemungkinan, Bangunan candi tersebut berdiri lebih dari tiga. Kemingkinan dugaan saya pribadi, dua bangunan candi induk dan dua bangunan candi perwara dalam satu komplek.
Kondisi kedua lingga seperti pada gambar di atas.
Lingga yang satu dalam kondisi baik, hanya lecet pada bagian pucuk atasnya dan ukurannya lebih besar jika di banding dengan lingga yang satunya.
Sedangkan untuk lingga yang satunya dala kondisi patah pada bagian tengah, hanya menyisakan bagian atas atau pucuknya yang berbentuk silindris atau rudrabhaganya saja.
Entah bagai mana cara saya pribadi memahami dan engagumi maha karya leluhur kita, yang sudah terkenal seantero jagad raya ini.
#GoesDancoex
Jossss masseeehhh
BalasHapusTerimakasih Bapak'e
Hapus😂😂😂😂
Agendakan ketika masih ramadhan Pak