KEKUNOAN DI MAKAM SYECH BELA BELU
" Makam Syaikhona Bela Belu Damiaking Parangtritis Selatan Jogja "
Tidak
Di Sangka
Di Sangka
Bahwa di selatan Wilayah DIY, Tepatnya pesisisir pantai Parangtritis, Ternyata terdapat Dua komplek pemakaman Ulama Besar yang pernah berjasa dalam Syiar Keyakinan Muslim di daerah selatan jogja, atau Waliulloh Yang terkenal diberbagai tempat, Khususnya Jawa Tengah
Makam tersebut antara lain :
1. Syaikhona ( Syech ) Bela Belu dan Syaikhona ( Syech ) Damiyaking
2. Syaikhona ( Syech ) Maulana Maghribi.
Di sini saya akan memaparkan sebuah Cerita ( Bukan Sejarah ). Dalam kisahnya, Syaikhona atau Syech Bela Belu adalah seorang keturunan dari Prabu Brawijaya V, Yaitu Seorang Raja di kerajaan Majapahit.
Semasa Beliau Masih Remaja. Beliau memiliki suatu keyakinan yang di anutnya yaitu Hindu.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
bernama kecil Jaka Bandem, salah satu putera Prabu Brawijaya terakhir dari Majapahit. Pada akhir masa kejayaannya, Majapahit terlibat perang saudara berlarut-larut yang disebut Perang Paregreg.
Seiring dengan hal itu, pengaruh Islam mulai masuk dan menguat di Majapahit. Banyak punggawa dan kawula Majapahit menyingkir akibat huru-hara, sebagian kawula juga belum bersedia memeluk agama baru. Jaka Bandem bersama pengikutnya keluar kerajaan mencari daerah yang dianggap aman dan tenang. Mereka berjalan menyisiri jalur pantai selatan menuju barat karena, kawasan yang tidak pernah dirambah orang. Tempat ini merupakan kawasan yang berpenghuni makhluk halus berupa " jin dan bekasaan” atau kawasan yang asing , Jarang di kunjungi orang dan menakutkan. Perjalanan itu sampai sebelah selatan jogja, Tepatnya pesisir pantai Parangtritis dalam waktu yang tidak singkat. Setibanya di Parangtritis, Jaka Bandem merasa tentram, tenang dan tersembunyi, Jauh pula dari pusat keramaian.
( Bersambung )
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Namanya
Bapak Warijo, Selaku Pakuncen atau juru kunci makam Syech Bela belu.
Dan Bapak Ratno, Beliau adalah juru parkir dilokasi halaman Makam Syech Bela Belu. Sedikit minta informasi kepada beliau tentang Cerita rakyat Yang sangat kuat di lingkungan Pantai Parangtritis. Secara kebetulan, Beliau berasal dari Kota Semarang. Tepatnya kampung Mberokan Gang IV. Namun, Beliau sudah menetap di Jogja selama hampir 40 tahun. Beliau Menceritakan tentang Cerita atau Legenda Rakyat Masa Kehidupan Syech Bela Belu atau Joko Bandem ( Nama Kecilnya ). Dengan Fasih sekali, Bapak Ratno menceritakan legenda tersebut.
Mugi Mugi pinaringan sehat, Bagas, Kwarasan Kagem Pak Ratno Sa kaluargi Murah Rizqi, Berkah Manfsat.( Semoga Sehat setosa untuk pak Ratno beserta keluarganya, Di mudahkan dan Murah Rizqi berkah Manfaat )
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Melanjutkan cerita dari beliau, bahwa Joko Bandem Menetap di " Gunung Banteng ". Tepatnya di dusun Pancingan Desa Parangtritis. Yaitu, Sebuah gugusan Bukit yang berjajar dan membentengi Deburan Ombak dari Pantai parangtritis. Kehidupan Jaka Bandem menemui ketenangan dan kebahagiaan, Sama dengan hal yang di cita citakan setelah pelariannya dari majapahit beserta kakak tertua ( Simpang Siur ). Ada yang menjelaskan cerita tersebut, Damiaking adalah Sahabat karibnya sejak berada di Kerajaan Majapahit.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Mereka berdua, Menyinggahi bukit Banteng, Beserta dengan puluhan warga yang mengikuti jejak langkahnya hingga sampai di tepi pantai parangtritis Ini. Kemudian, Serentak para pelarian itu membuat tempat berteduh ( Gubug / Rumah ) menetap. Sehingga menjadi sebuah perkampungan kecil yang lumayan bertahan lama sampai sekarang ini. Di samping menetapi tempat tersebut ( Gunung Banteng ), Jaka Bandem, Damiaking beserta Warga pelarian itu, Berusaha bercocok tanam dengan mengolah tanah menjadi lahan persawahan. Lambat laun, Tempat itu menjadi " Gemah Ripah Loh Jinawi " subur makmur, Ayem tentrem kasantosan karaharjan. Sesudah merasa nyaman dengan Kehdupannya yang sekarang. Joko Bandem pun tetap menekuni atau masih mengingat ajaran ajaran dari leluhurnya. Di lokasi itu, Beliau membuat tempat peribadatan sebuah Kuil ( Mungkin Yang di Maksud Candi ). Dengan membuat Dua Buah Patung Antara lain :
1. Patung Punokawan
2. Patung Banteng
Dan beberapa batuan persegi empat, Yang di anggap sebagai palinggihan Joko Bandem dan Damiaking Sewaktu melaksanakan Pemujaan kepada dewata Agung.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
( Untuk Semua Keterangan Beberapa Batuan berbentuk persegi Atau Bentuk Patung, ada di bawah ).
Selang Beberapa waktu kemudian, tempat yang dulunya sepi, Tidak ada kehidupan. Kini menjadi Desa yang kecil. Dadakan menjadi ramai oleh pengunjung walaupun hanya sekedar mampir dan melepas lelah saja. Lama kelamaan, Berangsurnya waktu berganti Waktu, Hari berganti hari, Bulan berganti bulan dan tahun berganti tahun. Hampir di setiap hari, Hilir mudik orang sling berdatangan. Hanya ingin mampir ke desa tersebut dan melepas lelah. Di kemudian hari, Datang sosok setengah baya, Mengenakan pakaian berjubah serba putih, Mengenakan kain penutup di kepala ( Berpakaian Ala Walisongo ), datang ke desa tersebut. Banyak penduduk desa, Sangat kaget melihatnya dan merasa aneh pada pandangan yang tertuju kepada si pengunjung itu. Aneh dengan cara berbusananya. Yaitu, satu setel pakaian Jubah yang ia kenakan.
Kemudian Orang itu bertanya kepada salah satu warga, Dan disaksikan banyak orang yang berada di sekitarnya. Orang itu menanyakan, Siapakah pemimpin desa yang menjadi tempat tinggal kalian sampai saat ini. Salah satu warga yang menyaksikan kejadian itu, mendengarkan dan menjawab pertanyaan tersebut.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Raden Joko Bandem dan Raden Damiakinglah pemimpin desa ini. Ada apakah pak tua mencari beliau.
Orang itu menjawab pertanyaan dari warga tersebut.
Saya ada urusan yang sangat penting dengan beliau, Tolong sampaikan pesan saya kepadanya.
Kedatangan Anda kemari, anda ini siapa, Mau apa, ada urusan apa dan utusan dari siapa Pak tua.
Saya " Maulana Maghribi " tanpa banyak cakap, orang yang mengaku Maulana Maghribi, Dengan tenang meninggalkan kerumunan warga tersebut.
Warga yang sempat bercakap dengan Maulana Maghribi pun, Bergegas meninggalkan kerumunan dan berlari menuju rumah Joko Bandem. Untuk membicarakan pesan pesan yang disampaikan kepadanya untuk Pemimpinya.
Setelah mendengar kabar dari warganya, Jaka Bandem dan Damiaking bersepakat menunggu kedatangannya. Dalam hatinya berkata kata, Siapakah sebenarnya, orang yang di maksud wargaku, katanya mempunyai urusan penting dan mencariku, Ada kepentingan apa kiranya orang itu mencari aku .. !!! ( Dalam Hatinya berkecamuk seperti itu ).
Waktu berjalan serasa singkat, Rasa penasaran menyelubungi hati mereka berdua.
Pagi menjelang dan berganti siang. Kedatangan Maulana Maghribi sengaja di tepatkan dengan waktu masuknya tengah hari.
Tidak ada ucapan salam dari Maulana Maghribi, Hanya ucapan sapaan di kala bertamu ke rumah orang.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Sesampinya di tengah tengah kerumuan warga, Maulana Maghribi pun menemui Jaka Bandem Dan Damiaking. Tujuan pertama Maulana Maghribi minta ijin untuk mengambil air di gunakan Untuk sesuci dan melaksanakan Sholat Sunnah Dan Sholat Wajib Dzuhur.
Selesai melaksakan kewajibanya kepada ALLOH SWT, Lalu Maulana Maghribi menemui kedua orang yang memimpin desa kecil tersebut.
Tegur sapa antara ketiganya, Dan saling mengenalkan diri satu sama lain. Pengakuan Orang tersebut kepada Jaka Bandem dan Damiaking, Mengenalkan dirinya bernama Maulana Maghribi, Utusan dari Demak Bintoro, Murid Dari Kanjeng Sunan Kalijogo. Memiliki Tujuan dalam menyampaikan Syiar islam ke penjuru tataran tanah Jawa Termasuk Gunung Banteng ini.
Seperti halnya dengan cerita pada umumnya, awalnya mengadakan Penolakan atas kehadiran dan ajakan tersebut. Namun Akhirnya, Jaka Bandem, Daiaking dan Seluruh Warga Gunung Banteng mau menerima kehadiran Syech Maulana Maghribi dan mau bergabung dengan Ajaran dan pesan pesan yang beliau bawa.
Pengalihan nama di berikan Syech Maulan Maghribi kepada Jaka Bandem Yaitu, Dengan Sebutan Syech Bela Belo.
Kedua Bapak Bapak yang saya sebutkan namanya, Yang memberikan cerita tersebut ke pada saya. Tujuan cerita Beliu beliau, Memang d kemiripan dari kisah legendanya. Cuma ada perbedaan dalam alur cerita tersebut. Yang jelas, Beliau berdua sangat istimewa. Mau brcerita dengan kita anak muda.
Versi cerita ini banyak yang beragam. Jika menulusuri siapakah kedua tokoh dalam cerita ini, antara Viksi dan Nyata Jelas belum tau pastinya. Lebih jelasnya lagi, Cerita atau legenda rakyat menghendakinya Seperti itu.
Mungkin, Dengan cara demikian .. !!! Masyarakat daerah melindungi aset tinggalan leluhur kita.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Jalan beranak tangga yang menuju ke komplek makam Syech Bela Belu. Makam tersebut berada di puncak bukit, dengan ketinggian kurang lebihnya mencapai 300 mdpl di atas permukaan Laut.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Ada beberapa peninggal Era mataram kuno, Di area komplek pemakaman tersebut. Salah dua di antaranya adalah Berupa batu berbentuk Arca dan bersosok Manusi yang di apit dua manusia lagi. Yang berada di samping kanan dan kiri Sosok manusia yang paling besar.
Batu yang berikutnya berbentuk seekor hewan berupa sapi, Yang sedang duduk di antara ke empat kakinya.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Pada gambar di atas, Arca inilah yang di anggap sebagai Sosok Punakawan, Yang di ceritakan oleh Bapak Ratno dan Bapak warijo.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Arca
Merupakan Sosok arca Agastya atau Siwa maha Guru. Arca tersebut biasanya terdapat pada sebuah bangunan suci yang di sebut dengan Candi. Tempat pemujaan hindu kuno di masanya, Yang mempunyai latar belakang Sekte Siwa.
Kalau di dalam Panel bangunan candi, Arca Agastya biasanya terdapat pada bangunan kulit luarnya / Tembok luar dan berada di dalam relung bangunan. Keberadaan arca tersebut di sebelah kanan bangunan candi, Kalau kita dalam posisi menghadap ke arah pintu masuk bangunan tersebut.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Panorama Dari Atas bukit banteng, Hamparan pantai yang sangat luas membentang, Yang di sebut sebut Dan di kenal dengan Sebutan " Pantai Parangtritis "
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Arca agastya berada di pinggir sebelah kiri, Jadi satu denga komplek makam umum. Dan lebih Tepatnya berada di sebelah kiri jalan, Jika kita akan menuju Komplek Makam Syech Bela Belo. Kondisi arca tersebut dalam keadaan Fragmen / Rusak pada bagian Kepalanya karena patah atau terpenggal.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Di sepanjang jalan menuju makam, Juga terdapat beberapa batu pengisi bangunan. Namun, Kondisinya sudah aus atau rapuh. Mungkin juga, Saking lamanya termakan usia. Ada lima buah batuan persegi, Dengan ukuran yang lumayan cukup Besar besar.
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Setelah kita masuk ke dalam Komplek makam Syech bela belu, Di samping kanan makam, Terdapat juga situs cagar budaya berupa Arca Lembu / Sapi / Arca Nandi. Nah, Arca nandi inilah yang menjadi tetenger nama sebuah bukit, Yang kini menjadi Komplek pemakaman Syech Bela Belu, Dengan Sebutan " Gunung Banteng "
Arca nandi, Dalam mitologi hindu kuno. Merupakan seekor hewan berwujud lembu atau nandi sebagai wahana Dewa Siwa. Atau hewan yang di sucikan dalaam keyakinan tersebut.
Untuk penempatan
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
" Makam Syaikhona Bela Belu dan Damiaking "
Kalau dalam komolek bangunan candi, Arca nandi ini di tempatkan pada salah satu ruangan bangunan Candi Perwara. Penempatan Candi perwara berada di depan bangunan Candi induk. Dengan pembuatan pintu saling berhadapan. Kadang, Arca nandi juga terdapat pada Area tanah produktif yaitu sawah. Karena, Leluhur kita meyakini, Arca tersebut bisa mengusir Balak dan memnawa keberkahan pada masa musim tanaman sampai musim panen.
Jika di lihat dari dari kontur tanah yang berbukit, Bisa juga di bilang Area tersebut merupakan lahan yang subur pula. Kemungkinan dahulu, Gunung banteng tersebut pernah berdiri komplek bangunan pemujaan Kuno berupa Candi. Dengan beberap bukti yang masih terlihat dalam lokasi komplek makam Syech Bela Belu dan Damiaking. Bahkan, Sebelum Syech Bela Belu dan Syech Damiaking di makamkan di area lokasi tersebut, Bukit Yang di sebutkan Dengan nama gunung banteng, sudah ada jauh sebelumnya. Mengingat masa munculnya islam di tanah nusantara dengan pembangunan pemujaan kuno jelas memiliki retang waktu ratusan tahun.
Mungkin dengan cara seperti itu, Lekuhur kita melindungi cagar budaya aset warisan dari leluhur kita. Buktinya, Antara keyakinan baru dan lama bisa saling melindungi hingga sampai saat ini, Warisan tersebut masih bosa kita lihat dan kita pelajari dari pada makna yang tertoreh di dalam karakter perwujudannya.
Kita ambil hikmah dari leluhur kita, Dari cerita rakyat yang di sapaikan juga, Arti yang tersirat pada ukiran dan bentuk arca.
Karena, Keseluruhannya di rangkum atau di ikat memiliki jalan kebaikan untuk di terapkan dalam kehidupan.
Kearifan lokal yang terdapat di negeri kita. Sudah sepatutnya untuk di jaga dan di lestarikan, kenalkan kepada mereka, anak turun dari Leluhur nusantara. Tidak ada larangan apapun, Kalau hanya sekedar mempelajari filosofi yang terdapat pada salah saatu Benda Cagar Budaya. Supaya kita lebih tau, Keagungan Mahakarya leluhur Indonesia kita, jauh lebih mempesona.
p
BalasHapusayo segera bergabung dengan saya di D3W4PK
BalasHapushanya dengan minimal deposit 10.000 kalian bisa menangkan uang jutaan rupiah
ditunggu apa lagi ayo segera bergabung, dan di coba keberuntungannya
untuk info lebih jelas silahkan di add Whatshapp : +8558778142
terimakasih ya waktunya ^.^
Yuuu huu
BalasHapusYuuu huu
BalasHapus